DRAGON BALL Z: BATTLE OF GODS (2013)
Semenjak film Dragon Ball: The Path of Tower di tahun 1996 yang menjadi perayaan 10 tahun film Dragon Ball di layar lebar, belum ada lagi film yang mengangkat kisah petualangan Son Goku dan kawan-kawan ke dalam media film. Sampai akhirnya tahun ini atau 17 tahun semenjak film terakhirnya tersebut, dibuatlah lagi film Dragon Ball yang bisa dibilang cukup spesial dalam banyak aspek. Yang pertama, sang kreator Akira Toriyama akan terlibat cukup jauh dalam penulisan ceritanya yang berarti para fans tidak perlu terlalu khawatir bahwa filmnya punya rasa yang berbeda dari cerita komiknya. Yang kedua adalah fakta bahwa Dragon Ball Z: Battle of Gods merupakan satu-satunya dari 17 film Dragon Ball yang ceritanya termasuk dalam storyline resmi Dragon Ball dan bukan sebuah cerita terpisah yang tidak mempedulikan apapun yang terjadi dalam komik. Ceritanya sendiri mengambil masa setelah pertarungan melawan Majin Boo yang dalam cerita komik ada rentang waktu 10 tahun yang "hilang". Sebagai orang yang sedari kecil hidup dalam manga dan anime Dragon Ball, film ini bagaikan nostalgia sekaligus obat kekecewaan setelah manga favorit saya ini dirusak oleh Hollywood.
Setelah tertidur selama 39 tahun, Birus sang dewa penghancur akhirnya kembali terbangun. Birus sendiri merupakan makhluk paling kuat sejagad raya yang telah menghancurkan begitu banyak planet dan bintang. Berbeda dengan Freeza yang memang dianggap sebagai ancaman, Birus merupakan sosok dewa yang begitu ditakuti dan disegani bahkan oleh Kaioshin sekalipun yang notabene selama ini kita kenal sebagai dewa dari para dewa. Mendengar keberadaan Birus, Goku yang tengah berlatih di planet Kaion merasa tertarik untuk bertarung melawannya. Disisi lain Birus yang di dalam mimpinya mendapat penglihatan tentang orang saiya yang sangat kuat dan disebut sebagai Dewa Super Saiya juga merasa tertantang dan ingin mencari siapa sebenarnya orang saiya tersebut. Mendengar bahwa Goku merupakan saiya yang berhasil membunuh Freeza, Birus pun memutuskan bertarung melawan Goku. Lewat pertarungan berat sebelah, Goku yang menjadi Super Saiya 3 dikalahkan dengan mudah dan Birus pun pergi menuju Bumi untuk mencari keberadaan sang Dewa Super Saiya dalam mimpinya itu.
Membaca judul dan sinopsisnya yang mengisahkan tentang dewa terkuat sejagad raya yang berusaha menghancurkan Bumi pasti apa yang ada di benak penonton baik itu fans maupun bukan adalah pertarungan epic hidup dan mati yang berskala super besar dan punya tingkat ketegangan luar biasa serta atmosfer yang kelam. Tapi ternyata Battle of Gods tidaklah "segarang" itu, karena apa yang disajikan justru rangkaian momen komedi demi komedi yang selama ini menjadi ciri khas Dragon Ball. Disatu sisi memang hal ini sedikit mengecewakan dan berada diluar ekspektasi saya, tapi disisi lain ini adalah bentuk "kembali ke akar" dari nuansa Dragon Ball. Bagi mereka yang mengikuti komiknya pasti sadar bahwa semakin kesini tone komedi yang ada makin berkurang khususnya setelah Goku menginjak dewasa. Saya akui apa yang ditampilkan dalam film ini benar-benar menjadi nostalgia masa kecil saat saya tidak hanya terpukau melihat Goku dan Bezita pamer kekuatan tapi juga selalu dibuat tertawa oleh komedi-komedi konyol yang punya timing sempurna. Dalam film ini komedinya selalu berhasil membuat saya tertawa, masalahnya adalah terkadang humor yang dimasukkan terlalu berlebihan.
Berlebihan yang saya maksud adalah kadarnya. Bisa-bisanya film ini menampilkan sosok Bezita yang mempermalukan dirinya sendiri dan menari konyol meski sang pangeran saiya memang beberapa kali punya momen komedik yang efektif di komiknya tapi tentu saja tidak sekonyol ini. Bahkan hingga alasan Birus ingin menghancurkan Bumi pun masih sempat dibumbui unsur humor yang terasa konyol. Tapi entah mengapa dengan segala kekonyolan dan humor yang overload saya masih bisa lebih dari sekedar memaafkan hal tersebut. Yang pertama adalah karena kekonyolannya memang lucu dan yang kedua karena akhirnya saya sadar bahwa Battle of Gods adalah murni film senang-senang yang jauh dari kesan serius dan dibuat atas dasar nostalgia bagi para penggemar. Jadi pada akhirnya meski saya harus melihat tarian norak Bezita ataupun dewa penghancur yang murka karena tidak kebagian puding tetap saja tawa tanda saya sangat terhibur selalu muncul. Bahkan jika bicara nostalgia dan komedi, film ini akan membawa kita jauh kebelakang dengan kehadiran sosok Pilaf dan dua anak buahnya yang notabene adalah musuh pertama Son Goku.
Sebenarnya masih banyak hal lain yang mengganggu dimana salah satunya adalah penempatan momen-momen dramatis yang terasa salah tempat dan berlebihan. Coba saja, di tengah-tengah pertarungan yang menentukan nasib Bumi, Gohan dan keluarga besarnya masih sempat berkumpul tertawa riang merayakan kehamilan Videl. Selain itu masih banyak lagi momen-momen dengan dramatisasi berlebihan yang salah tempat. Selain itu saya juga sedikit kecewa saat sosok Dewa Super Saiya diungkap dengan jalan yang terlalu klise. Biasanya saat Goku atau karakter Dragon Ball lainnya berhasil berada dalam tingkatan kekuatan baru yang lebih tinggi saya selalu dibuat bersorak dan badan pun merinding. Tapi kali ini hal itu tidak terjadi karena yang saya harapkan adalah kemunculan sosok yang lebih "heboh" lagi seperti saat Goku pertama berubah menjadi super saiya dulu. Tapi diluar itu pertarungan seru ala Dragon Ball masih tersaji disini dan tentu saja masih lebih seru dan enak dilihat dari klimaks Man of Steel yang terlalu Dragon Ball itu tapi tidak punya greget sama sekali. Saya juga dibuat senang saat tokoh favorit saya yakni Bezita diberi kesempatan "membayar" kekonyolan yang ia lakukan dengan mampu menghajar Birus dan melebihi kekuatan Goku meski hanya sesaat.
Anda yang merupakan fans Dragon Ball pastinya familiar dengan momen saat musuh utama dalam sebuah saga disebut sebagai yang terkuat di alam semesta mulai dari bangsa saiya, Freeza, Cell, hingga Boo tapi pada akhirnya selalu ada yang jauh lebih kuat. Tapi selama ini Akira Toriyama selalu berhasil membuat semuanya believable dalam artian kita tetap bisa menerima dengan logika kenapa selalu ada musuh baru yang lebih kuat dari sebelumnya, dan itu juga berlaku bagi sosok Birus di film ini. Secara keseluruhan bagi anda yang mengharapkan tontonan epic berskala besar mungkin akan kecewa, tapi setidaknya Dragon Ball Z: Battle of Gods adalah merupakan nostalgia yang menyenangkan saat Dragon Ball kembali memberikan sentuhan komedi yang kental dan selalu terasa lucu setiap momennya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar