SIDE EFFECTS (2013)
Rasanya tidak berlebihan jika saya menyebut Steven Soderbergh sebagai salah satu sutradara terbaik di dunia saat ini. Pertama dia adalah sutradara yang sangat produktif dimana setiap tahun rutin merilis setidaknya satu film, bahkan seringkali dia merilis dua film dalam setahun. Kedua, meski sering merilis film namun kualitas yang ia hasilkan selalu memuaskan. Jika patokannya adalah situs Rotten Tomatoes maka dari total 28 film yang telah ia sutradarai hanya delapan film yang mendapat predikat rotten dimana salah satu filmnya pun adalah sebuah antologi yakni Eros yang ia buat bersama Wong Kar-wai dan Michaelangelo Antonini dimana segmen milik Soderbergh mendapat respon positif. Alasan ketiga adalah karena Soderbergh tidak ragu untuk bereksplorasi dalam genre film yang ia sutradarai. Berbagai macam genre pernah ia garap baik itu berbujet besar maupun film micro budget. Dalam Side Effects ia mengambil tema yang sedikit mirip dengan Contagion dimana filmnya berkisah tentang sebuah efek samping dari obat-obatan. Film ini dibintangi oleh banyak bintang besar termasuk Channing Tatum yang akhir-akhir ini menjadi anak emas Soderbergh. Selain Tatum ada juga Jude Law, Rooney Mara serta Catherine Zeta-jones.
Emily Taylor (Rooney Mara) harusnya tengah berbahagia karena sang suami, Martin Taylor (Channing Tatum) baru saja dibebaskan setelah empat tahun mendekam di penjara. Namun Emily justru terlihat tertekan, bahkantidak bisa terpuaskan dalam berhubungan seks. Sampai suatu hari ia melakukan percobaan bunuh diri dnegan menabrakkan mobil yang ia naiki ke sebuah tembok di tempat parkir. Meski selamat dari kejadian tersebut namun Emily harus mendapat perawatan rutin dari seorang Psikiater bernama Dr. Jonathan Banks (Jude Law) karena dikhawatirkan akan melakukan percobaan bunuh diri lagi. Dalam proses perawatan, Dr. Banks memberikan sebuah obat bernama Ablixa yang dapat membuat mood Emily membaik. Hasilnya memang memuaskan dimana Emily tidak lagi depresi, dia bisa tidur nyenyak dan yang paling penting kehidupan seks yang ia jalani dengan Martin kembali memuaskan. Namun ternyata Ablixa memberikan sebuah efek samping mengerikan yang memberikan dampak panjang tidak hanya bagi Emily namun juga Martin dan Dr. Banks. Dibandingkan Contagion, memang Side Effects punya lingkup yang lebih kecil dan bukan menyoroti penyebaran virus berskala global, tapi ini masih sebuah film yang punya tingkat kecerdasan serta kerumitan naskah mengenai konspirasi tingkat tinggi bahkan bagi saya ini adalah sebuah suguhan yang lebih cerdas dari Contagion.
Seberapa cerdaskah film ini? Pada awalnya Side Effects akan mengajak kita menyoroti bagaimana Emily dengan segala depresi yang ia alami sebelum pada akhirnya kita beranjak pada thriller yang berjalan dengan tempo sedang namun tetap terasa tegang bahkan mengerikan membayangkan ada obat yang bisa memberikan efek samping seperti itu. Pada momen ini kita akan dibawa untuk melihat bagaimana film ini mengkritisi tentang bagaimana para dokter atau dalam film ini psikiater dengan mudah memberikan sebuah obat pada pasiennya tanpa melakukan konseling secara lebih mendalam dan tidak melakukan research terhadap obat yang diberikan secara mendetail. Kita juga akan diajak melihat bagaimana Dr. Banks melakukan invstigasi terhadap kasus yang terjadi pada Emily yang juga turut menyeret dirinya. Perlahan saat investigasi tersebut berjalan semakin jauh kita akan diperlihatkan bahwa sesungguhnya Side Effects lebih dari sekedar sajian thriller mengenai efek samping yang berbahaya dari sebuah obat. Munculnya twist pada pertengahan investigasi tersebut membawa kita pada lingkup yang lebih luas serta lebih kompleks pada kisahnya.
Side Effects memang sebuah tontonan yang penuh dengan twist berlapis nan mengejutkan. Saya tidak menduga kemunculan kejutan tersebut karena misteri dan penyelidikan yang dirangkum oleh Soderbergh mampu tampil begitu memikat, menarik dan membuat saya tenggelam pada alurnya. Pada akhirnya saya yang sudah berfokus pada misteri tersebut tidak menduga akan kemunculan kejutan cerdas yang sudah disiapkan oleh film ini. Hebatnya lagi, meski punya banyak kejutan namun berkat kisahnya yang mengalir dengan begitu rapih saya tidak merasa sedikitpun dibohongi oleh twist yang ada. Saya senang saja dibohongi oleh Soderbergh disini karena semua kejutan yang dihadirkan adalah sebuah jawaban dari misteri besar yang dibungkus dengan rapih lewat sampul menarik berupa efek samping berbahaya dari obat-obatan. Tidak lupa film ini juga menyinggung berbagai hal lain seperti countertransference yang terjadi antara psikiater dengan pasiennya serta sebuah kisah cinta berbalut seksualitas yang kelam. Side Effectsi nyaris menjadi sebuah film yang sempurna bagi saya jika saja di akhirnya tidak terlalu banyak twist lagi yang makin bertumpuk. Meski lagi-lagi kejutannya tidak terasa dipaksakan namun kehadiran terlalu banyak kejutan di akhir dalam momen berdekatan seolah membuat filmnya punya banyak ending membuat saya terganggu.
Secara keseluruhan Side Effects adalah sebuah film yang sangat lengkap bagi saya. Ada misteri dan porsi investigasi yang menarik, thriller dengan konten cerdas mengenai obat-obatan dan sisi psikologis, kisah konspirasi, cerita cinta yang kelam dan tentunya berbagai twist cerdas yang tidak terduga kemunculannya. Salah satu film terbaik tahun ini yang mampu terus membuat saya terperangah dan bertepuk tangan. Satu lagi catatan emas dalam karir Soderbergh yang sayangnya memutuskan akan rehat sejenak setelah merilis Behind the Candelabra yang dirilis tidak lama setelah film ini.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar