ME AND EARL AND THE DYING GIRL (2015)
Me and Earl and the Dying Girl punya segala pesona quirky yang bakal membuat Wes Anderson dan Noah Baumbach jatuh cinta. Well, pada faktanya film yang diadaptasi dari novel berjudul sama tulisan Jesse Andrews (juga menulis naskah filmnya) ini memang diproduksi oleh "Indian Paintbrush", sebuah production company yang telah banyak membuat film-film karya Wes Anderson. Karakter utamanya adalah Greg Gaines (Thomas Mann), remaja socially awkward sekaligus siswa tahun akhir sebuah SMA di Pittsburgh. Dia menjalani masa SMA hanya dengan satu tujuan: bertahan hidup. Greg begitu memandang rendah diri sendiri, dan menjadi self-loathing karena hal itu. Dari segala aspek itu, mudah mengira Greg bakal menjadi korban bully di sekolah. Greg sendiri menyadari hal tersebut dan menyiapkan siasat guna memberikan garansi keamanan bagi dirinya.
Siasat itu adalah coba mendekatkan diri dengan berbagai tipe orang di sekolah, mulai dari gerombolan emo berdandanan gothic, hingga para penghisap ganja. Greg melakukan itu supaya ia tidak diasosiasikan dalam golongan tertentu. Tapi sesungguhnya tidak ada satu pun dari mereka yang benar-benar menjalin pertemanan dengannya. Demi menjaga situasi "netral" Greg hanya berosialisasi dengan masing-masing golongan secara sesekali. Here's the uncommon charm of this movie. Disaat banyak film dengan tema serupa menampilkan usaha karakternya secara nyata menjauh dari pusat lingkaran sosial, Greg justru sebaliknya. Dia ingin berada di segala sisi lingkaran supaya tidak meninggalkan satu jejak pasti. Tapi Grerg sesungguhnya bukan remaja dengan kemampuan sosial buruk. Dia bisa memahami bahkan mengaplikasikan identitas sosial yang ia pelajari. Dia hanya tidak yakin dengan kemampuan dirinya.
Itulah kenapa Greg takut dengan istilah "teman". Bahkan Earl (Ronald Cyler II) yang sudah dekat dengannya sedari kecil tidak ia sebut "teman" melainkan "rekan kerja". Earl bukanlah seorang pecundang atau anti-sosial. Dia adalah tipikal remaja yang hanya ingin melakukan keinginannya. Sifatnya easy going, yang menjadikan Earl teman sempurna bagi Greg. Earl tidak peduli jika Greg tak pernah menyebut hubungan keduanya sebagai pertemanan. Karena dibalik sifatnya yang terkesan cuek, Earl amat memahami alasan dari keengganan Greg tersebut. Sekilas kita akan melihat tidak ada ikatan persahabatan kuat diantara keduanya. Satu-satunya hal yang nampak mengikat mereka adalah kegemaran terhadap film-film kasik (khususnya Werner Herzog). Mereka pun banyak menghabiskan waktu membuat versi sweded dari film-film tersebut (ex: Senior Citizen Kane, Vere'd He Go?, The Seven Seals, Eyes Wide Butt, etc.) Semua sweded movie karya Greg dan Earl selalu menghadirkan kelucuan di tengah keliaran kreatifitas. Saya selalu tidak sabar menanti adegan yang menghadirkan film-film mereka.
Maka, tercipta kejutan hangat saat di sebuah adegan Earl memaparkan secara detail mengenai kepribadian Greg. Siapa sangka dibalik sosoknya yang lebih banyak diam, Earl menyimpan perhatian sebesar itu? Me and Earl and the Dying Girl memang dipenuhi character relationship yang unik namun hangat. Hal itu pula yang terpancar jelas saat Greg pertama bertemu dengan Rachel (Olivia Cooke) pasca si gadis didiagnosis menderita leukimia. Dengan jujur Grerg mengaku alasannya berkunjung adalah karena paksaan sang ibu. Tapi justru karena itulah Rachel bersedia menemuinya. Setelah itu hubungan keduanya semakin dekat. Diluar dugaan Rachel mampu terhibur oleh humor-humor Greg, dan Greg sendiri semakin tidak merasa terpaksa menemani Rachel.Rachel sama sekali tidak keberatan (bahkan terhibur) dengan lelucon Grerg yang bisa sangat sensistif bagi penderita kanker stadium akhir, meski Grerg sendiri pada akhirnya merasa tidak enak hati dengan guyonan tersebut.
Dari hubungan mereka berdua, sutradara sekaligus penulis naskah Alfonso Gomez-Rejon ingin memberikan perspektif yang lebih positif terhadap kematian. Gomez-Rejon sama sekali tidak menggaungkan gema tearjerker sepanjang filmnya. Jika ada air mata atau rasa haru menyeruak, itu adalah respon alamiah yang hadir tanpa paksaan kasar, khususnya berkat simpati terhadap sosok Rachel. Pertemuan pertama dengan Rachel meninggalkan kesan bahwa ia adalah gadis yang gloomy, bahkan meski tanpa penyakit yang diderita. Tapi seiring berjalannya waktu disaat senyum penuh kebahagiaan tanda ketegaran makin banyak tersungging dari bibirnya, saya makin menyukai dia. Olivia Cooke memberikan penampilan yang menjadikan tiap senyuman dari Rachel terasa begitu berharga dan tiap tangisan memberikan iba. I love to love her because of those smiles and tears.
Me and Earl and the Dying Girl bukan film yang mengajak penontonnya meratapi nasib buruk berupa kematian. Tapi juga tidak pernah terlalu muluk dengan berkata "don't be sad, everything's gonna be okay". Kesedihan pula keputusasaan tetap menyelimuti, tapi bagaimana seseorang mampu bangkit dan mengambil sisi positif dari semua itu adalah yang paling utama. Melalui kedekatan dengan kematian, karakter-karakternya justru semakin banyak mempelajari kehidupan. Kematian yang makin dekat turut mempererat Rachel dan Greg. Rachel mendapatkan senyumannya kembali, dan Greg menyadari banyak hal untuk membuat hidupnya lebih berharga. They learned more about life through death. Sebuah ironi yang makin menghangatkan pemaparan drama filmnya. Kehangatan itu turut diperkuat oleh keberhasilan komedinya dalam memberikan tawa. Tanpa perlu menjadi tearjerker film ini mampu terasa mengharukan. Tanpa perlu menjadi terlalu naif, film ini sanggup terasa positif. What a sweet story about friendship.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
4 komentar :
Comment Page:adegan trakhir pas greg ama rachel di rumah sakit itu pokoknya hemmm....kayak ada daya magis yg begitu kuat.
aku ingat ada footage dari Aguirre,Wrath of God, salah satu film yg pengen buanget aku tonton tapi nyarinya rada susah. Banyak sih di torrent tapi agak males donlot. hahahaha
Yap, itu adegan powerful banget emang.
Sama, pengen nonton itu tapi belom kesampaian. Sama ada footage Fitzcarraldo-nya Herzog juga tuh
adegan kocak bin awkward...pas saat mreka tidak sengaja dbawah pengaruh narkoba,,
hahaha...
Review film yg sangat enak untuk dibaca 👌🏼
Posting Komentar