MAHASISWI BARU (2019)

10 komentar
Pada satu titik, Sarah (Mikha Tambayong) menawarkan bantuan ada Lastri (Widyawati) yang tak mempunyai laptop agar mengerjakan tugas di kamarnya. Mereka turut mengajak Reva (Sonia Alyssa) yang duduk sendirian dengan wajah muram. Adegan ini bukan momen paling dramatis dalam Mahasiswi Baru, tapi merangkum inti filmnya tentang “menemukan orang yang mencintai kita saat kita jatuh, tersesat, dan kesepian”, secara sederhana namun efektif.

Begitulah kondisi Lastri kala pertama kita menemuinya karena ia baru saja kehilangan sosok terkasih. Merasa perlu menjalani hidup semaksimal mungkin (dan satu alasan lain yang filmnya simpan), Lastri memutuskan berkuliah meski usia sudah menginjak kepala tujuh. Sang puteri, Anna (Karina Suwandi) dibuat pusing ketika Lastri mulai kerap pulang larut, bahkan terluka akibat terjebak tawuran.

Universitas Cyber Indonesia jadi kampus pilihannya. Setelah menyulut kehebohan di hari ospek—yang menampilkan penampilan berkesan meski singkat dari Della Dartyan dan Ananta Rispo—Lastri menjalin pertemanan dengan empat orang: Sarah yang bermimpi menjadi desainer, Reva yang sering bermalam di kampus dan selalu mengantuk, Erfan (Umay Shahab) si aktivis, dan Danny (Morgan Oey) si selebriti-wannabe yang senantiasa membuat live di Instagram.

Bersama, mereka kerap terlibat masalah, membuat Chaerul (Slamet Rahardjo) selaku dekan kelimpungan. Begitu bermasalah, Lastri sempat dua hari beruntun dibawa ke kantor dekan, “memaksa” Chaerul mengucapkan kalimat sama persis dalam dua kesempatan tersebut (Lastri akan dikeluarkan bila di akhir semester nilainya di bawah rata-rata). Entah trio Sarahero, Monty Tiwa (Critical Eleven, Lagi-Lagi Ateng), dan Jujur Prananto (Petualangan Sherina, AADC?, Doremi & You) selaku penulis naskah lalai, atau bentuk kesengajaan sebagai penekanan yang justru terkesan repetitif.

Hal yang walau diulang tak pernah melelahkan adalah interaksi antara Lastri dan “gengnya”, masing-masing dengan ciri komedik kuat yang tak pernah gagal memancing tawa berkat kemampuan jajaran pemain memanfaatkan ciri tersebut. Umay kembali membuktikan ketenangan dan kenaturalan aktingnya, sementara Morgan menghibur lewat kepiawaian bertingkah alay serta melontarkan catchphrase “asolole” dan “guys”. Celetukan hasil improvisasi Morgan bahkan memaksa Umay dan Mikha susah payah menahan tawa di adegan “teras”, yang justru menambah kelucuan.

Bagaimana dengan Widyawati? Rupanya, selain kelucuan di trailer masih banyak yang sang aktris legendaris tawarkan. Beliau jelas melucu, tapi bukan lewat usaha tampak sekonyol mungkin, melainkan dengan memahami bahwa kondisi di mana orang tua bertingkah bak anak muda sudah merupakan pemandangan menggelitik. Cukup berlaku sewajarnya (tentu tetap menabur sedikit bumbu).

Sudah bisa ditebak, akting dramatiknya pun tidak kalah apik, berkat kebolehan “berganti wajah” secara berulang, dari seorang nenek konyol menjadi sosok penyayang, dan sebaliknya. Transformasi yang lebih mulus dibandingkan penyutradaraannya. Monty kuat perihal menangani adegan yang hanya melibatkan drama. Tengok saat Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki mengiringi momen intim banjir air mata Lastri dan Anna. Tapi jika drama itu bersandingan dengan komedi, tercipta kekacauan rasa yang membingungkan.

Contohnya pertengkaran Lastri-Anna di meja makan. Amarah keduanya tersulut akibat topik pembicaraan sensitif, namun Amri (Iszur Muchtar), suami Anna, selalu melemparkan celotehan-celotehan konyol, bahkan sewaktu tensi berada di puncak dengan musik melodramatis masih mengalun di belakang.

Naskahnya juga menyimpan masalah. Chaerul mengancam akan mengeluarkan Lastri apabila nilainya jeblok, tapi tak sekalipun kita menyaksikan prosesnya mengejar ketinggalan. Kita hanya tahu IPK-nya berhasil melonjak jauh di akhir. Persoalan ancaman Chaerul pun diselesaikan bukan oleh perjuangan Lastri, melainkan berkat bantuan subplot tentang Reva, yang signifikansinya layak dipertanyakan karena tidak lebih dari sekadar tambalan ketimbang elemen yang mempengaruhi alur utama.

Biarpun Mahasiswi Baru kekurangan proses pembelajaran akademis Lastri, percintaannya dengan Chaerul adalah hubungan yang manis. Karena merupakan romantika dua individu berusia tua, tiap rayuan atau gombalan jelas bukan asmara omong kosong, namun ekspresi kebahagiaan ketika menemukan individu yang dapat diajak “berdansa” menikmati “lagu” sebelum “lagu” tersebut usai.

10 komentar :

Comment Page:
Yo mengatakan...

Betul banged mas Rasyid, naskah kurang komplit, pdhal akting pemain udah asyik, jarang jarang menyaksikan oma dan opa kasmaran. Kalau saja pasca adegan Reva di tower, dilanjutkan dengan perjuangan gigih akademis oma Lastri n genk buat dapat nilai bagus, tetep dibungkus secara komedik, tentu bakal punya nilai lebih,bahwa belajar itu tidak mengenal usia asal mau dan usaha.

Anonim mengatakan...

Wedding agreement kapan review bang?

Aunul Hakim mengatakan...

Wah sepemikiran juga bang. Awalnya udah seru ngikutin cerita oma lastri dan kawan kawan. Pas mulai masuk ke cerita tentang sarah sama reva jadi kayak ngikut kelas pengantar ilmu komunikasi tapi dapet juga materi jurnalistik. Adegan favorit saya waktu di ruang tamu pake lagu SID sambil si oma berikrar: mereka2 ini kawan2 saya. Ya kan genggg" 🤣🤣

Vian mengatakan...

Niniek L Karim, Widyawati... Smg lebih banyak artis senior yg dapet peran2 gokil lagi. Bosen juga kalau film qta dr sudut pandang pemeran remaja/dewasa muda terus.

Rasyidharry mengatakan...

Ya itu dia. Daripada subplot Reva, lebih impactful kalau lihatin perjuangan akademis

Rasyidharry mengatakan...

Asyik itu pas Jika Kami Bersama. Tapi nangis di lagu Sheila On 7 😁

Rasyidharry mengatakan...

Nah tinggal tunggu Bu Christine mau ngelawak setelah menggila di Perempuan Tanah Jahanam

jefry punya cerita mengatakan...

Bang Rasyid udah liat film Impetigore 🤩🤩🤩 gasabar nungguin tayang

Naufal junior mengatakan...

Once upon a time in hollywood kapan ya tayang di Indonesia? Saya cari beritanya udah mulai tanggal 7 agustus kemarin tapi sampai skrg masih belum muncul tuh di bioskop

Rasyidharry mengatakan...

Tanggal 28