WEEKEND (2011)

Tidak ada komentar
Kisah yang ditawarkan dalam Weekend sebenarnya punya poin yang sudah sering dimunculkan dalam film-film drama romantis, yaitu tentang "bagaimana jika sebuah hubungan yang awalnya direncanakan hanya sebagai hubungan seksual atau one night stand malah berjalan lebih jauh dan dalam?" Beberapa film khususnya yang memiliki genre romcom sudah sering mengangkat teman macam ini, sebut saja No Strings Attached yang dibintangi duet Portman-Kutcher. Hanya saja Weekend mengambil pendekatan yang lebih serius dan mendalam dan menambahkan satu pokok permasalahan lagi yaitu "bagaimana jika kedua tokoh yang saling mencintai tersebut adalah gay?" Sutradara Andrew Haigh yang juga merupakan penulis naskah film ini mencoba mengangkat dilema yang terjadi antara kedua tokohnya tentang bagaimana mereka menghadapi dilema akan hubungan yang awalnya direncanakan hanya sebagai have fun tersebut dan tentunya bagaimana mereka menghadapi kenyataan bahwa gay masih belum sepenuhnya diterima masyarakat.

Sepulang dari sebuah pesta dirumah temannya, Russell (Tom Cullen) tidak langsung pulang tapi mampir dulu ke sebuah gay bar dimana disana ia bertemu dengan Glen (Chris New). Keduanya lalu menghabiskan malam bersama dan berhubungan seks dirumah Russell. Hubungan tersebut awalnya memang hanya sebatas bersenang-senang saja, tapi ternyata kenyataannya lebih dari itu. Mereka mulai secara perlahan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan lebih sering bertemu. Tidak hanya bertemu untuk seks saja, keduanya juga makin sering bercerita tentang hal-hal yang sifatnya pribadi seperti masa lalu mereka, suka duka sebagai gay dan banyak lagi. Tentunya makin dalam sebuah hubungan maka satu sama lain akan makin banyak mengetahui dan akan makin banyak rintangan yang mereka temui. Meskipun dari sinopsis diatas dan dari apa yang juga saya tuliskan sebelumnya bahwa Weekend punya konflik mengenai sulitnya menjadi gay, tapi sebenarnya mengatakan ini adalah film tentang gay juga kurang tepat. Konflik tentang gay dan kedua karakternya yang gay hanyalah sebagai "bumbu penyedap" atau aksesoris belaka dari film ini. 
Yang menjadi sajian utama dari film ini adalah mengenai bagaimana sebuah hubungan perlahan menajdi semakin dalam dan berjalan jauh, padahal hubungan itu baru terjalin dalam waktu yang amat singkat dimana dalam film ini diceritakan kisahnya hanya berjalan tidak sampai genap tiga hari. Ini adalah film yang bercerita mengenai bagaimana sebuah rasa cinta tumbuh diantara dua manusia tanpa mempedulikan orientasi mereka apakah gay atau straight, cinta akan tetap dalam posisi yang sama. Disaat dua orang sudah saling merasakan kenyamanan dan hubungan mereka sudah beranjak tidak lagi hanya untuk mencari kesenangan lewat kepuasan seksual tapi lebih kepada saling berbagi maka tidak peduli jenis kelamin sampai waktu sekalipun cinta adalah hal yang akan tumbuh diantara mereka. Itulah kurang lebih yang coba diangkat dalam Weekend dimana sebenarnya posisi kedua tokoh utama ini bisa saja diganti sebagai pasangan hetero, pasangan lesbian atau apapun itu yang mana tidak jadi masalah karena ini adalah film tentang cinta dan intimasi.

Kisahnya berjalan dengan baik dan enak untuk diikuti lengkap dengan berbagai bumbu yang tidak berlebihan. Akan ada beberapa percik kejutan yang tentunya membuat kisahnya makin tidak membosankan. Kesederhanaan dan kealamiahan  adalah kekuatan utama dari film ini. Kisahnya yang begitu mudah diterima hingga akting para pemainnya yang begitu natural dan terlihat begitu alami dalam berututr ataupun bertingkah laku dalam film ini adalah bukti bagaimana sebuah film sederhana seperti Weekend tetap mampu tampil menarik. Mungkin tidak akan sampai pada titik yang begitu menyentuh atau sangat mengharukan, namun Weekend adalah sebuah romansa antar dua manusia yang menarik diikuti dan cukup mengingatkan saya pada Before Sunrise dan Before Sunset dilihat dari berbagai aspek.

RATING:

Tidak ada komentar :

Comment Page: