DEEPWATER HORIZON (2016)
Blockbuster dan ledakan bombastis tidak bisa dipisahkan. Bermodalkan bujet ratusan juta dollar plus kemewahan CGI, Hollywood telah meledakkan berbagai hal termasuk yang berskala besar seperti sebuah planet. Semua dihadirkan demi atraksi, hiburan selaku escapism bagi penonton membuang penat pasca kesibukan sehari-hari. Namun sulit dipungkiri bahwa mayoritas pertunjukan itu terasa kosong. Walau melihat dunia porak poranda bahkan mungkin banyak nyawa melayang, penonton takkan merasa ikut terancam. Karena senyata apapun visualisasinya, invasi alien atau bencana alam hiperbolis terasa asing, berjarak dengan kita.
Peter Berg pun meski pernah membuat spectacle serupa lewat "Battleship". Tapi ia juga sukses merangkai "Lone Survivor" yang meski didominasi desing peluru tetap memiliki bobot emosional serta ketegangan hasil penekanan pada gritty realism. Dalam karya terbarunya yang diangkat dari kisah nyata meledaknya pengeboran lepas pantai Deepwater Horizon pada tahun 2010 ini, Berg mengulangi pencapaiannya tersebut, menghadirkan teror berupa visualisasi hadirnya neraka di muka Bumi.
Sebagaimana disaster movie kebanyakan, "Deepwater Horizon" tidak langsung menghantamkan gemuruh bencana melainkan dibuka oleh perkenalan karakter. Mike Williams (Mark Wahlberg) adalah teknisi Deepwater Horizon yang hendak pergi bertugas, meninggalkan keluarganya selama 21 hari. Setibanya di lokasi, Mike dan sang atasan, Jimmy (Kurt Russell) mendapati pihak BP (British Petroleum) yang diwakili Donald Vidrine (John Malkovich) membatalkan pengecekan rutin demi mempercepat pengeboran yang sudah terlambat 43 hari. Intro ini bukan hanya berfokus pada karakter, melainkan berisi rangkaian foreshadowing contohnya adegan semburan coke sebagai hint atas teror yang telah menanti.
Naskah karya Matthew Michael Carnahan dan Matthew Sand sejatinya kurang memiliki kekuatan guna mengikat penonton dengan karakter. Porsi foreshadowing-nya sendiri terlampau banyak sekaligus kurang kreatif (terlalu gamblang). Kita dipertontonkan rutinitas penuh istilah-istilah serta kegiatan pengeboran yang terasa asing bagi orang awam. Untungnya kejenuhan urung hadir berkat performa para aktor. Bersama Kate Hudson dan Stella Allen (sebaga istri dan puteri Mike), Mark Wahlberg mampu memberi chemistry solid, menciptakan interaksi keluarga kecil yang likeable. Menghibur pula menyaksikan Kurt Russell melontarkan cemoohan kepada para korporat BP. Alhasil walau bertempo lambat dan sulit dicerna di beberapa bagian, filmnya mampu menjaga minat penonton sebelum pertunjukkan utama.
"Sulit dicerna" menjadi kelemahan besar "Deepwater Horizon", tak hanya di paparan dialog melainkan visual. Enrique Chediak selaku sinematografer kerap melakukan zoom in terhadap berbagai environment seperti saluran pembuangan lumpur, alat bor di dasar laut dan lain sebagainya. Jangankan mengerti situasinya, penonton awam bakal kesulitan memahami benda apa yang tengah mereka lihat. Padahal visualisasi tersebut berguna membangun antisipasi penonton sebelum karakternya menyadari bahaya tengah mengintip. Editing cepat cenderung kasar dari Colby Parker Jr. dan Gabriel Fleming semakin menyulitkan terciptanya pemahaman itu.
"Deepwater Horizon" is not a good movie by any means, until all hell breaks loose. Peter Berg bukan hanya berfokus memunculkan aksi bombastis, tapi merangkumnya serealistis mungkin termasuk membangun rig berskala 85% ukuran asli sebagai setting. Tanpa memberi banyak ruang bernafas bagi penonton, ledakan demi ledakan dimunculkan, mencuatkan ketegangan sekaligus pemandangan mengerikan, seolah tengah menyaksikan tragedi horror tepat di depan mata. Mengerikan, karena yang kita saksikan bukan alien, bencana global, maupun dunia antah berantah, simply suatu tempat biasa yang terlalap api ganas akibat kealpaan manusia. Definitely hell on earth. Ditambah lagi tata suara garapan Wylie Stateman sukses menggetarkan seisi bioskop, membuat saya diam terpaku.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
3 komentar :
Comment Page:Kurang mengena mas. Tp yg saya bingung kenapa pemain utamanya yg diambil di Mark ya? Padahal perannya g krusial bgt
Simply karena dia temennya Peter Berg. Di "Patriot Day" yang rilis akhir tahun ini juga Mark pemeran utamanya
Oalah. Pantes. Jadi ngebayangin kalo pemeran utamanya petinggi nya BP. jadi sudut pandangnya beda
Posting Komentar