THE VOW (2012)
Mendengar premise film yang berkisah tentang perjuangan seorang pria untuk mendapatkan kembali cinta istrinya yang hilang ingatan tentu membuat saya sempat berpikir bahwa ini adalah satu lagi adaptasi dari novel Nicholas Sparks. Hal itu membuat saya sempat malas menonton film ini karena film-film yang berbasis novel Nicholas Sparks itu selalu saja menampilkan kisah percintaan yang terlalu didramatisir dan momen-momen yang keterlaluan lebaynya untuk membuat penontonnya banjir air mata. Kalu saya perumpamakan, maka film-film adaptasi novel Nicholas Sparks merupakan versi drama dari film-filmnya Michael Bay. Tapi ternyata The Vow bukanlah adaptasi dari novel Sparks, bahkan Sparks sama sekali tidak terlibat dalam film ini. Kisahnya sendiri terinspirasi oleh kisah nyata dari pasangan Kim dan Krickitt Carpenter. Film ini sendiri dibintangi oleh Channing Tatum dan Rachel McAdams. Menarik melihat bahwa keduanya sama-sama pernah bermain di film yang diangkat dari novel Sparks dan hasilnya sukses dimana Tatum lewat Dear John berhasil menggeser posisi Avatar di Box Office sedangkan McAdams lewat The Notebook sukses menjadi film adaptasi novel Sparks dengan kualitas terbaik.
Sepulang dari menonton film, Leo (Channing Tatum) dan istrinya, Paige (Rachel McAdams) sedang dalam perjalanan pulang. Terlihat kemesraan mereka didalam mobil membuat suasana menjadi hangat walaupun diluar salju sedang turun dan suasana kota begitu dingin. Tiba-tiba saat sedang berhenti dijalan sebuah truk menabrak mobil mereka dari belakang yang menyebabkan keduanya pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Leo tidak terluka parah dan segera terbangun. Tapi sungguh terkejut dirinya saat mengetahui fakta bahwa sang istri tidak ingat lagi siapa dirinya. Paige menderita amnesia dan lupa jika ia telah menikah dan sama sekali tidak mengenali Leo. Yang ia ingat justru kehidupannya sebelum pindah ke kota dan bertemu Leo dimana dia masih bersekolah di sekolah hukum, tinggal bersama kedua orang tuanya, dan masih bertunangan dengan pria lain! Usaha yang tidak mudah bagi Leo untuk bisa mengembalikan cinta Paige karena halangan tidak hanya datang dari memori Paige yang hilang tapi juga dari orang tua Paige yang berusaha membawa sang anak kembali ke kehidupan lamanya.
Harus diakui jalan cerita di The Vow memang klise, namun keunggulan film ini dibanding film-filmnya Nicholas Sparks adalah film ini tidak berusaha untuk menjadi terlalu mellow. Jika ada dramatisasi itu hal yang wajar, namun dramatisasi dalam film ini tidaklah berlebihan. Sisi romantis yang ada di The Vow sekali lagi masih bisa diterima akal dan termasuk romantisme yang tidak berlebihan. Terasa cheesy mungkin tapi tidak pernah terasa berlebihan. Film garapan sutradara Michael Sucsy ini diluar dugaan menjadi sebuah kisah romansa yang enak ditonton. Tadinya saya sempat khawatir kisahnya akan mencoba terlalu mendramatisir konflik dan meletakkan posisi Leo seolah sebagai pria paling sial didunia. Tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Konflik yang ada berjalan masih dalam taraf dramatisasi yang wajar. Air mata dalam film ini tidak terlalu diumbar dan mengalir seperlunya saja. Adegan-adegan romantis juga ditempatkan dalam momen yang tepat dan seperlunya saja. Dialog-dialognya memang sering cheesy namun tidak lebay.
Kesederhanaan tersebut akhirnya mampu menjadikan karakter-karakternya mudah disukai penonton. Entah sudah berapa lama saya tidak melihat film romansa dimana saya mendukung si tokoh pria untuk mendapatkan cintanya. Dalam The Vow saya kembali merasakan hal tersebut dimana saya 100% ada di belakang Leo untuk mendukungnya mendapatkan kembali cinta sang istri. Tentu saja akting kedua tokoh utamanya berperan besar disini. Jika bicara masalah perorangan, maka keduanya tampil baik. Tatum bukanlah aktor dengan kapasitas Oscar, tapi dia adalah aktor yang tahu sejauh mana kemampuan aktingnya dan selalu pandai memilih karakter. Tengok saja tiga film yang sudah ia mainkan di tahun ini termasuk The Vow dan anda akan melihat dengan kapasitas akting yang tidak spesial Tatum berhasil memilih karakter yang menunjang kemampuannya tersebut. Dan dalam film ini jelas sosok dan karismanya adalah pilihan tepat bagi karakter Leo. Sedangkan Rachel McAdams tetap mudah dicintai. Sekilas tidak spesial perannya disini tapi jika dilihat lebih jauh sosok Paige jika tidak diperankan dengan baik akan bisa terasa menyebalkan, namun ditangan McAdams hal itu tidak terjadi. Kemudian masalah chemistry bagi saya keduanya sudah berhasil. Lihatlah beberapa momen romansa yang seringkali terlihat begitu alamiah.
Tapi meskipun enak ditonton The Vow tetap masih kurang dalam kedalaman kisahnya. Memang saya berhasil dibuat mendukung karakter Leo tapi hanya sebatas itu. Saya tidak sampai dibuat terharu dengan kisah sedihnya dan saya tidak sampai benar-benar puas melihat kebahagiaan yang dipaparkan. Tidak benar-benar nihil memang tapi masih kurang maksimal. Hal ini mungkin terjadi karena usaha untuk membuat film ini tidak jatuh menjadi melodrama klise macam film-filmnya Sparks. Tapi toh pada akhirnya The Vow adalah sebuah nice effort dalam konteks film romansa yang memang diperuntukkan untuk rilis pada hari Valentine dan ditonton oleh pasangan yang sedang dimabuk cinta. Untuk kategori date movie maka The Vow adalah sebuah tontonan yang amat memuaskan. Bagaimana film ini diakhiri juga cukup memuaskan meskipun sudah bisa diprediksi, namun yang menjadi nilai positifnya adalah film ini diakhiri tidak dengan berlebihan. Tentu saja film ini akan makin spesial jika anda menonton bersama pacar dan secara kebetulan anda termasuk pria yang menunggu lama dan banyak berkorban untuk mendapatkan cinta dari pacar anda tersebut.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar