LAWLESS (2012)
Film arahan sutradara John Hillcoat ini diadaptasi dari sebuah novel yang berasal dari sebuah kisah nyata berjudul The Wettest County in the World. Awalnya film ini berjudul sama dengan novelnya sebelum digantin menjadi Lawless. Jadi apa sebenarnya arti dari The Wettest County in the Wolrd? Apakah sebutan untuk tempat yang sering hujan atau dilanda banjir? Ternyata bukan. Julukan the wettest country in the world adalah sebutan bagi Franklin County, sebuah wilayah yang terletak di negara bagian Virginia. Franklin mendapat sebutan itu karena dikenal sebagai tempat penghasil minuman keras terbesar. Filmnya sendiri memang berkisah tentang kehidupan tiga bersaudara Bondurant yang melakukan bisnis jual beli minuman keras secara ilegal, dimana pada tahun 1931 hal tersebut adalah sebuah pelanggaran hukum. Namun tentu saja seperti judulnya, hukum yang berlaku di Franklin tidak sepenuhnya ditegakkan dengan benar, karena para penjual minuman keras disana masih bisa dengan mudah "lolos" dari polisi. Ya, para penjual minuman keras ini bagaikan gangster di The Godfather yang bisa dengan mudah melakukan tindak kriminal asalkan membayar uang pelicin bagi para penegak hukum. Ini adalah kisah dimana sebuah hukum yang tertulis di undang-undang tidak lagi berlaku dan ditegakkan dengan benar.
Tiga bersaudara Bondurant yang menguasai bisnis jual beli minuman keras di Franklin terdiri dari: Forrest (Tom Hardy) yang merupakan yang tertua sekaligus pemimpin dari bisnis tersebut. Forrest memang terlihat sebagai yang paling pendiam, namun dibalik wibawa dan diamnya, dia adalah sosok yang tidak kenal takut dan tidak pandang bulu pada siapapun. Kemudian yang kedua ada Howard (Jason Clarke) yang merupakan sosok Bondurant yang paling brutal, paling kuat dan paling ditakuti. Sosoknya sedikit mengingatkan saya pada Sonny Corleone yang mudah meledak emosinya. Kemudian si bungsu bernama Jack (Shia LaBeouf) yang penuh percaya diri, banyak omong dan selalu ingin membuktikan kehebatan yang ia miliki khususnya di depan Forrest. FYI, Jack di kehidupan nyata adalah kakek dari Matt Bondurant yang tidak lain adalah penulis novel The Wettest County in the World. Bisnis yang mereka bertiga jalankan sukses luar biasa dan bisa dengan leluasa memasok minuman tanpa gangguan dari polisi. Sampai suatu hari datang Special Deputy Charley Rakes (Guy Pearce) yang kejam dan meminta para penjual minuman membayar kepadanya, jika tidak bisnis tersebut akan ditutup secara paksa. Tentu saja Forrest tidak bersedia tunduk kepada kebijaka tersebut dan tetap melakukan bisnisnya secara ilegal. Disisi lain, kisah cinta juga terjadi antara Forrest dengan Maggie (Jessica Chastain), mantan penari dari California yang bekerja sebagai waitress di tempat miliknya. Sedangkan Jack berusaha mendapatkan hati Bertha (Mia Wasikowska) yang merupakan puteri seorang pendeta.
Lawless adalah sebuah kisah dimana hukum benar-benar tidak berlaku dan para penegak hukum sendiri tidak bekerja seperti seharusnya. Mereka korup, tidak taat hukum, dan bengis hingga tega menyiksa bahkan membunuh seseorang dengan gampangnya. Tentu saja film ini juga coba mengangkat tentang ambiguitas moral yang terjadi, namun saya kurang merasakan hal itu. Penonton akan dengan mudah menentukan siapa baik dan siapa jahat. Bondurant bersaudara meskipun pelanggar hukum namun akan dengan mudah dikategorikan sebagai pihak yang baik, sedangkan lawannya adalah para polisi korup dan juga bengis seperi Rakes, bukannya polisi baik-baik yang harus menjalankan tugas mereka untuk menangkap para pelanggar hukum. Dengan karakterisasi seperti itu mudah saja bagi penonton memberikan keputusan siapa jahat siapa baik atau siapa benar siapa salah. Tapi sebagai penggambaran kerasnya hidup karakter yang ada, maka Lawless sudah cukup berhasil menggambarkan itu. Berbagai momen brutal penuh darah mulai dari adu pukul yang keras, adu tembak, adegan menggorok leher dan masih banyak momen brutal lainnya seolah menunjukkan bahwa tokoh-tokohnya bisa terbunuh kapan saja dan tidak bisa menjalani hidup mereka dengan bahagia.
