IN THE MOOD FOR LOVE (2000)
Film yang menyoroti kehidupan rumah tangga selalu punya sisi yang dalam untuk ditelusuri. Tahun 2010 lalu memunculkan beberapa film bertema tersebut dan saya menonton "Rabbit Hole" dan "Blue Valentine". Keduanya sama-sama mengangkat isu bahwa "Pernikahan itu tidak mudah" dalam kasus yang berbeda. "Rabbit Hole" mengenai krisis rumah tangga yang diakibatkan perasaan stress dan bersalah akibat kehilangan anak, sedangkan "Blue Valentine" mengisahkan krisis disaat sudah tidak ada lagi rasa cinta diantara dua sejoli yang menjalin pernikahan. Tepat 10 tahun sebelum kedua film itu rilis, sutradara kawakan Wong Kar-wai juga merilis film mengenai pernikahan yang punya sudut pandang dan isu yang berbeda. Yang dia angkat adalah mengenai perselingkuhan.
Film yang berlatar tahun 60an tepatnya dimulai tahun 1962 ini mengisahkan tentang 2 orang yang sama-sama sudah berkeluarga yaitu Mr. Chow (Tony Leung) dan Mrs. Chan (Maggie Cheung) yang sama-sama baru pindah ke sebuah apartemen atau lebih tepatnya seperti kamar dimana keduanya menjadi tetangga yang bersebelahan. Keduanya juga punya persamaan dalam pernikahan mereka, yaitu sama-sama jarang berkumpul dengan pasangannya. Istri Mr.Chow sering kerja lembur bahkan tidak pulang. Sedangkan suami Mrs.Chan sering keluar negeri untuk urusan pekerjaan.
Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa pasangan mereka berselingkuh satu sama lain. Hal itu yang akhirnya malah mendekatkan mereka dimana kedekatan itu awalnya tercipta karena mereka ingin mengetahui bagaimana perselingkuhan itu terjadi dan mulai berakting layaknya pasangan masing-masing yang sedang berselingkuh. Tapi nampaknya cinta akhirnya mulai tumbuh secara nyata diantara mereka.
Yang dihadirkan Wong Kar-wai adalah sebuah film romantis yang begitu unik. Kesan sepi dan misterius menyelimuti film ini. Salah satu penyebabnya adalah penggambaran tentang karakter suami Mrs.Chan dan istri Mr.Chow yang keduanya tidak pernah diperlihatkan wajahnya dan hanya suara atau sosok belakangnya saja. Plot-nya juga lambat dan sering menggunakan teknik slow motion yang mungkin agak melelahkan dan membuat gemas bagi orang yang anti terhadap plot lambat. Keunikan lain yang ada yaitu kita akan dibuat penasaran akan kenyataan yang hadir, yaitu bagian manakah dari perbuatan dan perkataan Mr.Chow dan mrs.Chan yang merupakan kenyataan dan mana yang hanya akting. Inilah film yang menyuguhkan akting didalam akting. Yang jelas semua aspek-aspek diatas menyeret kita kepada kesan sepi dan misterius dimana perasaan macam itulah yang dirasakan 2 tokoh utama film ini.
Lain lagi jika kita mendengarkan iringan musiknya yang menciptakan kesan begitu elegan. Derettan musik tema yang dihadirkan memang begitu melengkapi suasana sehingga kita tidak akan diajak pada suasana sepi yang muram dan depresif tapi lebih kearah sepi yang elegan. Bagian musik favorit saya adalah musik yang mengiringi adegan slow motion yang dengan sangat indah mampu mengiringi adegan-adegan yang tersaji. Oya, disini juga bisa didengar walaupun hanya beberapa detik lagu "Bengawan Solo" versi mandarin.
Bagaimana film ini menyajikan tema perselingkuhan juga istimewa.Berbeda dengan film Holly yang mengambil tema serupa, "In the Mood for Love" adalah film yang berlokasi di Hong Kong yang notabene masih termasuk negara Asia yang memiliki budaya ketimuran. Apalagi setting waktu film ini adalah tahun 60an yang tentunya membuat perselingkuhan masih sangatlah tabu bahkan lebih tabu dan terlarang dari saat ini ditinjau dari nilai moral dan sosial di masyarakat. Perselingkuhan memang salah satu tantangan terberat dalam pernikahan.
