THE HANGOVER PART III (2013)
Empat tahun lalu Todd Phillips berhasil meraih kesuksesan luar biasa saat The Hangover yang mempunyai bujet hanya $35 juta sanggup meraup pendapatan $467 juta dan memenangkan Golden Globe untuk kategori Best Musical or Comedy. Film pertamanya memang punya ramuan yang fresh sekaligus luar biasa atara komedi dan misteri. Filmnya juga dipenuhi banyak kejutan seperti kemunculan Ken Jeong dan cameo Mike Tyson yang sangat lucu. Dua tahun kemudian The Hangover Part II rilis dan berhasil meraup pendapatan sebesar $580 juta meskipun secara kualitas dianggap mengalami penurunan drastis akibat ceritanya yang bagaik copy-an film pertamanya. Bagi saya pribadi kualitas film keduanya tidaklah buruk tapi memang mengalami penurunan yang cukup curam dibanding film pertama. Hilangnya unsur kejutan serta kelucuan yang menurun adalah faktor utama penurunan kualitas tersebut. Akhirnya tahun ini film ketiga yang juga dikatakan oleh Tod Phillips sebagai penutup dari trilogi The Hangover dirilis. Dengan bujet yang mencapai $103 juta dan kisah yang (katanya) berbeda dibanding dua film pertamanya, saya jelas berharap bahwa The Hangover Part III ini akan kembali terasa fresh, sebuah harapan yang pada akhirnya menghilang secara perlahan seiring dengan berjalannya film membosankan ini.
Janji Todd Phillips untuk membuat kisahnya berbeda memang tidak salah, karena kali ini tidak ada lagi pernikahan dan pesta bujang gila-gilaan semalam suntuk. Fokusnya adalah tentang Alan (Zach Galifianakis) yang makin tidak terkontrol setelah berhenti mengkonsumsi obat miliknya. Salah satu kegilaan yang terakhir ia lakukan adalah mengakibatkan kecelakaan besar di jalan tol akibat jerapah yang ia beli tertabrak jembatan layang dan kepalanya yang terpenggal terlempar kearah mobil lain. Kejadian tersebut membuat ayahnya makin kecewa dan akhirnya meninggal akibat serangan jantung. Hal itulah yang membuat Doug (Justin Bartha) berinisiatif untuk membawa Alan ke sebuah rehabilitasi di Arizona. Supaya Alan bersedia, para wolfpack bersedia mengantarnya kesana. Jadilah Phil (Bradley Cooper) dan Stu (Ed Helms) ikut mengantar Alan ke Arizona. Tapi mereka tidak tahu bahwa nantinya mereka akan berurusan dengan bahaya yang mengancam nyawa mereka dan memaksa wolfpack untuk melakukan perjalanan mulai dari Meksiko hingga kembali ke Las Vegas. Tentu saja mereka juga tidak akan menyangka bahwa lagi-lagi petualangan mereka akan melibatkan Leslie Chow (Ken Jeong) yang beberapa waktu sebelumnya berhasil kabur dari penjara di Bangkok.
Jika saya diminta mengatakan apakah janji Todd Phillips untuk membawa film ketiga ini kejalan yang berbeda dibandingkan dengan dua film pertama benar terpenuhi maka saya akan menjawab "ya". Tidak lagi mengusung cerita tentang misteri yang terjadi saat para tokohnya sedang hangover, film ketiganya ini melakukan pendekatan cerita layaknya film aksi-kriminal. Banyak aspek-aspek dari action-crime yang dipakai oleh film ini mulai dari aksi pencurian, pencarian orang, menyelamatkan sandera, kejar-kejaran mobil gila di kota Las Vegas, dan masih banyak lagi. Tidak ada lagi orang-orang mabuk tapi kegilaan yang ditampilkan memang coba dibuat lebih berlipat. Yang membuat perbedaan lagi adalah tone filmnya yang kali ini lebih banyak komedi gelap dan mengurangi kadar komedinya untuk memberikan tempat bagi kisah kriminalnya. Tapi apakah dengan begitu filmnya menjadi lebih baik? Maka bagi saya jawabannya adalah "tidak". The Hangover Part III menjadi bukti bahwa menjadi berbeda tidak selalu berkorelasi dengan peningkatan kualitas, karena pada akhirnya ini adalah film terburuk dalam franchise The Hangover. Dasar ceritanya cukup menarik dan jelas berpotensi memberikan kisah penuh misteri, kejutan dan humor-humor gila, sama seperti film pertamanya. Namun nampaknya Todd Phillips kebingungan untuk membagi fokusnya antara membuat film komedi atau film kriminal.
Pada akhirnya kebingungan fokus tersebut membuat film ini gagal total dalam memaksimalkan kedua aspek genre yang berbeda tersebut. Untuk komedinya seperti yang saya bilang tadi cukup banyak yang merupakan komedi hitam, namun sayangnya bukan komedi hitam yang berkualitas. Bahkan komedi joroknya sekalipun nyaris tidak berhasil kali ini. Mulai dari adegan awal tentang jerapah terpenggal yang memang sinting tapi sama sekali tidak lucu, hingga adegan-adegan lain khususnya yang melibatkan Alan ataupun Chow. Entah kenapa sosok Zach Galifianakis sebagai Alan begitu digemari bahkan saya sempat membaca sebuah artikel yang memasukkan karakter Alan sebagai salah satu karakter film terbaik sepanjang masa. Kebodohan dan tingkat menyebalkan yang dimiliki Alan mencapai puncaknya di film ketiga, dan hal itu jelas jauh dari kata lucu. Sedangkan Chow yang makin kesini porsinya makin banyak berbanding terbalik dengan kelucuannya. Di film pertama saat ia hanya muncul di sedikit bagian namun terasa begitu gila dan lucu sosoknya masih begitu fresh dan layak jadi idola. Tapi makin kesini saat porsinya makin banyak kelucuan itu makin menghilang berganti dengan ketololan luar biasa. Memang di film ketiga ini Chow tidak semenyebalkan Alan dan masih lebih lucu, namun tingkah polahnya sering membuat saya garuk-garuk kepala melihat kebodohannya yang tidak lucu. Todd Phillips juga memasukkan beberapa referensi tentang film lain ataupun pop culture misalnya film Shawshank Redemption, tapi toh pada akhirnya hal itu tetap tidak menjadi sajian yang lucu.
Jika kita bicara soal porsi crime-nya juga tidak banyak yang ditawarkan Todd Phillips meski dasarnya cukup menarik dan ada satu adegan menegangkan disaat Alan hampir terjatuh dari atap gedung di Las Vegas. Sebenarnya aspek kriminal di film ini akan efektif jika dijadikan pondasi dan pelengkap, sedangkan komedinya silahkan dieksplorasi segila dan seliar mungkin. Namun sayangnya yang terjadi adalah kebingungan fokus dimana porsi crime yang ada hampir seimbang dengan komedinya yang kali ini berusaha gila namun terbatasi oleh arah fokus yang tidak jelas dan humor yang sering tidak lucu. Hal yang patut disayangkan karena film ini punya dasar cerita yang sederhana namun cukup menarik dengan beberapa kejutan-kejutan yang berpotensi tampil menarik. Jelas sekali kebingungan Todd Phillips disini bahkan saya ragu untuk mengatakan bahwa film ini adalah komedi berbalut action-crime dan bukan sebaliknya. Selain kebingungan memilih fokus, The Hangover Part III juga nampak kebingungan untuk menentukan arah perjalanan para wolfpack yang disini jadi terlihat tidak jelas tujuannya dan pada akhirnya membuat saya tidak hanya menyebut film ketiga ini sebagai yang terburuk namun juga paling tidak punya arah tujuan selain untuk menutup trilogi yang memang sudah selayaknya segera diakhiri ini. Jika pada akhirnya saya ditanya adegan apa yang paling lucu dalam film ini maka saya menjawab adegan terakhir, yakni post-credit scene yang menampilkan ciri khas dari franchise ini. Jika ada film komedi yang tidak hanya tidak lucu tapi juga kurang terasa sebagai film komedi jelas ada yang salah dengan filmnya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
4 komentar :
Comment Page:Ganti tampilan, bro? Keren dah. :D
Awalnya mau gnti template biar oke tapi gak paham hehe
kira kira Mason Lee main jug gak nih di film ini ?
Nope, Mason Lee nggak main lagi disini
Posting Komentar