Film ini memang terasa keras,brutal dan penuh sisi machoisme, tapi saya kurang merasakan adanya kandungan emosi yang kuat didalamnya. Lawless bisa saja menjadi sebuah film yang terasa lebih kelam bahkan tragis, mengingat kehidupan keras para tokohnya yang bahkan hanya untuk menjalin kehidupan percintaan saja tidak mudah. Tapi nyatanya Lawless tidak pernah terasa benar-benar mengena, walaupun adegan yang cukup shocking sempat beberapa kali muncul namun sekali lagi itu disebabkan oleh kebrutalan dan unsur kekerasan film ini. Saya jelas bukan seseorang yang anti melihat kekerasan berlebihan dalam film. Bahkan bagi saya kekerasan dalam Lawless adalah kekerasan yang perlu ditampilkan, namun sayangnya film ini kurang kuat untuk urusan kedalaman cerita. Tapi John Hillcoat bukannya tidak berusaha, karena beberapa kali terlihat ada adegan yang diharapkan bisa membuat penontonnya terbawa, namun sayangnya kurang termaksimalkan sisi emosionalnya. Bahkan adegan klimaks yang sempat terasa menjanjikan, menegangkan dan keren pada akhirnya berakhir dengan sangat biasa dan kurang menggigit.
Saya suka akting para pemainnya, tapi saya kurang menyukai karakterisasi dan porsi karakter yang mereka mainkan. Tom Hardy sebagai Forrest mungkin bukan sosok yang ekspresif tapi terlihat jelas menyimpan banyak hal mulai dari kesedihan, amarah hingga cinta. Tatapan mata dan cara bicaranya sudah cukup membuat orang lain ciut terlebih dahulu, dan begitu emosinya meledak dia bagaikan monster yang mengamuk. Sedangkan sosok Jack sebenarnya dimainkan cukup baik oleh LaBeouf, tapi sebagai karakter utama (film ini bertutur berdasarkan narasi Jack) dia jelas tidak mudah disukai. Sosoknya sok tahu, terlalu percaya diri dan selalu menimbulkan masalah bagi orang lain, bahkan sampai akhir film pun sosoknya selalu membuat masalah yang merugikan. Guy Pearce jelas sempurna sebagai Rakes yang begitu bengis. Sama seperti Forrest, sosok Rakes sudah bisa membuat lawan bicaranya takut. Namun sayang penempatan karakter macam Rakes disini membuat ambiguitas moral yang bisa diangkat menjadi nihil. Kita sudah punya polisi korup disini, jadi kenapa menambahkan seorang polisi bengis? Namun disisi lain karakterisasi ini sesuai dengan tema sekaligus judul filmnya, lawless. Jessica Chastain dan Mia Wasikowska bermain baik, namun karakter keduanya sangat terbatas dan nyaris berakhir sebagai pemanis belaka jika tidak ada akting yang kuat. Yang paling disayangkan adalah sosok Floyd Banner yang dimainkan Gary Oldman. Dia adalah favorit saya disini, namun porsinya amat kecil. Bahkan jika tokohnya dihilangkan sekalipun tidak akan terlalu berpengaruh pada alur keseluruhan.
Lawless adalah sebuah film yang keras, cukup menghibur namun kurang mendalam. Ini adalah kisah tentang pria kuat dalam kehidupan yang keras. Kisah tentang pria tanpa rasa takut di tempat yang tanpa hukum. Sekilas kisahnya mengingatkan saya pada The Godfather, dimana ada kriminal yang bebas, polisi korup, persaudaraan antara kriminal, hingga tokoh utama yang berusaha menjadi yang terbaik di bidangnya adalah berbagai kisah yang bisa ditemui di dua film. Bedanya Lawless kurang mendalam dalam menceritakan kisah-kisahnya. Perbedaan mendasar satu lagi adalah, Michael Corleone pada awalnya tidak ingin menjadi gangster namun terpaksa menjadi dan tanpa banyak omong dia berusaha sebisa mungkin menjadi yang terbaik, sedangkan Jack Bondurant adalah seorang karakter banyak omong dan sering mengacaukan situasi, jelas bukan karakter yang mudah disukai.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar