BATMAN (1966)

Tidak ada komentar
Jauh sebelum versi realistis dan gelap dari Nolan, bahkan sebelum versi Joel Schumacher yang norak dengan puting di kostum dan versi gelap khas Tim Burton, Batman pernah mengalami masa kejayaan di pertengahan 60-an. Saat itu serial televisi Batman yang dibintangi Adam West sebagai si manusia kelelawar dan Burt Ward sebagai Robin mampu menarik perhatian penonton dengan nuansanya yang campy, konyol dan penuh warna. Tentunya jangan bandingkan versi 60-an ini dengan Batman versi Nolan, karena seperti yang sayabilang versi ini adalah versi campy bahkan mungkin lebih campy dari Batman & Robin, bedanya versi jadul ini terasa lebih jujur dalam menyajikan ke-campy-an dan kebodohannya sehingga bukannya terlihat memalukan tapi malah membuat saya menikmati segala kekonyolan yang disajikan. Kesuksesan season pertamanya membuat produser William Dozier tertarik mengangkatnya ke layar lebar yang mana keinginan tersebut akhirnya terwujud beberapa bulan setelah musim pertamanya selesai tayang. Ya, akhirnya sang caped crusader mendapatkan film layar lebar pertamanya pada Juli 1966 dimana para bintang serial televisinya macam West dan Ward kembali berperan sebagai Batman dan Robin.

Film ini diawali saat Batman (Adam West) dan Robin (Burt Ward) mendapat laporan dari Commodore Schmidlapp (Reginald Denny) bahwa kapalnya tengah dalam bahaya. Batman dan Robin yang langsung menuju lokasi dengan memakai Batcopter dikejutkan dengan serangan hiu yang menyerang Batman dan pada akhirnya hiu tersebut meledak. Kemudian setelah mereka kembali diketahui bahwa kapal tersebut ternyata telah menghilang. Penyelidikan dilakukan oleh Batman dan Robin dimana kecurigaan mengarah pada lebih dari satu penjahat. Mereka mencurigai bahwa ada empat orang super villain kelas kakap yang terlibat dalam kasus tersebut. Mereka berempat adalah Catwoman (Lee Meriwether), Joker (Cesar Romero), Penguin (Burgess Meredith) dan The Riddler (Frank Gorshin). Adu taktik akhirnya terjadi antara dynamic duo dan keempat penjahat tersebut. Apakah sebenarnya rencana dari mereka berempat?

Mungkin bagi generasi sekarang yang sudah mengenal Batman versi Nolan ataupun Tim Burton bakalan menganggap ini adalah sebuah film sampah yang membuat superhero mereka yang keren, gelap dan realistis menjadi sesosok pria aneh dengan kostum bodoh yang juga bertindak tidak kalah bodoh dan konyolnya. Daripada sebuah film superhero yang serius, Batman (sama seperti serial televisinya) memang lebih terlihat sebagai sebuah parodi dari sang manusia kelelawar. Suasana yang penuh warna, dialog-dialog cheesy yang terlontar dari mulut para karakternya, alur cerita yang konyol dan jauh dari logika, action sequence yang sangat terlihat bohongan dan selalu diiringi musik ceria dan caption  seperti dalam buku komik adalah beberapa hal yang akan membuat film ini terasa campy. Hal itu sudah terlihat dari awal saat Batman yang tengah berada di Bat-Ladder (semua alat milik Batman disini selalu punya kata Bat- didepannya) tiba-tiba digigit kakinya oleh seekor ikan hiu dalam sebuah adegan yang sangat menggelikan. Jelas sekaliikan hiu itu adalah boneka, dan kekonyolan memuncak saat Batman memakai semprotan anti-hiu untuk mengusirnya.
Jangan lewatkan juga kekocakan dari sosok Robin yang sering mengucapkan sebuah dialog dengan sempilan kata holy- semisal holy sardine dan sebagainya. Sebuah dialog cheesy yang hebatnya menjadi ikonik di kemudian hari hingga sekarang. Atau lihat juga bagaimana keempat villain yang bertindak tidak kalah konyol dan bukannya menakutkan. Jangan harap anda melihat Joker sebagai agent of chaos ala Heath Ledger karena disini Joker seperti hanya penjahat biasa dengan polah konyol dan bermuka badut. Ada juga teka-teki dari The Riddler yang kadang punya pemecahan yang terdengar konyol. Sampai akhirnya ke-campy-an memuncak pada adegan klimaks yang mampu membuat saya terhibur dan tertawa terbahak-bahak. Tapi justru segala kekonyolan dan hal-hal campy itulah yang membuat film ini spesial dan jadi faktor utama yang mampu membuat saya terhibur. Mungkin Batman ini bukanlah film berbobot tapi jelas sebuah sajian yang amat sangat menghibur. Jika kekonyolan dalam Batman & Robin dibuat karena mengejar uang, maka dalam film ini segala kekonyolan memang dibuat dengan sengaja dan sadar diri sebagai hiburan. Hal itulah yang membuat semuanya bisa dimaafkan dan justru menjadi poin lebih.

Memang ada banyak hal yang seolah membuat film ini lebih dekat kearah parodi daripada film adaptasi komik Batman sungguhan, tapi patut diingat bahwa komik manusia kelelawar pernah berada di era yang mana suasananya terasa campy seperti film ini. Kalau saya tidak salah komik Batman di era tahun 1940-an adalah masa seperti itu dimana suasananya penuh warna, kontennya ringan, dan alat-alat yang dipakai oleh Batman punya kata Bat- didepannya. Hal itu terjadi setelah sebelumnya komik Batman yang gelap, kelam dan keras diprotes oleh para orang tua yang khawatir hal-hal tersebut akan berdampak negatif pada anak mereka. Pada akhirnya saya bisa dibuat menikmati Batman dengan versi yang mungkin bisa dibilang norak ini. Segala kenorakan yang jika tidak terlalu ditanggapi serius dan jika kita mau melupakan sejenak Batman versi Nolan akan menjadi sebuah kelebihan dan membuat kita bisa menikmati film ini. Tidak lupa juga menjelang akhir film ini menampilkan beberapa kata mutiara tentang kemanusiaan yang diungkapkan oleh Batman dengan (sok) serius dan membuat saya makin yakin bahwa ini adalah pencapaian puncak dari apa yang disebut sebagai campy movie. 


Tidak ada komentar :

Comment Page: