ROCK OF AGES (2012)
Film garapan Adam Shankman ini diangkat dari sebuah pementasan jukebox broadway musical yang sudah dipentaskan mulai dari tahun 2006 lalu dan masih berjalan hingga sekarang. Sekedar informasi, jukebox musical adalah sebuah pertunjukkan drama panggung atau film musikal yang menampilkan berbagai macam lagu yang sudah tenar dan di-cover sesuai dengan kebutuhan pertunjukkan tersebut. Untuk Rock of Ages sendiri, lagu-lagu yang dipakai adalah lagu-lagu rock dari era 80-an dimana glam rock tengah berjaya. Beberapa band yang tengah dalam masa jayanya saat itu lagunya muncul di film ini, sebut saja Deff Leppard, Scorpions, Guns N' Roses, Joan Jett hingga Bon Jovi. Ya, tentu saja ekspektasi saya terhadap film ini adalah sebuah musikal yang kental dengan aura rock baik itu dari isian lagu sampai konten ceritanya. Sutradara Adam Shankman sendiri sudah tidak asing dengan film musikal dimana dia sudah menyutradarai Hairspray hingga dua episode dari Glee. Untuk jajaran pemainnya sendiri film ini menampilkan ensemble cast mulai dari jebolan Dancing with the Stars Julianne Hough, penyanyi Mary J. Blige, hingga para aktor dan aktris ternama macam Russell Brand, Alec Baldwin, Paul Giamatti, Catherine Zeta-Jones dan tenunya Tom Cruise.
Film yang punya setting pada tahun 1987 ini menceritakan tentang Sherrie (Julianne Hough), seorang gadis kampung yang pindah ke Los Angeles untuk mengejar mimpinya untuk menjadi penyanyi. Sialnya saat baru sampai dia sudah jadi korban penjambretan dimana uang dan koleksi albumnya ikut hilang. Untung ada Drew (Diego Boneta) yang membantunya untuk mendapat pekerjaan di klab malam rock n' roll terkenal bernama The Bourbon Room yang dipunyai oleh Dennis Dupree (Alec Baldwin). Saat itu Bourbon tengah dalam masalah keuangan karena pajak. Disisi lain, Patricia Whitmore (Catherine Zeta-Jones) yang merupakan istri walikota dengan sangat gencar mengajak pihak gereja dan orang tua disana untuk memboikot rock n' roll dan Bourbon yang dianggap merusak generasi muda. Protes bertambah gencar saat di Bourbon akan diadakan konser terakhir dari band Arsenal yang mempunyai frontman Stacee Jaxx (Tom Cruise) yang dikenal sebagai dewa rock. Tentu saja akan ada konflik percintaan antara Sherrie dan Drew dimana keduanya sama-sama mengejar mimpi di Los Angeles.
Bicara soal nomor musik yang ditampilkan, Rock of Ages jelas memberikan keasyikan tersendiri bagi penontonnya. Bagi para pecinta glam rock dan yang hidup dimasa musik tersebut berjaya pasti akan sing along dan berjoget menikmati sajian lagu-lagunya. Bahkan bagi saya yang bukan pecinta musik tersebut pun masih sangat menikmatinya. Memang hanya beberapa lagu terkenal saja yang saya hafal, namun patut diakui bagaimana musik-musik yang ada dipresentasikan berhasil menjadi hiburan yang luar biasa. Lagu-lagu macam I Love Rock n' Roll, More Than Words, Rock You Like A Hurricane dan masih banyak lagi memang memberikan kesenangan bagi telinga penontonnya. Bagaimana aransemen yang dihadirkan dalam film ini mampu tampil begitu menyenangkan tanpa harus merusak versi asli lagunya patut mendapat pujian dan menjadi salah satu poin plus paling kuat dalam Rock of Ages.
Dari segi musik jelas film ini cukup terasa aura rock-nya, lalu bagaimana dengan ceritanya? Sayangnya untuk urusan cerita Rock of Ages terasa kurang nge-rock. Daripada memberikan cerita yang kental dengan segala pernak-pernik rock n' roll yang keras, liar dan gahar, film ini justru lebih terasa seperti versi layar lebar dari Glee hanya saja sajian musiknya punya genre rock 80-an, tapi untuk urusan jalan ceritanya terasa sangat Glee. Kisah tentang seorang gadis polos yang mengadu nasib ke kota besar, hidup terlunta-lunta, bertemu pria idaman hingga akhirnya berhasil meraih mimpinya jelas bukan sebuah cerita yang (bagi saya) mencerminkan rasa rock n' roll. Oke, mungkin kehidupan tokohnya digambarkan susah, tapi tidak keras dan kelam karena pengemasannya yang ringan. Kemasan luar dan sajian lagunya boleh saja nge-rock, tapi didalamnya tidak terasa jiwa dari rock n' roll tersebut seperti apa yang terus menerus dikatakan oleh para tokohnya tentang jiwa rock n' roll dan sebagainya. Pemakaian lagu Don't Stop Believing yang untuk generasi sekarang sudah begitu identik dengan Glee pada klimaks cerita juga makin menguatkan bahwa Rock of Ages adalah musikal ala Glee dengan kedok rock n' roll.
Ceritanya yang kurang nge-rock dan sangat mudah ditebak jelas cukup mengecewakan meski sebenarnya masih bisa diikuti, toh iringan musiknya nyaman di telinga. Tapi satu lagi faktor plus film ini adalah permainan para pemainnya. Yah, mungkin dua bintang utamanya terasa biasa saja, tapi lihat pemeran pendukung macam Alec Baldwin yang tua tapi nge-rock, Russell Brand yang kali ini tidak terlalu annoying, Catherine Zeta-Jones yang sering terasa menyebalkan, Paul Giamatti yang terlihat licik, semuanya bermain bagus. Tapi bagi saya bintang utamanya adalah Tom Cruise. Sejak film dimulai saya langsung menunggu-nunggu kemunculan Cruise sebagai dewa rock, dan begitu dia muncul ternyata ia langsung berhasil mencuri perhatian. Tampilannya memang mengingatkan pada Axl Rose, tapi lihat aura yang dimunculkannya. Gadis-gadis yang pingsan jika ada di dekatnya memang selipan komedi, tapi disisi lain sosok Cruise sebagai Stacee Jaxx benar-benar menggambarkan apa itu "Dewa Rock" yang punya aura kuat dan wibawa luar biasa, dan karakternya juga masih terasa manuiawi hanya saja kurang dalam digali.
Tahun 2012 dunia film memang kental dengan berbagai kado dari filmmaker untuk beberapa kalangan penonton, semisal The Cabin in the Woods bagi pecinta horror, The Artist bagi film bisu, dan masih banyak lagi. Rock of Ages bisa saja menjadi sebuah kado dan penghormatan bagi dunia rock n' roll, sayangnya kisah yang ditampilkan masih jauh dari keliaran dan kerasnya rock n' roll itu sendiri. Auranya masih terasa terlalu ringan dan kisahnya begitu cheesy. Bagaimana momen musikalnya disajikan sebenarnya juga terlihat dipaksakan, untung lagu-lagunya bagus jadi saya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Sayang sekali film ini sebenarnya berpotensi menggali lebih dalam dunia rock n' roll beserta ketenaran dan mimpi yang ada didalamnya. Bahkan film ini juga mengkritik pop culture dan para ekstrimis agama , tapi semua pesan itu lenyap dengan kemasan Rock of Ages yang terlalu "halus". Tapi masih sebuah film yang bisa dinikmati khususnya bagi para pecinta glam rock dan menonton penampilan Tom Cruise disini adalah hiburan yang memuaskan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar