WE ARE WHAT WE ARE (2013)
Rasyidharry
November 16, 2013
Ambyl Childers
,
Bill Sage
,
Drama
,
horror
,
Jim Mickle
,
Julia Garner
,
Lumayan
,
REVIEW
Tidak ada komentar
Lagi-lagi sebuah horor remake oleh Amerika. We Are What We Are adalah remake dari film Meksiko berjudul sama yang rilis pada 2010 lalu. Ditangani oleh Jim Mickle (Stake Land) film ini nyatanya lebih dari sekedar remake yang dibuat untuk mencari untung melalui "jalan pintas" karena We Are What We Are versi baru ini meski punya dasar cerita yang sama tetapi mengalami berbagai perombakan termasuk dalam isu yang diselipkan kedalam medium horornya. Jika versi aslinya memasukkan berbagai kritik sosial tentang kemiskinan dan hilangnya rasa kemanusiaan diantara manusia, maka versi Jim Mickle ini bisa dibilang lebih sederhana karena fokusnya akan lebih condong kepada kisah coming-of-age karakter utamanya diiringi dengan aspek religiusitas yang membungkus kisahnya. Jika film aslinya dibuka dengan kematian seorang ayah, maka film ini dibuka dengan kematian seorang ibu yang meninggal. Dia pun meninggalkan sang suami, dua orang puteri yang remaja dan seorang putera yang masih kecil.
Kehilangan tersebut bukan hal yang mudah untuk dihadapi khususnya oleh kedua puterinya, Rose Parker (Julia Garner) dan Iris Parker (Ambyl Childers). Satu hal yang paling menjadi dilema keluarga Parker sepeninggal sang ibu adalah berkaitan dengan ritual makan malam yang selalu mereka lakukan. Ritual makan malam tersebut bukanlah makan malam biasa melainkan makan malam dengan memasak daging manusia. Ya, keluarga Parker adalah keluarga kanibal yang telah menjaga tradisi tersebut selama ratusan tahun. Sang ayah, Frank Parker (Bill Sage) percaya bahwa tradisi keluarga tersebut adalah perintah Tuhan yang harus terus dilestarikan. Oleh karena itu ia mewariskan kewajiban memasak tersebut kepada sang puteri sulung, Iris. Tentu saja membunuh dan memasak daging manusia bukan hal mudah bagi Iris, namun demi menjaga tradisi keluarga hal itu terpaksa ia lakukan. Disinilah kita mulai diajak melihat bagaimana Iris dan Rose dipenuhi dilema akan kondisi mereka yang "berbeda" dengan keluarga normal pada umumnya.
We Are What We Are adalah horor yang unik. Alurnya berjalan begitu lambat diiringi dengan setting di sebuah kota kecil yang terasa dingin dan sepi hingga makin menambah suasana kelam yang sunyi. Paruh awal filmnya lebih terasa sebagai sebuah drama kelam tentang keluarga disfungsional yang tengah dirundung duka akibat kehilangan sang ibu. Meski bertemakan keluarga kanibal, film ini hampir tidak menunjukkan darah apalagi adegan gore di paruh awalnya. Praktis momen tersebut digunakan sebagai pengenalan secara perlahan tentang keluarga Parker terhadap penonton. Jelas ini adalah keluarga yang disfungsional dimana sang ayah mendidik puterinya untuk bersedia melanjutkan tradisi kanibalisme di keluarga tersebut, bahkan puteranya yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa juga diikut sertakan dalam ritual tersebut. Namun Frank Parker bukan sekedar orang sinting yang hobi memakan daging manusia, karena ia sungguh-sungguh percaya bahwa tradisi itu adalah perintah Tuhan dan mereka akan dikutuk jika tidak meneruskannya.
Pada momen inilah dramanya jauh lebih kental daripada aspek horornya meski secara atmosfer masih akan tetap terasa samar-samar kengerian yang perlahan mulai menusuk. Kisah tentang kepercayaan dan perintah Tuhan makin membuat dramanya menjadi kompleks dan menarik, karena keluarga Parker jelas lebih dari sekedar kumpulan maniak yang hobi makan daging manusia, mereka masihlah manusia biasa yang berusaha meneruskan tradisi dan menegakkan kepercayaan yang mereka anut. Disisi lain kisah coming-of-age dalam diri Iris dan Rose (khususnya Iris) semakin diekedepankan. Keduanya harus belajar menerima takdir bahwa mereka adalah diri mereka sendiri dan keluarga mereka berbeda dengan keluarga lainnya yang punya hidup normal, persis seperti apa yang diimpikan oleh mereka. Mungkin secara keseluruhan dramanya tidak pernah terasa luar biasa, tapi nyatanya cukup berpengaruh dalam membangun ceritanya dan membuat We Are What We Are jauh lebih kaya dan bukan hanya gorefest tanpa otak dan hati.
Secara keseluruhan porsi darah dan adegan gore di film ini termasuk minim apalagi untuk film yang mengetengahkan kanibalisme. Tapi bukan berarti porsi yang minim mengurangi greget filmnya, karena kemunculan adegan gore disini meski sedikit tapi penempatannya tepat dan efektif. Adegan makan malam yang pertama pun bisa terasa disturbing meski kita tidak diperlihatkan pembantaian yang vulgar dan sadis kepada korban yang akan mereka makan tapi kita tetap bisa dibuat merasa jijik melihat keempat keluarga Parker dengan nikmatnya melakukan santap malam bersama dengan penuh manner. We Are What We Are akhirnya memberikan apa yang ditunggu-tunggu pada momen klimaksnya yang intens dan menegangkan sebelum ditutup dengan adegan the last supper yang dibumbui twist serta kebrutalan penuh darah yang disajikan secara luar biasa. Saat itu adalah saat dimana baik horor maupun drama coming-of-age-nya sampai pada konklusi yang memuaskan. Overall, We Are What We Are adalah sebuah remake yang memuaskan berkat percampuran seimbang antara drama dan horornya serta memberikan rasa baru yang berbeda dibandingkan versi aslinya. Sedikit lambat dalam menghantarkan terornya namun tetaplah sebuah drama-horor yang cukup baik.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar