STRAIGHT OUTTA COMPTON (2015)
Fuck the police coming straight from the underground
A young nigga got it bad cause I'm brown
And not the other color so police think
they have the authority to kill a minority
Sebaris lirik dari lagu "Fuck tha Police" di atas sudah sedikit menggambarkan alasan mengapa N.W.A (Niggaz Wit Attitudes) sempat dianggap sebagai "the most dangerous group" pada medio akhir 80-an hingga awal 90-an. Aktif pada 1986 sampai 1991, N.W.A tidak hanya berpengaruh dalam mengangkat popularitas subgenre gangsta rap dan West Coast hip hop, namun kerap memancing kontroversi akibat lirik mereka yang dianggap melakukan glorifikasi terhadap drugs dan kekerasan melalui kata-kata kasar. Terlepas dari benar tidaknya lirik mereka berisikan komentar sosial atau hanya glorifikasi kekerasan, harus diakui N.W.A itu influential. Tanpa N.W.A tak ada Ice Cube dan Dr. Dre. Tanpa Dre takkan ada Snoop Dogg, Eminem dan Tupac Shakur.
Compton, California adalah tempat dimana perang antar gang, kematian dan rasisme dari polisi telah menjadi rutinitas. Melihat baku tembak, mayat berdarah, atau warga kulit hitam ditangkap oleh polisi merupakan hal biasa di Compton. Pada tahun 1986, DJ muda bernama Andre "Dr. Dre" Young (Corey Hawkins) mengajak Eric "Eazy-E" Wright (Jason Mitchell) membuka label rekaman menggunakan uang hasil ia menjual narkoba. Itulah awal mula terbentuknya Ruthless Records. Bermodalkan kemampuan Dre mem-produce musik serta lirik vulgar sebagai cerminan realita buatan O'Shea "Ice Cube" Jackson (O'Shea Jackson, Jr.), terbentuklah N.W.A. yang tanpa mereka niati, mulai meraup popularitas masif, khususnya setelah perilisan album "Straight Outta Compton" pada 1988.
Pembeda utama antara film ini dengan kebanyakan biopic adalah penuturan brutally honest dari sutradara F. Gary Gray. Tentu hal ini turut diakomodir oleh source material yang memang ekstrim, tapi pilihan untuk bermain aman selalu terbuka, sebuah pilihan yang (untungnya) tidak diambil oleh Gray. Adegan pembukanya mampu menjadi contoh, tatkala Eazy-E terjebak dalam penggerebakan polisi di sebuah crack house. "Straight Outta Compton" dibuat dalam kesamaan semangat dengan karya-karya N.W.A. Maka jangan heran kala mendapati momen seperti pesta seks para personil N.W.A. atau ketika mereka menodongkan senjata pada "para pengganggu" di lorong hotel. Kejujuran itu memang tepat, karena Niggaz Wit Attitudes tidak layak mendapat biopic yang bermain "aman", cause they weren't.
Sulit dipercaya bahwa film ini merupakan debut penyutradaraan F. Gary Gray ketika melihat kapasitasnya menghantarkan beberapa adegan "rumit", seperti berbagai kerusuhan yang beberapa kali muncul. Tidak hanya well made, Gray sanggup menguatkan atmosfer bahkan mempermainkan perasaan penonton. Momen saat N.W.A. merekam lagu atau menggelar konser bukan semata berisikan montage beriringkan lagu-lagu catchy. Musik mereka plus lirik dari Ice Cube berisi kemarahan, dan rasa itu mampu disuntikkan oleh Gray dalam pengadeganan. Nyaris mustahil untuk hanya duduk diam menonton adegan musikal "Straight Outta Compton". Walau bukan penggemar gangsta rap, siapapun (termasuk saya) pasti tergoda menggerakkan badan. Bahkan emosi saya dipermainkan dan "terprovokasi" melihat tindakan sewenang-wenang polisi, sehingga tanpa ragu turut berteriak "Fuck tha Police!" sewaktu N.W.A. memainkan lagu tersebut.
Memikatnya paruh pertama "Straight Outta Compton" sayangnya tak diikuti oleh paruh kedua, tepatnya usai penggerebekan polisi pada konser di Detroit. Alur mengalami turning point, seiring dengan berubahnya kondisi N.W.A. Konflik berpindah dari perlawanan terhadap polisi menjadi perseteruan internal. Beberapa personil N.W.A khususnya Ice Cube mulai merasa tertipu oleh kontrak dari manager mereka, Jerry Heller (Paul Giamatti). Dari situ perpecahan terjadi, dimana Ice Cube dan Dr. Dre akhirnya keluar untuk memulai karir solo. Alhasil, fokus berbentuk masalah kolektif grup terpecah menjadi personal. Kekacauan alur tercipta disaat naskah garapan Jonathan Herman dan Andrea Berloff terlalu berambisi mencuatkan konflik tiap-tiap tokoh, mulai perseteruan Ice Cube, Dr.Dre dan Eazy-E dengan manajemen mereka, kekerasan pihak kepolisian, serta titik melankolis dikala Eazy-E divonis menderita HIV/AIDS.
Paruh kedua film tak lebih dari penyatuan paksa kepingan segmen demi segmen tanpa pernah menjadi kesatuan sinematik rapih. Dengan fokus terpecah belah dan seolah konflik baru tiap pergantian adegan, narasinya bagaikan karya Michael Bay dimana penonton kesulitan mencerna "siapa bertindak sebagai apa" atau "apa yang terjadi". Untungnya paruh pertama "Straight Outta Compton" adalah kejujuran brutal nan mengesankan, sehingga walau mengalami penurunan memasuki babak kedua, film ini tetap kokoh sebagai biopic musik yang menjauhkan diri dari formula membosankan genre tersebut, sama seperti cara N.W.A mendobrak batasan di belantara musik dunia. Ditambah lagi penampilan para aktor, dimana mereka tak hanya mirip dengan sosok yang diperankan (O'Shea Jackson Jr. adalah putera Ice Cube sendiri), tapi juga menghadirkan kesolidan emosi.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar