METAMORPHOSIS (2019)

1 komentar
Setan dapat menyerupai manusia, memecah belah, lalu membawa kegelapan yang membuat manusia bertindak layaknya setan. Metamorphosis menyampaikan gagasan tersebut lewat cara kelam nan kejam, yang seringkali mencengangkan walau pada mayoritas kesempatan, film arahan sutradara Kim Hong-sun (Traffickers, Broker) ini berkutat dalam keklisean elemen-elemen horor bertema eksorsisme.

Pengusiran setan, gerakan akrobatik saat dirasuki setan, pendeta dengan krisis iman. Metamorphosis punya semua ciri formulaik tersebut, yang bahkan sudah dimunculkan sedari adegan pembuka, kala ritual eksorsisme yang dilakukan Joong-soo (Bae Sung-woo) berujung kegagalan dan memakan korban. Seorang gadis remaja tewas mengenaskan. Sejak itu reputasi Joong-soo tercoreng, dan trauma membuatnya berhenti melakukan eksorsisme.

Keluarga sang pendeta turut kena batunya. Kakak Joong-soo, Gang-goo (Sung Dong-il), beserta istri dan tiga anaknya, terpaksa pindah rumah. Anak-anak Gang-goo menerima ejekan di sekolah akibat kegagalan sang paman. Tapi baru sehari, keanehan mulai terjadi. Mayat kucing yang dikuliti, hingga suara-suara aneh dari rumah tetangga misterius di malam hari. Puncaknya ketika setan mulai meniru sosok satu demi satu anggota keluarga untuk melakukan hal-hal mengerikan.

Ketimbang pemandangan yang jamak ditemui di horor rumah berhantu dan/atau eksorisme seperti penampakan atau korban kesurupan berjalan sambil kayang, premis shapeshifter yang diusung Metamorphosis menciptakan bentuk teror lebih segar. Belum lagi, gangguan si setan peniru terhadap keluarga korban cukup mengerikan. Filmnya bermain-main dengan simbol kasih sayang orang tua pada anak. Kecupan hangat ayah pada anak perempuan sebelum tidur diubah jadi perversi, sementara alih-alih cinta, sang ibu memasak dibarengi kegilaan. Orang tua selaku figur pelindung dijadikan sumber teror. Zona nyaman dan rasa aman anak-anak mereka pun lenyap.

Metamorphosis juga bukan horor yang ragu-ragu mengumbar kekerasan. Dibantu tata efek spesial praktikal yang mumpuni, Kim Hong-sun mampu memvisualkan pemandangan menyeramkan nan menjijikkan bak neraka. Salah satunya saat Gang-goo menyambangi rumah si tetangga misterius, kemudian mendapati setumpuk bangkai hewan dalam kondisi mengenaskan. Organ tubuh berserakan, darah bukan cuma mengalir, bahkan sempat menghujani ruangan.

Menjembatani momen-momen gruesome tersebut adalah jalinan alur termasuk misteri dan paparan mengenai krisis iman yang terlampau familiar, tanpa dibarengi modifikasi atau penelusuran mendalam. Rasanya seperti menyaksikan pertunjukan sulap yang trik, hasil, maupun presentasinya sudah kita hafal betul, sehingga ketertarikan untuk menaruh perhatian pun tak begitu tinggi.

Tapi kembali lagi, walau secara kesatuan utuh kurang mengikat, Metamorphosis punya beberapa momen-momen terpisah yang solid urusan meneror. Hong-sun cukup cerdik membungkus jump scare melalui perpaduan timing serta gerak kamera tak terduga, yang efektif memberi daya kejut. Pun sebuah sekuen menegangkan mampu ia lahirkan, sewaktu modus operandi shapeshifting sang hantu mulai mengancam nyawa karakternya. Sayang, pencapaian itu gagal diulangi saat mengeksekusi klimaks draggy yang berlarut-larut, walau telah diawali kejutan dan shock value.

Ya, shock value. Itulah senjata lain Metamorphosis guna mengatasi alur formulaiknya. Suatu keputusan mencengangkan diambil naskahnya untuk menekankan tragedi yang menimpa para protagonis, sekaligus menunjukkan bahwa sang setan tidak main-main. Ketidakberdayaan Gang-goo sekeluarga diperkuat, sampai mencapai titik di mana penonton mungkin juga akan merasakan ketiadaan harapan, karena di film ini, tidak ada satu figur pun yang sepenuhnya bisa dijadikan sumber harapan.


Available on KLIK FILM

1 komentar :

Comment Page:
Prince Godive mengatakan...

Ada rencana review Spencer Confidential?