SUCKER PUNCH (2011)
Sekitar 3 bulan yang lalu saya sempat menulis tentang 10 film yang paling saya tunggu di tahun 2011. Dari 10 film itu 5 diantaranya sudah dirilis (Pirates of the Caribbean 4, Scre4m, The Hangover: Part II, Your Highness dan Sucker Punch). Tapi seperti yang kita tahu sekarang film Box Office sulit masuk ke Indonesia, sehingga dari 5 film tersebut baru 2 yang saya tonton yaitu "Scream 4" dan "Sucker Punch" ini (Saya putuskan melewatkan Your Highness). Setelah "Scream 4" bisa memenuhi ekspektasi saya, tentunya harapan kepada film garapan sutradara Zack Snyder ini untuk bisa memberikan hal yang sama cukup tinggi. Saya tidak peduli film ini mendapat kritikan jelek, toh saya masih bisa menikmati film macam "Season of the Witch" yang hanya mendapat skor 6% di Rotten Tomatoes.
Seorang gadis (Emily Browning) yang baru saja kehilangan sang ibu yang meninggal dunia terpaksa masuk ke Rumah Sakit Jiwa akibat difitnah ayah tirinya. Disana sang ayah tiri meminta kepada salah seorang petugas bernama Blue Jones (Oscar Isaac) untuk melakukan lobotomi kepada gadis itu supaya dia tidak ingat segala hal yang dilakukan si ayah tiri kepadanya dan keluarganya. Disaat proses lobotomi tersebut dilakukan, cerita berpindah ke alam fantasi gadis tersebut dimana disana ia mendapat nama Babydoll. Tidak hanya nama, tapi setting tempat juga berubah dari RSJ menjadi sebuah rumah bordil. Blue yang sebelumnya adalah pegawai disana berubah menjadi penguasa rumah bordil tersebut. Pasien rumah sakit juga berubah menjadi gadis yang tinggal dirumah tersebut.
Disana Babydoll bertemu dengan gadis lainnya seperti Sweet Pea (Arby Cornish) dan adiknya, Rocket (Jena Malone), Blondie (Vanessa Hudgens) dan Amber (Jamie Chung). Mereka berlima lalu makin dekat satu sama lain dan akhirnya merencanakan diri untuk melarikan diri dari tempat tersebut. Untuk menjalankan rencana itu, mereka berusaha mengumpulkan 5 benda, yaitu Peta tempat tersebut, Api, Pisau, Kunci dan satu hal lagi yang masih misterius dan belum diketahui. Dan uniknya, tiap kali mereka menjalankan rencana untuk mengambil salah satu barang tersebut, muncul adegan di alam fantasi lain (fantasi tingkat 2) dimana Babydoll dan keempat rekannya bertarung melawan sepasukan monster-monster dan robot untuk mendapatkan sebuah benda yang merefleksikan benda yang coba mereka ambil di alam fantasi tingkat pertama.
Premis film ini terdengar sangat menarik, kreatif dan mengingatkan pada plot "Inception" yang menggambarkan tingkatan mimpi. Bedanya, di "Sucker Punch" yang ditampilkan adalah tingkatan alam fantasi/khayalan. Satu lagi perbedaan antara keduanya adalah apabila "Inception" mampu menampilkan plot dan storyline yang begitu rapi dan menarik, "Sucker Punch" terlihat bingung untuk menampilkan sebuah kisah mengenai tingkatan-tingkatan alam fantasi yang berbeda. Saya paham Snyder bermaksud menampilkan kisah perjuangan gadis-gadis merebut kebebasan mereka di alam fantasi tingkat pertama dan mengajak penontonnya untuk bersimpati pada mereka. Kemudian di alam fantasi tingkat dua Snyder baru memberikan ciri khasnya yaitu rentetan adegan action yang menampilkan keseruan, visualisasi mengagumkan dan tentunya slow motion andalan sang sutradara.
Tapi yang terjadi malahan kegagalan. Di tingkatan pertama saya sama sekali tidak merasakan ikatan yang mampu membuat saya simpatik pada mereka. (SPOILER Adegan terbunuhnya Amber dan Blondie agak membekas bukan karena saya peduli pada mereka tapi lebih karena tidak tega melihat gadis cantik dan seksi terbunuh.) Sedangkan adegan aksi yang muncul di tingkat kedua hanya menang di visualnya saja. Penggambaran dunia khayal dan makhluk-makhluk aneh disana memang harus diakui sangat luar biasa dan enak dipandang. Tapi sayangnya lagi, plot yang ditampilkan disana membosankan. Hanya menampilkan 5 gadis yang diberi perintah oleh seorang pria untuk mengalahkan lawan dan menganbil barang yang entah apa, lalu terjadi tembak-tempakan, ledakan dan selesai. Andai tidak ada visualisasi menawan, adegan action film inibahkan bisa kalah menarik dibanding "The Expendables" yang super klise itu.
Bagaimana dengan akting para pemainnya? Saya bahkan kesulitan membedakan ekspresi yang mereka tampilkan dengan ekspresi datar Babydoll setelah dia menjalani lobotomi. Dengan kata lain mereka berakting begitu datar. Emily Browning adalah yang paling terasa datarnya karena selain yang paling sering muncul dia juga sering kebagian scene close up yang parahnya scene itu hanya menampilkan wajah datarnya saja. Tapi memang saya akui mereka cukup memberikan hiburan karena cantik dan seksi. Tapi apalah artinya tanpa akting yang memadahi?
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar