MAGIC MIKE XXL (2015)

Tidak ada komentar
Pada Magic Mike tiga tahun lalu karakter Mike Lane (Channing Tatum) diceritakan memiliki impian besar untuk menjalani bisnisnya sendiri. Tapi karena faktor ekonomi yang tidak memadahi ia pun terpaksa berprofesi sebagai penari striptease. Pada akhirnya ia memilih keluar dan memulai kehidupan baru bersama wanita yang ia cintai. Lompat ke tahun 2015, sekuelnya yang berjudul Magic Mike XXL dirilis tanpa kehadiran sutradara Steven Soderbergh dan aktor Matthew McConaughey yang layak diganjar nominasi Oscar lewat perannya sebagai pemilik klub rakus nan licik bernama Dallas. Tentu saja tidak mungkin membuat sekuel Magic Mike tanpa kehadiran sosok Mike sendiri. Jadi bagaimana dia bisa kembali terjun ke dunia striptease setelah memilih mengejar impian dan wanita pujaannya?

Kita berjumpa lagi dengan Mike sedari shot pertama yang menampilkan ia duduk diam dengan tatapan kosong. Ada kesepian dan kekosongan nampak di matanya. Kini Mike telah memiliki bisnisnya sendiri yang bergerak di bidang furnitur. Tapi usahanya itu belum menemui keberhasilan, dimana ia hanya memiliki satu karyawan yang itu pun belum bisa ia bayar asuransinya. Hingga suatu hari ia mendapat telepon dari rekannya di klub striptease dulu, Tarzan (Kevin Nash) yang mengabarkan bahwa Dallas telah "pergi". Berasumsi mantan bosnya itu sudah meninggal, Mike pun mendatangi hotel tempat rekan-rekannya menginap untuk mendapati fakta bahwa "pergi" yang dimaksud bukan meningal, tapi pergi menelantarkan para anak buahnya itu untuk menerima tawaran pertunjukkan di luar negeri bersama Adam (Alex Pettyfer), protagonis dalam film pertama.

Baik McConaughey maupun Pettyfer sama sekali tidak muncul disini, bahkan tidak sebagai cameo. Nasib mereka hanya kita dengar lewat cerita teman-teman Mike yang itu pun tidak memberikan kepastian. Begitu pula dengan Cody Horn sebagai Brooke yang dikisahkan menolak lamaran Mike tanpa alasan pasti. Begitulah treatment yang dilakukan Reid Carolin dalam menulis naskah film ini (ia juga penulis naskah film pertama). Semua aspek dari film pertama yang tidak bisa diterapkan dalam Magic Mike XXL dibuang untuk dilupakan begitu saja. Tidak hanya keberadaan tiga karakter di atas, tapi juga semua perjalanan yang telah ditempuh oleh Mike. Siapa sebenarnya Mike Lane? Apa yang ia inginkan? Saya kembali dibuat menanyakan dua hal yang sejatinya telah berhasil dijawab oleh Magic Mike. Sebuah faktor buruk untuk aspek pengembangan karakter tentunya.
Sepanjang film Mike terus mendorong teman-temannya supaya menjadi diri mereka sendiri dan tidak menyerah mengejar impian. Karakternya berperan sebagai sosok pemersatu, bahkan tidak berlebihan jika disebut preacher karena memang berulang kali memberikan "khotbah" pada teman-temannya, termasuk saat Richie (Joe Manganiello) ingin menanggalkan konsep pemadam kebakaran yang sudah melekat padanya, tapi bukan hal yang ia sukai. Bagaimana dengan Mike sendiri? Sejak film pertama ia terus bicara ingin mengejar impiannya, dan ia pun melakukan itu. Kemudian disaat usahanya berada dalam kesulitan, dia menyadari ada kerinduan terhadap dunia striptease. Magic Mike XXL punya cerita tentang acceptance. Karakter-karakternya dihadapkan pada konflik batin untuk menerima identitas diri meski harus membuat mereka meninggalkan zona nyaman. 

