MAN OF STEEL (2013)
Ditengah gempuran superhero Marvel yang mencapai puncaknya lewat kesuksesan besar The Avengers tahun lalu, DC jelas kelabakan. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir hanya Batman lewat trilogi milik Nolan yang sanggup menunjukkan kehebatannya. Sedangkan film lain macam Green Lantern gagal baik secara penghasilan maupun kualitas. Tapi DC masih punya satu lagi sosok superhero besar, seorang pahlawan super yang memulai sejarah panjang komik superhero. Siapa lagi kalau bukan Superman. Sayangnya film terakhir sang manusia baja termasuk kurang berhasil di pasaran mesk karya Bryan Singer tersebut dianggap sebagai sebuah reboot dengan kualitas yang terbilang lumayan. Untuk menghidupkan kembali sosok Superman di layar lebar, maka dua sosok yang melatar belakangi kesuksesan The Dark Knight Trilogy dikontrak untuk membuat film ini. Christopher Nolan ditunjuk sebagai produser sedangkan David S. Goyer menjadi orang yang menulis naskah film ini. Tidak lupa langganan Nolan dalam mengisi soundtrack yakni Hans Zimmer turut dipakai. Sedangkan untuk sutradara ditunjuklah Zack Snyder yang sebelumnya pernah menyutradarai adaptasi komik DC lainnya lewat Watchmen. Sebagai pemeran Superman ada aktor asal Inggris, Henry Cavill. Jajaran pemeran lainnya ada Amy Adams, Michael Shannon, Kevin Costner, Russell Crowe, Diane Lane hingga Laurence Fishburne. Ya, Man of Steel adalah ensemble dari segala sisinya yang mebuat ekspektasi saya setinggi langit.
Man of Steel akan memulai kisahnya jauh sebelum Clark Kent tiba di Bumi. Saat itu Planet Krypton tengah mengalami krisis dimana Jor-El (Russell Crowe) dan istrinya Lara (Ayelet Zurer) meramalkan bahwa kiamat tidak akan lama lagi tiba di Krypton. Untuk itulah mereka berencana mengirimkan anak mereka, Kal-El yang merupakan bayi biologis pertama yang lahir di Krypton setelah berabad-abad lamanya ke planet lain yang aman untuk mencegah ras Krypton dari kepunahan. Namun sebelum hal itu berhasil, terjadi pemberontakan oleh General Zod (Michael Shannon) dan anak buahnya yang berusaha melakukan kudeta. Pada akhirnya Zod berhasil ditangkap dan Kal-el pun berhasil dikirimkan ke planet lain meski harus memakan jiwa Jor-El yang tewas di tangan Zod. Sayang tidak lama kemudian Krypton sungguh-sungguh hancur dan menewaskan semua rakyatnya. Disisi lain, Kal-El tiba di Bumi dan dirawat oleh sepasang suami istri Jonathan dan Martha Kent (Kevin Costner & Diane Lane). Kal-El tumbuh sebagai Clark Kent yang perlahan mulai mengetahui bahwa dirinya berbeda dari anak lain karena mempunyai banyak kekuatan yang melebihi manusia biasa. Jonathan Kent sendiri mendidik Clark untuk menahan dan tidak menunjukkan kekuatannya sampai tiba waktunya saat dunia sudah siap. Clark terus berkeliling dunia guna mencari jawaban atas eksistensinya. Tanpa ia sadari bahwa Zod dan pasukannya berhasil mengetahui bahwa ia tinggal di Bumi serta siap melakukan serangan untuk menangkap Clark sang putera terakhir Krypton.
Hal pertama yang terlintas saat mendengar keterlibatan Nolan disini adalah bagaimana sosok Superman/Clark Kent akan diperlakukan. Apakah pendekatan Nolan yang memanusiawikan Batman juga diberlakukan disini? Apakah tone filmnya akan terasa lebih realistis bahkan terasa kelam? Biar bagaimana juga, tidak mungkin memanusiakan sosok Superman yang jelas-jelas bukan manusia, berbeda dengan Batman. Jadi jalan untuk membuat Superman lebih manusiawi adalah mengeskplorasi lebih mendalam tentang bagaimana Clark Kent/Kal-El bisa menjelman menjadi Superman yang merupakan superhero terhebta, bukan sekedar alien berwujud manusia dengan kekuatan super. Untuk itu dalam Man of Steel kita akan diajak melihat sejarah awal Superman secara lebih jauh. Bagi penonton yang masih awam dengan sejarah sang manusia baja, Man of Steel dengan baik hati akan menjelaskan itu semua. Dengan pola narasi bolak-balik (gaya yang begitu terasa inspirasi dari Nolan) kita diperlihatkan bagaimana Clark kecil berusaha menanggapi kekuatan yang ia miliki disaat orang-orang di sekitarnya sering menganggapnya anak aneh. Pengaruh dari kedua orang tua Bumi-nya, khususnya Jonathan Kent begitu terasa disini. Kevin Costner memang hanya muncul sebentar tapi dia selalu berhasil tampil maksimal. Ada dua momen dari Jonathan Kent yang sanggup membuat saya nyaris meneteskan air mata di film ini.
