REVIEW - I KNOW WHAT YOU DID LAST SUMMER (2025)
I Know What You Did Last Summer mengikuti tren dunia horor (termasuk slasher tentunya) belakangan, dengan melahirkan legacy sequel untuk menyatukan karakter lama dan baru. Tapi terkait cara eksekusi, ia masih membawa nuansa lama. Semuanya familiar, sebagaimana musim panas 1997 kala si "nelayan pembunuh" kali pertama melancarkan aksinya. Setidaknya film ini mampu memperbaiki beberapa elemen yang digarap setengah matang oleh versi orisinalnya.
Gerombolan muda-mudi Southport generasi barunya masih berbagi ciri serupa Julie (Jennifer Love Hewitt) dan kawan-kawan dahulu. Ava (Chase Sui Wonders) adalah protagonis pemilik kompas moral, Danica (Madelyn Cline) merupakan pemegang gelar "Croaker Queen" yang berpacaran dengan Teddy (Tyriq Withers) si putra keluarga kaya, sedangkan Milo (Jonah Hauer-King) menjadi love interest dari Ava. Hanya saja di sini ada tambahan orang kelima dalam diri Stevie (Sarah Pidgeon) yang sempat menjauh dari teman-temannya akibat masalah personal.
Kelimanya berkumpul guna merayakan pertunangan Danica dan Teddy, mabuk-mabukan di tengah jalanan pinggir jurang pada malam hari, hingga lewatlah sebuah mobil yang terjatuh ke jurang karena oleng setelah berusaha menghindari mereka. Filmnya menukar peran "penabrak dan tertabrak", namun setelahnya, semua berjalan sesuai skenario lama. Pesan "I know what you did last summer" diterima, lalu satu per satu dari mereka jadi incaran pembunuh bersenjatakan kait es.
Bedanya, naskah yang ditulis oleh sang sutradara, Jennifer Kaytin Robinson, bersama Leah McKendrick, menaruh lebih banyak perhatian pada elemen misteri whodunit yang di film aslinya bak pernak-pernik tak bermakna. Jumlah tersangka ditambah, tanda tanya mengenai identitas pelaku pun dipertebal. Nantinya Julie dan Ray (Freddie Prinze Jr.) hadir melengkapi status film ini sebagai legacy sequel dengan mengemban peran selaku penasihat, sementara Helen Shivers (Sarah Michelle Gellar) "dihidupkan lagi" memakai metode yang cukup cerdik untuk ukuran slasher remaja.
Terkait metode eksekusi yang si pembunuh pakai, I Know What You Did Last Summer mungkin masih tertinggal dari rekan-rekan sejawatnya sesama slasher, baik terkait kreativitas maupun tingkat kebrutalan. Seolah sang sineas terlampau khawatir membawa aksi pembunuhnya ke ranah over-the-top, dengan lebih jauh mengeksplorasi hal apa saja yang bisa kait es dan senapan ikan lakukan terhadap tubuh manusia.
Minimal di tangan Jennifer Kaytin Robinson, sosok "The Fisherman" lebih banyak bersenang-senang kala menangani mangsa ketimbang pendahulunya dari 28 tahun lalu. Entah sekadar membiarkan para korban tenggelam dalam ketakutan sebelum benar-benar tewas, atau memajang tubuh mereka bak karya seni sadis yang ia banggakan.
Sederhananya, I Know What You Did Last Summer versi 2025 terasa lebih menyenangkan dari seniornya. Apalagi jumlah mayat yang jatuh turut berlipat ganda, meski poin ini seolah juga dipakai sebagai cara untuk menunda kematian jajaran karakter utamanya. Orang-orang yang tak terlibat dalam kecelakaan di musim panas kembali jadi incaran, namun kali ini naskahnya memberi alasan yang lebih masuk akal.
Sebuah twist di babak ketiga, yang berpotensi menyulut kontroversi di kalangan pecinta franchise-nya, hadir selaku penegas bahwa serangkaian pembunuhannya bukan semata perihal balas dendam, melainkan dampak trauma berkepanjangan yang berujung melahirkan sosok psikopat mematikan. Dari situlah Robinson dan McKendrick menyelipkan perihal gender ke dalam naskah.
Bagaimana keengganan laki-laki menangani luka secara layak atas nama maskulinitas justru membuat mereka jauh lebih rapuh dibanding perempuan yang cenderung lebih terbuka, juga terkait cara filmnya enggan memposisikan perempuan sebagai korban dalam film slasher melalui cara yang cukup "ekstrim". Di musim panas tahun 2025, perempuan adalah figur penyintas.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar