DRIVING MISS DAISY (1989)
Ada banyak cerita yang ditinggalkan oleh film ini khususnya pada ajang Oscar. Selain menjadi satu-satunya pemenang "Best Picture" yang ceritanya diadaptasi dari naskah Broadway, "Driving Miss Daisy" juga menjadi film terakhir yang memenangkan kategori tersebut yang memiliki rating PG. Jessica Tandy yang menjadi pemeran utama juga mencatatkan dirinya sebagai nominator sekaligus pemenang tertua dalam kategori "Best Actress" dimana saat itu dia telah berumur 81 tahun. Cerita yang ditawarkan sebenarnya sederhana dan tidaklah rumit sama sekali, yaitu mengenai Miss Daisy (Jessica Tandy), wanita tua berumur 72 tahun yang tinggal hanya bersama pelayannya Idella (Esther Rolle) setelah suaminya meninggal dan puteranya, Boolie (Dan Aykroyd) yang tinggal bersama istrinya.
Daisy sendiri bukanlah wanita tua yang ramah. Dia seringkali bersikap ketus kepada orang lain. Dia juga tidak ingin dianggap lemah dan merasa mampu melakukan semua hal sendiri. Hal itulah yang membuat dia menolak saran anaknya untuk menyewa jasa supir setelah Daisy merusakkan mobil yang dia kendarai. Pada akhirnya Boolie menyewa jasa Hoke (Morgan Freeman) untuk menjadi supir pribadi bagi ibunya. Tentu saja awalnya Daisy tidak menyukai kehadiran Hoke dan selalu bersikap ketus dan menolak untuk diantar naik mobil. Tapi keuletan dan kesabaran Hoke yang pada akhirnya membuat mereka berdua bisa akrab bahkan lebih dari sekedar majikan dan supir tapi lebih seperti sahabat baik. Padahal Daisy adalah seorang Yahudi sedangkan Hoke adalah pria kulit hitam yang tentunya persahabatan keduanya terlihat aneh pada masa itu (tahun 40-an) dimana rasisme masih amat kental di Amerika.
Kejadian yang menyorot kematian seorang tokoh juga terasa kurang menyentuh karena tokoh itu porsinya amat kurang padahal bisa lebih dimaksimalkan lagi. Selain itu terdapat lompatan-lompatan tahun yang kurang diperjelas sehingga seolah terjadi begitu saja dan membuat saya bertanya-tanya "Lho, kok tiba-tiba dia sudah tua?" dan sebagainya. Tapi kekurangan-kekurangan diatas seolah tidak terasa karena toh film ini memang lebih menyoroti persahabatan antara Daisy dan Hoke dan latar belakang keduanya yang berbeda hanyalah pelengkap saja. Jika ditinjau dari hal itu, jelas persahabatan yang terlihat begitu baik dan menyenangkan diikuti. Hal itu tidak lepas dari chemistry dan akting memukau dari Morgan Freeman dan Jessica Tandy. Khusus untuk Jessica Tandy dia bisa memerankan seorang wanita tua lengkap dengan sifat-sifatnya dengan baik dan tidak terjebak menjadi sosok wanita yang menyebalkan tapi sikap sinisnya lebih karena faktor kesendirian dan usia tokoh yang dia mainkan. Dan saat di akhir film dia bertransformasi menjadi pengidap dementia sekalgus wanita tua renta yang lemah, seolah dia sudah memastikan Oscar ada dalam genggamannya.
Terasa agak terlalu ringan untuk pemenang Oscar dan terkesan mengesampingkan aspek cerita diluar persahabatan kedua toko utamanya, "Driving Miss Daisy" memang sebuah film untuk siapapun dan siapapun akan bisa menyukai film ini yang ringan tapi tetaplah berbobot.