Paruh awalnya akan lebih berfokus pada drama pencarian makna hidup dan kekuatan yang dimiliki oleh Clark Kent. Alurnya berjalan cukup lambat pada bagian ini. Sayangnya Zack Snyder bukanlah seorang story teller handal seperti Nolan. Jadi meski porsi drama Man of Steel diisi oleh makna yang dalam, kemunculan luar biasa Jonathan Kent, serta tampilan visual alam yang luar biasa indah, namun ceritanya berjalan cukup membosankan. Tapi setidaknya dengan banyaknya eksplorasi mengenai masa lalu Clark lengkap dengan hubungannya dengan sang ayah Man of Steel cukup berhasil menjadi sebuah film yang mengisahkan dengan cukup lengkap bagaimana sang tokoh utama bisa menjadi pahlawan seperti yang kita kenal sekarang. Meski pada akhirnya terkesan lambat dan agak membosankan serta kurang mendalam, tapi setidaknya saya mendapat kisah latar belakang yang cukup untuk mengenal dengan lebih jauh sosok Superman termasuk makna lambang 'S' di kostumnya. Hal ini memang sudah pernah dijelaskan di komiknya, tapi dengan dimunculkan disini makin membuat Man of Steel terasa lebih realistis. Belum lagi penyesuaian sosok Louis Lane yang mengalami perubahan dibanding komik atau versi film sebelumnya yang bagi saya keputusan tepat. Hal ini akan membuat pembangunan hubungan Clark-Louis kedepannya jadi lebih menarik dan tidak akan membuat sosok Louis terlihat sebagai wartawan yang "bodoh".
Tentu saja diluar porsi dramanya satu hal yang sangat dinanti adalah porsi adegan aksi khususnya yang menampilkan pertarungan Superman melawan Zod. Sebelum film rilis sering terdengar berbagai joke mengenai Snyder yang terkenal akan efek slow motion. Apakah Man of Steel juga dikemas demikian? Tentu saja tidak, karena akan terasa aneh jika Superman dengan kecepatan luar biasanya beraksi dengan format slo-mo bukan? Adegan aksi khususnya klimaks di film ini dirangkum oleh Snyder dalam skala besar-besaran dengan kehancuran dimana-mana. Dua sosok alien super tersebut bertarung dengan kecepatan kilat, meluluh lantahkan kota Metropolis dengan mudahnya lengkap dengan iringan scoring Hans Zimmer yang tentu saja begitu megah. Jadi apakah porsi adegan aksi Man of Steel yang besar-besaran tersebut memuaskan saya? Sayangnya tidak. Berkesan epic memang betul. Berkecepatan tinggi tentu saja. Menunjukkan betapa hebatnya Superman? Sudah pasti. Karena saya akui sosok Superman yang oleh orang umum mulai dianggap kurang keren dibanding Batman atau Iron Man disini berhasil terlihat keren bagi saya. Tapi saya tetap merasa adegan aksi besar-besaran itu terasa kosong. Melihat gedung raksasa hancur lebur berkali-kali, melihat Superman dan Zod bertarung dengan kecepatan tinggi hingga nyaris tidak terlihat, gemuruh disana-sini, pada akhirnya hanya itu yang saya dapatkan. Saya tidak merasakan kesan epic nan heroik dalam klimaks tersebut seperti yang saya lihat saat Batman menyelamatkan Gothan di The Dark Knight Rises.
Justru momen kontroversial di ending-nya yang memuaskan saya. Disaat banyak orang mengkritisi hal tersebut, bagi saya itu justru menggambarkan dengan jelas bagaimana sosok Superman yang begitu peduli pada umat manusia dan rela berkorban apapun untuk melindungi mereka. Tapi disisi lain hal itu juga sesuai dengan sosok Superman yang disini baru saja memulai tugasnya sebagai hero. Dia belum berpengalaman mengatasi situasi seperti yang ia hadapi saat melawan Zod meski secara kekuatan jelas ia tidak terkalahkan. Disitulah saya melihat bahwa sosok Superman yang heroik namun juga masih awam sebagai superhero digambarkan dengan sempurna di ending tersebut. Bicara penggambaran Superman tentu saja tidak lepas dari sosok Henry Cavill. Mungkin dia belumlah sehebat Christopher Reeve, tapi sosoknya yang kekar dan tampan bagi saya cukup pas sebagai Superman meski minus poni melengkung berbentuk huruf 'S' di dahinya. Amy Adams cocok sebagai Louis Lane meski usianya sedikit terlalu tua. Michael Shannon jelas tidak kesulitan menghidupkan karakter Zod yang kejam dan meledak-ledak. Karakter Zod sendiri mendapat penggalian yang lumayan dimaa motivasinya untuk menyerang Bumi lebih digali dan bukan sekedar penjahat super yang gila dan kejam. Laurence Fishburne juga berhasil mengejutkan saya lewat tatapan mata penuh arti saat ia tengah terjebak di reruntuhan kota dan mengira ajalnya telah tiba. Tapi bicara akting jelas Kevin Costner yang paling menonjol. Saya tidak akan melupakan senyum serta gestur tangannya yang menyuruh Clark untuk tidak datang menyelamatkan dirinya meski angin topan akan menerjang dirinya.
Mungkin Man of Steel tidak berhasil memenuhi ekspektasi saya yang begitu tinggi, tapi setidaknya ini bukan sebuah awal yang buruk bagi Superman meski jelas masih banyak sekali yang perlu dibenahi khususnya jika pada sekuelnya Zack Snyder masih menjadi sutradara. Tapi setidaknya saya begitu menantikan bagaimana tindak lanjut DC pada superhero miliknya mengingat film ini cukup sukses secara Box Office. Mungkinkah akan ada Lex Luthor mengingat Luthor Corp. sempat muncul sekilas? Ataukah di film kedua yang rencananya rilis tahun depan akan ada hint untuk Justice League? Atau mungkin Batman? Saya tidak tahu tapi yang jelas lambang Wayne Enterprise versi Nolan muncul sekilas di film ini. Tentunya saya masih menggantungkan harapan tinggi pada kelanjutkan franchise ini.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
2 komentar :
Comment Page:'momen kontroversial' apa ya??? --?
Pas ending konklusi Superman sama Zod
Posting Komentar