CONFUCIUS (2010)
Nama Confucius dikenal luas sebagai filsuf terbesar China. Ajarannya sudah banyak menyebar ke penjuru dunia. Bahkan beberapa ajaran menganggap Confusius sebagai nabi mereka. Pemeluk Agama Kong Hu Cu meyakini kenabian seorang Confucius. Bahkan kalau saya tidak salah, penganut Ahmadiyah juga meyakini kalau Confucius adalah nabi. Diluar kepercayaan saya, dari berbagai fakta tersebut saya bisa menangkap kalau pada dasarnya Confucius adalah sosok besar nan bijak yang penuh dengan nilai moral dan filsafat dalam kehidupan. Dan ketika mendengar film yang mengangkat kisah hidupnya, harapan saya adalah film tersebut menyajikan juga berbagai filosofi hidup ajaran Confucius. Dengan kata lain saya mengharapkan sebuah film yang menggugah dan inspiratif.
Confucius (Chow Yun-fat) dikenal sebagai seorang guru dari Kerajaan Lu yang mempunyai banyak murid dan pengikut dan dikenal akan ajarannya mengenai moral dan etika. Karena kepandaiannya diakui, Confucius mulai mendapat jabatan tinggi di kerajaan. Dia juga banyak berjasa dalam pembangunan negara sekaligus ahli dalam strategi perang dan politik. Hal itu ia buktikan saat berhasil merebut kembali 3 kota yang pernah jatuh ketangan kerajaan Wei. Tapi intrik dalam politik kerajaan dimana banyak pihak yang merasa posisinya terancam oleh Confucius membuat hubungannya dengan pihak kerajaan retak dan akhirnya harus terusir dari Kerajaan Lu. Sejak itu Confucius beserta murid-muridnya mulai berkelana dari satu kerajaan ke kerajaan lain sembari menyebarkan ajarannya.
Melihat penokohan karakter Confucius sepanjang film yang nyaris sempurna dan penuh ajaran moral, mempunyai cukup banyak pengikut yang sangat loyal, tapi juga dibenci banyak pihak memang kisah hidupnya layaknya kisah hidup seorang Nabi yang sedang menyebarkan ajarannya. Jika film ini dibuat dengan sudut pandang Kong Hu Cu, maka hal tersebut bisa dipahami mengingat penganut ajaran ini menganggap Confucius sebagai Nabi. Tapi bagi orang lain seperti saya, sosok Confucius terasa dipaksakan menjadi sempurna. Sepertinya semua hal yang dia lakukan atau putuskan adalah benar.
Dari cara penceritaan, film ini lumayan menarik diikuti dari awal hingga melewati pertengahan film. Walaupun film ini terasa kurang dalam memenuhi harapan saya mengenai pemaparan berbagai macam filosofi kehidupan yang inspiratif, setidaknya bagian paruh awal film ini sangat menarik buat saya. Sayangnya, paruh kedua saat Confucius meninggalkan Kerajaan Lu, cerita menjadi terasa terburu-buru dan kurang fokus. Konflik yang terjadi pada Confucius di tiap negara yang dia singgahi terasa sangat singkat dan kadang membingungkan. Dan saat film sudah selesai, saya hanya merasa "lho, sudah selesai?". Penceritaan yang kurang fokus dan mengulang-ulang konflik yang sama (Confucius datang lalu pergi) di paruh kedua menjadi sebab utama hal tersebut. Hal lain yang miss di film ini adalah beberapa adegan yang nikatnya dibuat untuk membuat penonton tersentuh tapi jatuhnya malah berlebihan dan terlalu didramatisir.
Saya cukup menyukai pemakaian CGI di film ini. Kadang memang masih terlihat kasar dan tidak nyata tapi secara keseluruhan sudahn cukup memuaskan. Film ini sendiri sempat mengundang kontroversi mengenai pemilihan aktor yang memerankan Confucius. Chow Yun-fat yang sudah dikenal sebagai aktor kung-fu sempat dianggap kurang cocok memeranakn seorang filsuf. Dimata saya, Chow Yun-fat tidaklah buruk memerankan sosok Confucius. Tapi juga tidaklah spesial dan kurang berhasil menghidupkan sosok yang inspiratif.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:ijin share gan
Posting Komentar