RATING:
Daisy sendiri bukanlah wanita tua yang ramah. Dia seringkali bersikap ketus kepada orang lain. Dia juga tidak ingin dianggap lemah dan merasa mampu melakukan semua hal sendiri. Hal itulah yang membuat dia menolak saran anaknya untuk menyewa jasa supir setelah Daisy merusakkan mobil yang dia kendarai. Pada akhirnya Boolie menyewa jasa Hoke (Morgan Freeman) untuk menjadi supir pribadi bagi ibunya. Tentu saja awalnya Daisy tidak menyukai kehadiran Hoke dan selalu bersikap ketus dan menolak untuk diantar naik mobil. Tapi keuletan dan kesabaran Hoke yang pada akhirnya membuat mereka berdua bisa akrab bahkan lebih dari sekedar majikan dan supir tapi lebih seperti sahabat baik. Padahal Daisy adalah seorang Yahudi sedangkan Hoke adalah pria kulit hitam yang tentunya persahabatan keduanya terlihat aneh pada masa itu (tahun 40-an) dimana rasisme masih amat kental di Amerika.
"Driving Miss Daisy" adalah film yang bagus. Hanya saja saya merasakan film ini terasa terlalu ringan untuk ukuran pemenang oscar. Tapi karena saya belum menonton nominator lainnya jadi saya tidak bisa berkomentar mengenai pantas tidaknya kemenangan film ini. Tetapi memang harus diakui bahwa film ini adalah tontonan yang mudah disukai oleh semua orang. Penggabungan unsur komedi dengan drama yang menyentuh sepertinya jadi daya tarik utama yang pada akhirnya mempersembahkan kemenangan Oscar. Persahabatan antara Daisy dan Hoke memang terasa sangat kuat dan menyentuh ditonton. Sayangnya pesan mengenai ironi persahabatan kedua orang yang punya latar belakang sangat berbeda (Yahudi dan kulit hitam) ini kurang terasa karena hal tersebut hanya disinggung dalam sebuah adegan saja. Penekanan yang seharusnya terasa pada bagian Hoke mengantar Daisy beribadah juga tidak terlalu terasa. Selebihnya yang terlihat hanya persahabatan antara majikan dan supir yang mampu merubah kepribadian sang majikan yang untungnya sudah menarik dan menutupi kekurangan diatas.
Kejadian yang menyorot kematian seorang tokoh juga terasa kurang menyentuh karena tokoh itu porsinya amat kurang padahal bisa lebih dimaksimalkan lagi. Selain itu terdapat lompatan-lompatan tahun yang kurang diperjelas sehingga seolah terjadi begitu saja dan membuat saya bertanya-tanya "Lho, kok tiba-tiba dia sudah tua?" dan sebagainya. Tapi kekurangan-kekurangan diatas seolah tidak terasa karena toh film ini memang lebih menyoroti persahabatan antara Daisy dan Hoke dan latar belakang keduanya yang berbeda hanyalah pelengkap saja. Jika ditinjau dari hal itu, jelas persahabatan yang terlihat begitu baik dan menyenangkan diikuti. Hal itu tidak lepas dari chemistry dan akting memukau dari Morgan Freeman dan Jessica Tandy. Khusus untuk Jessica Tandy dia bisa memerankan seorang wanita tua lengkap dengan sifat-sifatnya dengan baik dan tidak terjebak menjadi sosok wanita yang menyebalkan tapi sikap sinisnya lebih karena faktor kesendirian dan usia tokoh yang dia mainkan. Dan saat di akhir film dia bertransformasi menjadi pengidap dementia sekalgus wanita tua renta yang lemah, seolah dia sudah memastikan Oscar ada dalam genggamannya.
Terasa agak terlalu ringan untuk pemenang Oscar dan terkesan mengesampingkan aspek cerita diluar persahabatan kedua toko utamanya, "Driving Miss Daisy" memang sebuah film untuk siapapun dan siapapun akan bisa menyukai film ini yang ringan tapi tetaplah berbobot.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar