THE CALL (2013)
Thriller karya sutradara Brad Anderson ini mempunyai ide dasar sangat unik yang setahu saya belum pernah dipakai dalam film manapun. Sudah banyak film yang menyoroti investigasi dari pihak kepolisian untuk mengungkap kasus kejahatan atau memburu penjahat misterius yang mencoba melarikan diri dari kejaran pihak berwajib. Namun baru pada The Call ini ada yang mengambil sudut pandang dari operator 911 yang selalu setia melayani telepon dari masyarakat mulai dari hal-hal penting dan emergency seperti pembunuhan sampai hal-hal tidak penting seperti mencari anjing atau menyelamatkan kucing. Operator tersebut akan menampung laporan yang masuk untuk kemudian menyambungkan pada pihak-pihak berwajib yang dibutuhkan seperti polisi sampai pemadam kebakaran sembari memberikan instruksi-instruksi darurat kepada pihak yang menelepon. The Call dibintangi oleh Halle Berry yang nampaknya akhir-akhir ini sedang tidak memiliki peruntungan yang bagus. Semenjak Catwoman yang memalukan itu, film-film Halle Berry sering gagal entah secara finansia ataupun kualitas, sebut saja Movie 43, Dark Tide atau Frankie and Alice. Dengan berbekal konsep yang unik serta disutradarai oleh Brad Anderson yang berpengalaman membuat thriller menarik (The Machinist) tentu saja ini adalah kesempatan bagi Halle Berry untuk memperbaiki karirnya lagi.
Jordan Turner (Halle Berry) adalah anggota LAPD yang bekerja sebagai operator 911 dan termasuk berpengalaman dalam pekerjaannya. Sampai suatu hari sebuah keputusannya justru membuat seorang gadis remaja dibunuh oleh pria misterius yang menerobos paksa kedalam rumah gadis tersebut. Mengalami trauma dan diselimuti rasa bersalah, Jordan memilih mundur dari pekerjaannya. Enam bulan berlalu dari kejadian tersebut dan Jordan kini bekerja sebagai trainer bagi para calon operator 911. Pada saat memberikan instruksi dan pengarahan mengenai praktek kerja pada para trainee, terjadi sebuah peristiwa darurat yang tidak bisa ditangani oleh seorang operator lainnya. Jordan mengambil alih laporan tersebut yang tanpa ia duga akan membuatnya berhadapan kembali dengan kasus traumatis yang ia hadapi enam bulan lalu. Dengan konsep uniknya tersebut, The Call juga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai para operator 911, seperti apa situasi tempat mereka bekerja yang disebut dengan The Hive, apa saja tugas mereka, hingga bagaimana sebenarnya prosedur dari laporan yang masuk ditindak lanjuti. Saya yang sebelum ini tidak mengetahui gambaran mengenai pekerjaan tersebut terpuaskan dengan apa yang ditampilkan oleh The Call tersebut. Penjelasan yang dilakukan dengan baik dan secara bersamaan menjadi sebuah penghantar yang baik untuk membangun rangka ceritanya.
Semuanya yang tersaji dalam The Call begitu menarik dan menegangkan dalam 2/3 filmnya. Bagaimana kita diperlihatkan pada operator 911 beserta pernak-perniknya juga bagaimana beratnya beban psikologis dari seorang operator digambarkan karena walaupun sekilas tugasnya mudah namun keputusan yang dibuat bisa membuat sang penelepon selamat ataupun kehilangan nyawa. Lalu kita dibawa pada drama psikologis di sekitar sosok Jordan yang mengalam rasa bersalah dan trauma mendalam kemudian berusaha menebus "dosa" yang telah ia perbuat tersebut. Kita dibuat mengerti kenapa Jordan begitu ngotot dan mati-matian ingin menyelamatkan Casey yang tengah terjebak dan begitu peduli pada peneleponnya tersebut. Sajian thriller-nya terasa menegangkan dan menarik mengikuti bagaimana sebuah interaksi antara operator dan korban yang terhubung lewat telepon bisa menjadi sebuah suguhan thriller menegangkan yang berjalan dengan tempo cepat. Beberapa plot hole memang muncul disini begitu juga dengan tindakan beberapa karakternya yang terasa bodoh. Namun meski terasa bodoh, tindakan tersebut sebenarnya dapat dimaklumi mengingat masing-masing dari mereka baik itu korban ataupun sang pelaku tengah dilanda kecemasan dan kekhawatiran yang luar biasa.
Tapi entah apa yang ada di pikiran
Richard D'Ovidio sebagai penulis naskah saat secara tiba-tiba merubah arah ceritanya di sepertiga akhir film. Sebuah thriller sederhana dengan konsep unik yang tersaji dengan begitu menarik sedari awal tiba-tiba berubah menjadi sebuah tontonan ala film slasher yang begitu klise. Bersamaan dengan filmnya yang berubah jalur, makin berkurang pula daya tarik dan ketegangan yang dimiliki oleh The Call. Sepertiga akhir yang buruk itu nyaris menghapuskan memori saya yang terpuaskan oleh 2/3 awal filmnya yang menyenangkan itu. Klimaksnya pun menjadi begitu hambar, membosankan bahkan ditutup oleh sebuah ending yang bagi saya menggelikan dan terasa bodoh. Saya sempat berharap meski 1/3 akhirnya berubah jalur dengan buruk, setidaknya film ini ditutup dengan konklusi yang memuaskan dan saya kira harapan saya akan terpenuhi saat diperlihatkan Jordan dan Casey akan berbuat sesuatu. Saya yang berharap sebuah hal gila ternyata kembali harus dikecewakan karena lagi-lagi keputusan yang diambil jauh dari kata memuaskan dan begitu anti-klimaks. Terlihat jelas bagaimana
Richard D'Ovidio kebingungan untuk mengakhiri ceritanya. Bahkan arahan dari sutradara Brad Anderson yang tidak buruk serta akting Halle Berry yang bagus tidak mampu menyelamatkan paruh akhir film ini. Untung saja The Call masih punya paruh awal hingga pertengahan yang memuaskan hingga akhirnya tidak menjadi sebuah thriller yang buruk.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:mantap an :D
kunjungi juga blog ane
http://akbreview.blogspot.com/
Posting Komentar