PARANORMAN (2012)
Setelah sukses menelurkan sebuah animasi stop-motion yang punya visual unik dan cerita yang bisa dinikmati oleh orang dewasa dalam Coraline, studio Laika kembali merilis sebuah animasi stop-motion dengan konten cerita yang lagi-lagi mengambil pendekatan kearah horror layaknya Coraline. Diarahkan oleh sutradara Sam Fell dan Chris Butler, ParaNorman akan membawa kita kedalam sebuah kisah horor tentang hantu, zombie hingga penyihir dalam balutan animasi. Meskipun tidak memiliki penceritaan sekelam dan seunik Coraline, jika dibandingkan film-film animasi lain jelas ParaNorman punya daya tarik tersendiri yang membuat orang dewasa sekalipun bisa menikmati filmnya dan anak-anak mungkin malah akan ketakutan menonton visualisasi zombie, penampakan hantu sampai teror penyihir yang menjadi klimaks film ini. Jadi siapakah Norman sebenarnya? Norman hanyalah bocah berumur 11 tahun yang sering dicap aneh oleh orang-orang disekitarnya, mulai dari tetangga, teman-teman disekolah, bahkan sampai keluarganya (khususnya ayah dan kakak perempuannya). Mereka semua menganggap Norman aneh karena pengakuan Norman yang katanya bisa berkomunikasi dengan hantu.
Kebiasaan Norman yang gemar menonton film horror khususnya zombie dan mengoleksi barang-barang yang berkaitan dengan zombie sampai kebiasaannya bicara sendiri membuat orang-orang menjauhinya. Di sekolah ia sering menjadi korban bullying. Dirumah juga sering dimarahi sang ayah karena sering mengatakan bahwa ia baru saja bicara dengan neneknya yang telah meninggal. Namun meski semua orang tidak percaya, kemampuan Norman tersebut memang benar adanya. Norman bisa berkomunikasi dengan orang mati bahkan hewan yang telah mati pun bisa ia ajak berinteraksi. Norman terus hidup dalam kesendirian, sampai suatu hari pamannya yang juga dicap sebagai orang aneh mendatanginya dan meminta Norman meneruskan pekerjaannya untuk menjaga supaya kutukan penyihir yang telah lama terkubur tidak bangkit kembali. Namun sayangnya semua terlambat dan sang penyihir pun bangkit, lengkap dengan sepasukan zombie yang meneror warga kota. Harapan semua orang kini justru terletak pada Norman yang selama ini mereka anggap sebagai anak aneh.
Seperti yang sudah sedikit saya tuliskan diatas, ParaNorman berhasil menyuguhkan sebuah visual yang jelas pantas dikategorikan bagus. Jujur saya masih lebih suka dengan visualisasi yang ada di Caroline karena lebih tearas unik dan punya aura 'main-main' yang kuat, sedangkan film ini terasa lebih mainstream, tapi hal itu sama sekali tidak mengurangi kekuatan visual ParaNorman apalagi jika dibandingkan dengan film-film animasi rilisan Hollywood lainnya. Sebuah dunia horror penuh dengan hantu dan zombie menyeramkan sanggup muncul dalam film ini. Tentunya supaya penonton anak-anak tetap bisa menikmati, visualisasinya tidak hanya menuju kearah seram namun juga mengalami beberapa sentuhan yang membuatnya punya nuansa komedi. Tapi itu semua tidak pernah membuat suasana horor yang ada menjadi berkurang. Zombie yang muncul tetap bisa menciptakan suasana tegang, dan bisa mengagetkan layaknya film-film horor live action. Bahkan klimaks film saat sang penyihir muncul bisa membuat penonton anak-anak ketakutan. Sebuah adegan ditengah hutan saat sang penyihir berbisik pada Norman adalah salah satu adegan paling creepy dalam film ini.
Untuk urusan cerita, ParaNorman sebenarnya tidak punya alur yang mengejutkan. Kita akan disuguhi sebuah kisah from zero to hero yang sudah ratusan kali muncul dalam film. Norman yang awalnya dicemooh dan dijauhi kemudian menjadi pahlawan. Namun sekali lagi beberapa pernak-pernik ceritanya yang cukup kelam dan aura horor yang ada membuat ParaNorman tidak lagi terasa klise dan membosankan. Jika ditilik lagi, sebenarnya film ini cukup kelam dalam ceritanya. Unsur kematian jelas sangat dekat dengan kisahnya. Lalu ada hal tentang kesalah pahaman yang berujung tragis. Tapi kemasan komedi yang ada membuat film ini tetap terasa ringan meski bagi para penonton dewasa atau penonton yang kritis akan bisa menangkap bagaimana kelamnya kisah dalam film ini. ParaNorman secara keseluruhan adalah sebuah kisah tentang bagaimana orang seringkali memandang orang lain dengan semena-mena dan semau mereka, padahal orang yang mereka judge secara negatif itu belum tentu memang buruk seperti yang terlihat di permukaan. Setidaknya para tokoh dalam film ini mengalami hal itu mulai dari Norman, para zombie hingga Aggie sang penyihir.
Overall, ParaNorman patut mendapat pujian karena tetap berani mempertahankan suasana horror meskipun dibalut dengan bentuk animasi, dan disisi lain masih mampu terasa bersahabat dengan penonton anak-anak. Keberanian memasukkan unsur cerita yang cukup kelam juga patut dipuji, dan satu keberanian lagi yang cukup mengejutkan adalah adanya karakter gay dalam sebuah film animasi.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar