REVIEW - THE MINISTRY OF UNGENTELMANLY WARFARE
The Ministry of Ungentelmanly Warfare menandai kali pertama Guy Ritchie menggarap cerita berbasis figur nyata. The Covenant (2023) sebatas terinspirasi dari berbagai peristiwa kalah perang pecah di Afganistan, sedangkan eksistensi Raja Arthur di King Arthur: Legend of the Sword (2017) masih diperdebatkan kebenarannya hingga kini.
Naskahnya, yang dibuat berdasarkan buku Churchill's Secret Warriors: The Explosive True Story of the Special Forces Desperadoes of WWII karya Damien Lewis, menggambarkan versi (sangat) fiktif dari Operasi Postmaster yang dijalankan pada 14 Januari 1942. Walau demikian, Ritchie nampak tak seleluasa biasanya. Seperti murid bandel yang tak berkutik di bawah pengawasan guru.
Di tengah ancaman invasi Nazi yang makin menguat, pihak Inggris menjalankan misi rahasia untuk menyabotase suplai bagi kapal selam U-boat milik Jerman yang reputasinya amat ditakuti pihak lawan. Gus March-Phillipps (Henry Cavill) yang ditunjuk sebagai pemimpin operasi kemudian membentuk tim yang terdiri dari: Anders Lassen (Alan Ritchson) si "Palu Denmark", Freddy Alvarez (Henry Golding) si ahli bahan peledak, Geoffrey Appleyard (Alex Pettyfer) si ahli siasat, dan Henry Hayes (Hero Fiennes Tiffin) si navigator handal.
Cavill nampak bersenang-senang memerankan sosok prajurit liar yang gemar menjadikan kematian musuh sebagai bahan lelucon. Sangat berlawanan dengan karisma yang membuatnya digadang-gadang sebagai pemeran Bond berikutnya (Menariknya, konon Ian Fleming yang di film ini diperankan oleh Freddie Fox, terinspirasi melahirkan kisah James Bond setelah terlibat dalam Operasi Postmaster).
Berbeda dengan sang aktor, Ritchie justru terlihat kurang bersenang-senang, di saat kesan itulah selama ini memberi daya hibur bagi film-filmnya. Menulis naskahnya bersama Paul Tamasy, Eric Johnson, dan Arash Amel, Ritchie hanya menyuguhkan formula usang yang telah berulang kali diterapkan oleh suguhan spionase.
Kelima prajurit yang menjalankan Operasi Postmaster punya modal penokohan menarik. Mereka adalah orang-orang "gila" yang mampu menertawakan kematian. Tapi alih-alih memberi sorotan lebih bagi mereka, Ritchie memilih memecah narasinya menjadi dua fokus. Kisah kedua mengambil latar di Fernando Po, sebuah pulau di sekitar Teluk Guniena yang diduduki oleh Spanyol. Pulau itulah yang jadi destinasi March-Phillipps dan timnya.
Di Fernando Po telah menanti dua agen lain: Richard Heron (Babs Olusanmokun) yang memakai kedok pemilik bisnis judi, dan Marjorie Stewart (Eiza González) yang juga seorang aktris. Eiza sanggup meleburkan sensualitas dengan ketangguhan seperti biasa, namun keputusan narasinya untuk terus melompat antara dua latar acap kali mematikan intensitas yang telah terbangun.
Apalagi konflik di Fernando Po tampil kurang bertenaga. Penulisan Ritchie lebih cerewet dari biasanya, namun tak dibarengi celetukan-celetukan tajam atau humor menggelitik khas Britania Raya yang merupakan salah satu keunggulannya. Hasilnya membosankan.
Klimaksnya dihiasi musik buatan Christopher Benstead yang makin menguatkan aroma ala The Dirty Dozen (1967), sementara Alan Ritchson selalu mencuri perhatian di tiap adegan aksi sebagai Lassen si jagoan brutal, tapi sekali lagi, Ritchie tidak selepas biasanya. Baku tembak generik dengan penyuntingan berantakan jelas belum cukup mengobati rasa lelah akibat perjalanan hampir dua jam yang minim kesan.
21 komentar :
Comment Page:Wah ga nyangka bintang nya cuma 2.5, pdhl udh expect guy ritchie bakal ngasih kejutan. Tapi Diliat dr review nya masih worth to watch sih, kira2 sutradara indo berpotensi bikin film semacam ini siapa ya? (Plis jawab mas rasyid, sebelum para anonim menyerang, kangen jaman2 mas masih bales komen)
OMG JAMES BOND
ini ke~2 kali nya ian fleming hadir di layar film setelah film Spymaker: The Secret Life of Ian Fleming dengan bintang utama Jason Connery, anaknya Sean Connery james bond
film sayur asem kurang rasa mecin
judul film nya kagak paham nggak nyambung
film keren daripada nonton film komedi vina sebelum 7 hari
bagus film yang skenario nya di bikin oleh Lele Laila
para sugar daddy main film keren
Joko Anwar sih yg bisa, asal dia mau keluar dari zona nyamannya dia.
Udh kelamaan berkutat di horor soalnya.
film B biasa aja
nggak ada yang menarik dari skenario yang bagus ini
hanya Lele Laila yang bisa, terbukti..
roman picisan
netflix aja nanti
udah ngilang aja dari bioskop
dunia pelangi itu nikmat, selipan hollywood
film nggak menarik
musuh nya kurang kocak
komedi konak
bagus banget film nya
ora mutu blas
Posting Komentar