Begitu pula dengan Mike. Tanpa sadar, hatinya berkata bahwa kehidupan stripper adalah jati dirinya. Konflik itu tidak akan menjadi masalah jika film ini berdiri sendiri, tapi faktanya ini adalah sekuel, yang membuat film pertamanya seolah menjadi peruma. Tapi mungkinkah naskah Reid Carolin hanya ingin menunjukkan kerinduan Mike akan masa lalunya? Mungkin saja, tapi apa yang dipaparkan sutradara Gregory Jacobs di layar jelas menunjukkan lebih dari sekedar kerinduan. Mike merasa hidupnya kosong tanpa striptease. Dan jelas keseluruhan filmnya bertutur tentang keberanian menjadi diri sendiri. Apakah Carolin dan Jacobs masih boleh berharap saya menerima bahwa Mike hanya rindu akan kawan-kawannya? Jelas tidak. 
Tapi satu hal yang membuat saya bisa memaafkan kesalahan tersebut adalah karena Magic Mike XXL memang memposisikan dirinya murni sebagai drama-komedi ringan. Bukan lagi eksplorasi terhadap hal-hal sensitif macam film pertama, sekuel ini tidak ragu menghadirkan komedi yang lebih kental dan gamblang. Salah satu contoh terbaik adalah saat Richie diberikan tantangan membuat seorang kasir wanita tersenyum melihat tariannya. Kita tidak akan melihat adegan konyol semacam itu pada film pertama. Tapi apakah lucu? Sangat. Atau lihat saat Tobias (Gabrie Iglesias) ikut menutup mata "menyelaraskan energi" dengan teman-temannya saat menyetir. Bodoh? Pasti. Tidak realistis? Sangat. Namun begitulah Magic Mike XXL yang bukan hanya meninggalakan progres cerita film pertama, tapi juga subtle comedy serta drama realistis. Tapi berkat komedi yang lebih banyak hit daripada miss, saya pun masih terhibur.

Berfokus pada hiburan semata tanpa esensi mendalam, begitulah film ini. Selain komedi, adegan tarian striptease jelas menjadi daya jual utama. Tarian degan set serta koreografi sensual yang memukau ada banyak disini, terlalu banyak malah. Bukan kekeliruan memasukkan banyak tarian, karena tema film ini memang striptease. Tapi disaat momentum yang digunakan selalu serupa (datang-bertemu kerumunan-menari-pergi), kesan repetitif pun tercipta. Meninjau adegan klimaksnya pun, striptease yang ada tidak lagi sesegar film pertama. Demi memberikan kesegaran, maka dibuatlah tiap karakternya menemukan jati diri mereka masing-masing dan merubah aksi panggung. Tapi lagi-lagi tidak esensial, karena toh pada ujungnya mereka hanya akan merobek baju lalu memberikan gerakan-gerakan menggoda. Lagipula selain milik Mike, aksi panggung semua karakter tidak semenarik sebelumnya. Tidak ada keterkejutan melihat Tarzan bergelantungan atau penis raksasa milik Richie. Hanya sekedar "aneh" dan "berbeda" tanpa ada efek lebih.

Tanpa McConaughey, beban Channing Tatum membawa film ini semakin besar. Dia sendiri tidak mendapat banyak bantuan, karena karakter pendukung lain tidak diberi porsi yang cukup untuk melakukan itu. Bahkan Amber Heard sebagai Zoe hanya tersia-sia sebagai love interest yang tidak perlu meski karakternya berpotensi memberikan daya tarik kuat. Untungnya Tatum berhasil. Channing Tatum sekarang memang bukan lagi ia yang lama, yang hanya bisa menari di Step-Up. Dia sudah mampu mengusung beban berat sebagai penyokong utama suatu film. Kemampuan menarinya masih memikat, dan itu pula yang dieksplorasi oleh Gregory Jacobs. Setiap tarian Tatum diberikan koreografi terbaik dan pengambilan gambarnya pun berusaha keras memberi kesan"betapa kerennya sang aktor mampu melakukan semua tarian itu sendiri". Disaat harus melakoni adegan komedi pun ia punya timing sempurna, dan setelah dua film Jump Street saya tidak lagi meragukan kapasitas sang aktor untuk menangani sebuah lelucon. Jelas kini Channing Tatum telah berkembang menjadi salah satu aktor paling komplit di Hollywood. Sayangnya Magic Mike XXL tidak sekomplit itu.

Tidak ada komentar :

Comment Page: