REVIEW - GODZILLA MINUS ONE

17 komentar

Sungguh waktu yang menggembirakan bagi penggemar Godzilla. Ada masa sosok Godzilla dipakai sebagai alegori terhadap dampak ledakan bom atom, ada pula masa ia menjadi jagoan pelindung dalam rangkaian pertarungan over-the-top antar monster raksasa. Tapi sekarang para penggemar mendapatkan keduanya. Monsterverse memberi throwback ke nuansa cheesy khas banyak produk era Showa, sedangkan melalui Godzilla Minus One, Toho melahirkan salah satu cerita humanis terbaik yang pernah franchise ini tuturkan. 

Judulnya merefleksikan kondisi Jepang yang berada di titik nadir selepas Perang Dunia II. Kōichi Shikishima (Ryunosuke Kamiki) merupakan salah satu penyintas perang, namun selain tercekik kemiskinan, hidupnya pun menderita akibat rasa bersalah. Shikishima adalah pilot kamikaze yang kabur dari misi, memilih bertahan hidup ketimbang mengorbankan nyawa bagi kejayaan bangsa. Tapi patutkah hal itu dianggap aib? 

Di tangan Takashi Yamazaki selaku sutradara sekaligus penulis naskah, Godzilla Minus One membicarakan soal kehidupan dengan menyentil tentang bagaimana manusia, atau dalam konteks film ini bangsa Jepang, dirasa kurang menghargai nyawa. Kondisi tersebut dirangkum oleh adegan pembukanya, kala Shikishima menyaksikan banyak sejawatnya dibantai oleh Godzilla. 

Di situ Shikishima terlalu takut untuk melepaskan tembakan sehingga disalahkan atas kematian rekan-rekannya. Tapi kalau diperhatikan, sejatinya Godzilla takkan melakukan pembantaian andai prajurit lain melakukan hal seperti Shikishima: tidak menembak duluan. Pecahnya peperangan pun diakibatkan kondisi serupa. Shikishima yang takut terbunuh dan membunuh bukanlah pengecut. Justru dia adalah manusia yang menghargai kemanusiaan.

Nantinya kita bakal menyaksikan Godzilla perlahan-lahan melebarkan teritorinya ke area perkotaan, sementara umat manusia berjuang melindungi diri sendiri serta orang-orang tercinta. Bagi Shikishima, orang itu adalah Noriko Ōishi (Minami Hamabe), gadis yang ia berikan tempat tinggal. 

Yamazaki memastikan bahwa Godzilla Minus One menyeimbangkan dua sisi, yakni selaku blockbuster megah dan kisah humanis yang menggugah. Didukung efek visual realistis meski cuma bermodalkan biaya tidak sampai 10% dari Godzilla x Kong: The New Empire (yang membawa filmnya menyabet piala Oscar), sang sutradara menumpahkan segala talenta artistiknya. 

Bersama Kōzō Shibasaki selaku penata kamera, Yamazaki begitu cerdik mengolah shot demi shot yang membuat setiap kemunculan Godzilla di layar tidak terasa percuma. Si Raja Monster nampak perkasa, garang, bahkan tak jarang mengerikan. Dia berenang cepat mengikuti kapal kayu yang ditumpangi Shikishima, dengan beberapa bagian tubuhnya mencuat ke permukaan. Akhirnya ada film Godzilla yang mengambil terinspirasi dari Jaws (1975). Sungguh kreatif. 

Sesekali kita mendengar kalimat-kalimat kaya rasa hasil tulisan Yamazaki ("Kami meninggalkan masa depan untukmu", "Belum pernah berperang itu sesuatu yang harus dibanggakan", dll.), yang makin menegaskan visi sang sineas. Segala peperangan dan kehancuran dalam Godzilla Minus One digarapan tersaji epik, salah satunya berkat musik gubahan Naoki Satō yang dapat terdengar intens maupun menyentuh sesuai kebutuhan. Bukan sebatas aksi bombastis kosong, melainkan ledakan perjuangan manusia didasari kecintaan pada hidup. 

Begitulah manusia. Mereka enggan dikirim untuk mati di luar kemauan, tapi bukan mustahil bersedia bertaruh nyawa bagi sosok tercinta. Jika pemerintah dan militer bak menerjunkan pasukan ke medan perang untuk mati, rakyat sipil bertarung untuk hidup di masa depan. 

(Netflix)

17 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

hanya ada satu kata : KEREN💥💥💥

Anonim mengatakan...

Shikishima idiot person

Anonim mengatakan...

tragedi drama mati sia~sia

Anonim mengatakan...

kamikaze plot twist

Anonim mengatakan...

bagi penggemar aksi menggelegar, abaikan film ini

jika penggemar drama, YES WAJIB SAKSIKAN

Anonim mengatakan...

slowburn gemes film

Anonim mengatakan...

kesel gue nonton ini film, penuh drakor recehan

Anonim mengatakan...

ending yang membagongkan

Anonim mengatakan...

cult movie edan

Anonim mengatakan...

kok nggak masuk bioskop indonesia

ya nggak lah, cuma nafsu doang

begitu tayang di bioskop, kagak ada yang nonton

beuhhhhhh

Anonim mengatakan...

aje gi le jelek banget ini film, skor : 9.5/10

Abdi Khaliq mengatakan...

Di film ada disinggung adegan jepang menjajah Indonesia gak bang? Kan sama2 mengambil latar perang dunia 2.

Anonim mengatakan...

Boy Kills World God Zilla Kills LGBT+

Anonim mengatakan...

Minus One Tapera

Anonim mengatakan...

junkfood movie

Anonim mengatakan...

storyline khas anime jepun

Anonim mengatakan...

special efek nya yang emang keren : minimalis seperti realita