OVERALL: Sebuah kisah cinta, pernikahan dan perselingkuhan yang begitu misterius dan mempunya kesan yang mendalam meskipun berjalan dengan alur yang cukup lambat.
RATING:
Film yang berlatar tahun 60an tepatnya dimulai tahun 1962 ini mengisahkan tentang 2 orang yang sama-sama sudah berkeluarga yaitu Mr. Chow (Tony Leung) dan Mrs. Chan (Maggie Cheung) yang sama-sama baru pindah ke sebuah apartemen atau lebih tepatnya seperti kamar dimana keduanya menjadi tetangga yang bersebelahan. Keduanya juga punya persamaan dalam pernikahan mereka, yaitu sama-sama jarang berkumpul dengan pasangannya. Istri Mr.Chow sering kerja lembur bahkan tidak pulang. Sedangkan suami Mrs.Chan sering keluar negeri untuk urusan pekerjaan.
Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa pasangan mereka berselingkuh satu sama lain. Hal itu yang akhirnya malah mendekatkan mereka dimana kedekatan itu awalnya tercipta karena mereka ingin mengetahui bagaimana perselingkuhan itu terjadi dan mulai berakting layaknya pasangan masing-masing yang sedang berselingkuh. Tapi nampaknya cinta akhirnya mulai tumbuh secara nyata diantara mereka.
Yang dihadirkan Wong Kar-wai adalah sebuah film romantis yang begitu unik. Kesan sepi dan misterius menyelimuti film ini. Salah satu penyebabnya adalah penggambaran tentang karakter suami Mrs.Chan dan istri Mr.Chow yang keduanya tidak pernah diperlihatkan wajahnya dan hanya suara atau sosok belakangnya saja. Plot-nya juga lambat dan sering menggunakan teknik slow motion yang mungkin agak melelahkan dan membuat gemas bagi orang yang anti terhadap plot lambat. Keunikan lain yang ada yaitu kita akan dibuat penasaran akan kenyataan yang hadir, yaitu bagian manakah dari perbuatan dan perkataan Mr.Chow dan mrs.Chan yang merupakan kenyataan dan mana yang hanya akting. Inilah film yang menyuguhkan akting didalam akting. Yang jelas semua aspek-aspek diatas menyeret kita kepada kesan sepi dan misterius dimana perasaan macam itulah yang dirasakan 2 tokoh utama film ini.
Lain lagi jika kita mendengarkan iringan musiknya yang menciptakan kesan begitu elegan. Derettan musik tema yang dihadirkan memang begitu melengkapi suasana sehingga kita tidak akan diajak pada suasana sepi yang muram dan depresif tapi lebih kearah sepi yang elegan. Bagian musik favorit saya adalah musik yang mengiringi adegan slow motion yang dengan sangat indah mampu mengiringi adegan-adegan yang tersaji. Oya, disini juga bisa didengar walaupun hanya beberapa detik lagu "Bengawan Solo" versi mandarin.
Bagaimana film ini menyajikan tema perselingkuhan juga istimewa.Berbeda dengan film Holly yang mengambil tema serupa, "In the Mood for Love" adalah film yang berlokasi di Hong Kong yang notabene masih termasuk negara Asia yang memiliki budaya ketimuran. Apalagi setting waktu film ini adalah tahun 60an yang tentunya membuat perselingkuhan masih sangatlah tabu bahkan lebih tabu dan terlarang dari saat ini ditinjau dari nilai moral dan sosial di masyarakat. Perselingkuhan memang salah satu tantangan terberat dalam pernikahan.
OVERALL: Sebuah kisah cinta, pernikahan dan perselingkuhan yang begitu misterius dan mempunya kesan yang mendalam meskipun berjalan dengan alur yang cukup lambat.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar