DILARANG MASUK..! (2016)
Akhirnya saya berkesempatan menulis review untuk film arahan sutradara legendaris Indonesia: Nayato Fio Nuala a.k.a Koya Pagayo a.k.a Ian Jacobs a.k.a Pinkan Utari! Selama 13 tahun berkarir, beliau (saya harus sopan pada legenda hidup) telah menghasilkan total 78 film! Kalau dibuat rerata, tiap tahun beliau ini punya enam film, bahkan di 2012 dan 2014 sempat menyentuh sembilan film! Dilarang Masuk..! sendiri merupakan film pertama beliau tahun ini dan sudah memberikan statement lantang bahwa beliau masik belum berubah, konsisten menjaga kualitas filmnya. Saya sempat khawatir disaat perfilman Indonesia perlahan bergerak ke arah lebih baik beliau juga ikut berubah. Untungnya tidak.
Kalimat pembuka berisi informasi bahwa film ini diangkat dari kisah nyata jadi bukti beliau masih sama. Awalnya sulit mengolah bagian mana dari Dilarang Masuk..! yang didasari kisah nyata. Coba tengok sepintas alurnya: Enam pelajar SMA nekat memasuki lantai atas gedung sekolah mereka untuk mencari seorang siswi yang menghilang, padahal lantai itu sudah ditutup. Kenapa mencari di sana? Karena menurut kesaksian salah seorang dari mereka, sang siswi terakhir terlihat di lantai atas. Keenam remaja ini dengan penuh keberanian melakukan pencarian di malam hari. Kenapa malam hari? Karena kalau menunggu siang hari terlalu lama. Kenapa tidak lapor ke orang tua siswi itu supaya pencarian dilakukan oleh polisi saja? Begitu banyak pertanyaan.
Saya sudah negative thinking kalau Baginda Nayato membohongi penonton dengan embel-embel "kisah nyata", karena sekilas naskah karya Fatimah Fahim dipenuhi kebodohan laku karakter, plot juga dialog. Sampai saya sadar, maksud "kisah nyata" di sini tidaklah merujuk pada satu kejadian spesifik, melainkan eksplorasi terhadap isu sosial masa kini, yaitu seringnya remaja melakukan kebodohan sembrono. Hal ini menjawab berbagai pertanyaan pengganggu pikiran saya. Karena tiap ada kebodohan hadir, semua menjurus ke satu kesimpulan berbunyi "begitulah remaja". Seperti ketika mereka dipergoki seorang guru, daripada jujur berkata mencari teman dan berharap sang guru memberikan bantuan, mereka justru beralasan sedang uji nyali. Bodoh kan? Karena begitulah remaja.
Seolah belum cukup, film ini masih sempat menyelipkan penggalian untuk labilnya remaja dalam menentukan identitas mereka, khususnya terkait budaya. Ada karakter yang entah kenapa selalu bicara memakai bahasa Thailand. Ada pula yang digambarkan sebagai pecinta Korea tapi di kamarnya terpampang poster The Beattles, bukan SNSD. Bukankah generasi muda zaman sekarang seperti ini? Labil menyikapi jati diri dan budaya mereka. Mengejutkan memang, bagaimana kemampuan Dilarang Masuk..! mengeksplorasi banyak isu sembari tetap meluangkan waktu guna menakut-nakuti penonton.
Bahkan unsur horor dan komedi pun masih digunakan sebagai sarana menyampaikan kritik terhadap remaja. Seperti biasa, Baginda gemar sekali memunculkan penampakan tiap beberapa menit sekali lengkap dengan dentuman musik yang akan membuat konse Metallica terdengar bak bisikan lembut penuh kasih sayang seorang pria pada kekasihnya. Kali ini teknik tersebut jadi esensial karena mewakili kehidupan remaja. Saat tengah berkumpul, mereka cenderung heboh dan berisik, sama seperti penampakan hantu film ini. Komedinya pun serupa. Terkesan bodoh, tak lucu, norak, dan out of place. Saya tidak tertawa, karena bagi saya leluconnya annoying. Tapi ingat-ingat lagi, bukankah waktu SMA dulu kita semua selalu berlaku norak dan annoying demi membuat suasana jadi lebih menyenangkan? Itulah remaja kawan-kawanku.
Akhirnya ketika film ini ditutup oleh twist ending yang entah datang dari mana, saya tidak lagi berpikiran buruk bahwa itu merupakan kekurangan naskahnya. Jangan sekalipun meragukan kapasitas Baginda Nayato dalam mengemas filmnya. Jika anda belum pernah merasakan sensasi menyaksikan film beliau di bioskop, cobalah Dilarang Masuk..! Pada awalnya mungkin bakal terasa sakit kepala dan keluar sedikit cairan dari telinga. Tapi itu hanya efek sesaat tatkala hipnotis Baginda mulai merasuki pikiran anda. Setelah itu anda akan terbuai, melayang dan mampu memandang semua hal termasuk filmnya secara positif. Saat menulis review ini pun hipnotis Baginda masih bersemayam di otak dan hati saya.
Ticket Powered by: Bookmyshow ID
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
22 komentar :
Comment Page:kok nonton film begini an mas....dari poster sdh ketaran kalo bakal jelek film nya ..
abdulla vs takesi di review juga ya guy
Hehe semacam kayak Woody Allen-nya Indonesia gitu ya yang kalo tiap tahun pasti bikin film :D
hahaha
ngakak banget lah sumpah
kalo saya butuh keberanian yg besar untuk nonton film begini di bioskop
ya termasuk keberanian membuang uang untuk hal yg membuat saya pusing
Review nya bikin ngakak..ga kapok nonton filn begituan mas rasyid..?
Haha gimana lagi, kebagian tugas dari IDFC-nya film ini dan bukan AvT
Wah, jangan nyamain Baginda sama Woody Allen ya. Baginda Nay jauh di atas dia :D
Oh, ini gratis kok nontonnya :)
Gimana lagi, supaya menyelamatkan para pembaca yang budiman :D
Mungkin maksud dari kisah nyata itu adalah ceritanya diambil dari film Thailand yang sudah pernah ditonton Baginda cs, bang Rasyid ....
pantesan nonton, gratis toh
ko bisa kang ?
Ticket powered by idfilmcritics & bookmyshow. Cek 2 web itu yah
*promosi terselubung*
Hahaha bisa jadi. Itu juga kisah/pengalaman nyata
hahaha tenkyu mas rasyid
duh,ga kebayang deh segimana lelahnya berusaha bertahan di dalem bioskop. Semoga efek hangover abis nontonnya cepet lewat ya.
jadi ngeri liat ulasannya..cuma setengah dari 5 bintang...i think it is really reaaly crap movie.
Harusnya di indo ada razzie award..
Haha sulit move on dari film begini
Bagus kok, tuh reviewnya muji semua haha
Damn, kirain bakal dapat bintang 5 alias luar biasa
Wah bintang 5 nya keapus hahaha
Luar biasa.... senang rasanya ada legenda hidup di perfilman indo.
Hiperbola tingkat dewa nih mas rasyid.
wkwkwkwk
Untungnya waktu itu lebih memilih batman v superman daripada film ini...padahal sudah dijadikan pilihan kedua kalo BvS penuh, tapi thank God masih ada sisa tempat duduk yang lumayan strategis.
Posting Komentar