REVIEW - PENGANTIN SETAN

Tidak ada komentar

Tidak ada yang benar-benar baru di Pengantin Setan, yang menawarkan setumpuk hal generik, pula masih bergantung pada beberapa jumpscare berisik. Tapi yang membuat karya terbaru Azhar Kinoi Lubis ini patut disimak adalah bagaimana premis ala horor mesum Indonesia di era 2010-an, mampu diubah jadi suguhan yang dituturkan secara layak. 

Ide dasarnya seketika mengembalikan ingatan tentang Diperkosa Setan (2010), yang bersama judul-judul produksi KKD, bertanggung jawab mengawali salah satu era tergelap di industri perfilman tanah air. Alkisah rumah tangga Echa (Erika Carlina) dan Ariel (Emir Mahira) sudah kehilangan gairah. Sudah lama mereka tidak berhubungan badan, salah satunya akibat jam kerja yang berlawanan. Echa bekerja di pagi hari, dan sebaliknya, Ariel baru pulang tiap dini hari. Pertengkaran pun jadi rutinitas.

Keduanya cuma berkeluh kesah pada sahabat masing-masing. Linda (Ruth Marini) kerap memberi wejangan untuk Echa, sementara Restu (Ence Bagus) jadi "tempat sampah" bagi Ariel. Penampilan apik Ruth Marini dan Ence Bagus, yang sanggup mencuatkan daya tarik di balik barisan obrolan remeh berlatar tempat kerja, memberi Pengantin Setan daya untuk terus melaju sebelum menyuguhkan menu utamanya. 

Echa memiliki satu rahasia. Hampir setiap malam ia bermimpi bertemu pria tampan yang memperlakukannya penuh kasih sayang. Bahkan di satu titik, si pria mengajaknya berhubungan seks. Tentu kita tahu sosok tersebut sejatinya merupakan si setan yang disebut oleh judulnya. Jin Dasim namanya. Tatkala Echa dan Ariel akhirnya berhubungan seks setelah sekian lama, jin itu pun turut serta, menciptakan threesome dua alam yang sensual sekaligus menjijikkan di saat bersamaan.

Naskah buatan Husein M. Atmodjo dan Kiki Fabia, yang mengadaptasi kisah nyata yang dituturkan di siniar milik RJL 5, bukan semata ingin menumpahkan birahi tanpa esensi. Dinamika pasutri yang berada di titik terbawah mereka pun tak lalai dieksplorasi, terutama terkait bagaimana rutinitas mengikis romantisme mereka. Seksualitas di sini bukan ekspresi kemesuman, melainkan digambarkan sebagai hal yang memegang peran signifikan dalam rumah tangga. 

Kita pun bukan dipertemukan dengan setan yang bertindak asal. Segala perbuatan Jin Dasim, dari gangguan kecil seperti menjatuhkan jaket dari gantungan, hingga teror mematikan yang merenggut nyawa, semua bertujuan untuk menghancurkan hubungan dua protagonisnya. Berbeda dengan banyak rekannya sesama setan di horor lokal, Jin Dasim memiliki motivasi yang terarah. 

Kemunculan Jin Dasim sesungguhnya masih dikemas memakai trik lama berupa penampakan berisik. Luar biasa berisik. Adegan rukiah yang memperkenalkan kita dengan Ustaz Zaini (Alfie Alfandi) pun tersaji klise, masih dengan pakem "bacaan ayat kursi yang intonasinya pelan-pelan meninggi, lalu ditutup oleh teriakan sembari melempar tangan ke atas". Setidaknya rukiah yang dipakai mengisi babak klimaks menawarkan trik teknis yang lebih segar, pula penggarapan lebih menghentak. 

Azhar Kinoi Lubis menebus pendekatan "penghancur gendang telinga" di atas dengan eksekusi visual mumpuni. Dibantu sinematografi arahan Fahmy J. Saad, dibawanya kesan murahan dari premis Pengantin Setan menuju presentasi yang cukup bergaya. Menarik juga mendapati bagaimana beberapa pemantik teror sudah disiratkan jauh sebelum ia mendatangkan petaka. 

Memasuki paruh akhir, Pengantin Setan coba bermain-main dengan formula ala A Nightmare on Elm Street, di mana Echa terlalu takut untuk tidur. Karena tiap ia terlelap dan memasuki alam mimpi, orang-orang di sekitarnya selalu celaka. Sayang naskahnya kurang solid dalam merumuskan aturan terkait gangguan dari dunia mimpi tersebut. Terasa konyol pula menyaksikan Echa, yang ditemani adiknya, Emma (Wavi Zihan), berupaya terus terjaga namun tak melakukan upaya memadai dan tetap berbaring di atas kasur. 

Pemandangan konyol tersebut untungnya disusul oleh sebuah peristiwa paling disturbing sekaligus menyakitkan, yang mungkin bakal membuat banyak penonton menutup mata. Erika Carlina tampil total di situ. Meluapkan emosi menggetarkan yang membuatnya berpotensi menjadi salah satu scream queen terbaik di horor Indonesia modern.

Tidak ada komentar :

Comment Page: