TRINITY, THE NEKAD TRAVELER (2017)
Film jalan-jalan tanpa cerita dan hanya mengobral pemandangan. Mungkin demikian selentingan negatif yang bakal disematkan banyak pihak pada adaptasi buku perjalanan laris "The Naked Traveler" karya Trinity ini. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya keliru. Bersama penulis naskah Rahabi Mandra ("Hijab", "Air Mata Surga), tujuan sutradara Rizal Mantovani ("Bulan Terbelah di Langit Amerika", "5 cm", "Kuntilanak") memang cuma satu, yaitu membuat traveling movie di mana karakternya singgah dari satu tempat ke tempat lain, menikmati keindahan alam sambil sesekali terlibat (sedikit) konflik yang mengajarinya akan satu-dua makna kehidupan. Sayang, poin kedua gagal dimaksimalkan.
Kegemaran traveling dan menulis blog perjalanan membuat Trinity (Maudy Ayunda) jeli memanfaatkan uang dan waktu. Demi mengumpulkan biaya, ia terpaksa bekerja kantoran sambil rutin merayu sang bos (Ayu Dewi) agar memberinya tambahan jatah cuti. Trinity sendiri memiliki bucket list berisi kegiatan-kegiatan (dari makan masakan khas daerah sampai nongkrong bareng Tompi) yang ingin ia lakukan di berbagai tempat seluruh dunia. Pemenuhan bucket list itu membawanya pada serangkaian pengalaman menarik, bertemu orang-orang baru, termasuk sesama traveler bernama Paul (Hamish Daud) yang dirasa dapat mengakhiri kesialannya dalam hal menjalin hubungan cinta.
"Trinity, The Nekad Traveler" sebenarnya tidak wajib menyertakan drama kehidupan, karena konflik dalam kegiatan traveling sendiri pada dasarnya beragam, sebutlah kesulitan mengumpulkan dana, adaptasi di tempat baru, atau (paling fatal) tersesat. Naskah Rahabi Mandra sempat menyelipkan rangkaian masalah itu, bahkan tak lupa mencantumkan solusi yang cukup untuk membuat penonton awam bergumam "oh begitu toh caranya". Sayang, ketimbang rutin menghadirkannya di tiap destinasi Trinity, aspek tersebut hanya muncul sesekali, menjadikan mayoritas durasi film tetap didominasi presentasi pemandangan alam.
Beruntung sinematografi Yadi Sugandi piawai memamerkan keindahan. Memanfaatkan kesempatan mengambil gambar di bermacam surga dunia, Yadi mengemas visualnya dengan ketepatan warna serta sudut kamera yang memfasilitasi penonton ikut menikmati, terbuai oleh kecantikan tiap lokasi khususnya Maldives selaku puncak. Di sinilah keberadaan Rizal Mantovani di kursi penyutradaraan terasa cocok. Sang sutradara mungkin sering keteteran bercerita, namun tidak demikian soal merajut visual (he's one of the best Indonesian music video director). Selain indah, alam pun megah, dan "Trinity, The Nekad Traveler" mampu menonjolkan kemegahan itu, meski seiring waktu berjalan keelokan gambarnya kurang menggigit akibat alur tipis minim gesekan.
Seolah menyadari kekurangan tersebut, paruh akhir perjalanan diisi percikan intrik antara Trinity dengan kedua sahabatnya, Yasmin (Rachel Amanda) dan Nina (Anggika Bolsterli). Andai berkonsentrasi pada paparan nilai persahabatan saja, filmnya berpotensi tampil hangat dan manis. Namun mencapai babak konklusi, film ini berambisi memberi pelajaran lebih "bermakna" seputar kesadaran Trinity akan sikapnya yang malah melemahkan penceritaan saat kemunculannya terkesan mendadak akibat porsi eksplorasi minim. Jangankan menyentuh, saya gagal diyakinkan soal motivasi beberapa keputusan yang Trinity ambil di akhir. Konklusi adalah poin vital. Konklusi lemah dapat meruntuhkan segala keberhasilan yang dicapai suatu film, dan "Trinity, The Nekad Traveler" mengalami hal serupa.
Cerita boleh lemah, kehadiran Maudy Ayunda sebagai lead actress mengangkat daya tarik perjalanannya. She's so charming, funny, and likeable. Entah adegan romantis bersama Hamish Daud atau bersanding dengan Babe Cabita memamerkan kebodohan menggelitik mampu begitu meyakinkan ia lakoni. Maudy juga sukses mengimbangi keliaran Ayu Dewi, menjalin interaksi "renyah" yang selalu menarik setiap kali mengisi layar. Terpenting, kecerdikan sekaligus kesan spiritful dari Trinity sang traveler sanggup ia tampilkan. Saya pun tak keberatan jika harus menghabiskan hampir dua jam melihatnya jalan-jalan menikmati pemandangan walau tanpa diiringi banyak gejolak sekalipun.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
13 komentar :
Comment Page:kalo liat judulnya,, kirain "The Naked Traveler" =))
Nah iya, konklusinya lemah. Terlalu ingin menginspirasi, untungnya quote di awal soal "penyesalan dalam 20thn ke depan" mayan ngena, haha. Yang misteri tiket memang diceritain dlm salah satu dari ketiga bukunya, wajar penonton luput. Dan bisa lebih oke kalo kisah cinta 'basi' nya diilangin :\
Yakin 3 bintang???
Judul bukunya memang itu kok :)
Kalau soal Mr. X malah lebih baik dirahasiakan. Nah kisah cintanya itu memang lemah apalagi sebagai "pengantar" konklusi
Kalau nggak yakin nggak di-publish dong review ini :))
Keren, Reviewnya....
Jangan Lupa Kunjungi Blog/Artikel Kitaa Ya Kaka " Berbagi Itu Indah " !!!!!!
( >>> DISINI <<< )
Ingin Menambah Wawasan Pengatahuan Anda Tentang Seputar Dunia International Sepak Bola Langsung Saja
Download Game Online
Artikel Bola Terupdate 2017
Coba jalan crita menarik kaya the secret life of walter mitty, bagus gak bang?
Kalau Walter Mitty kan fantasi, nah Trinity ini pure traveling movi, which is sebenarnya menarik, tapi sayang eksekusinya kurang maksimal
Saya yang bukan pembaca novelnya ngerasa dibikin penasaran sma siapa sosok dibalik Mr. X itu. Penasaran aja sma novel best-seller yg difilmin sma comeback-nya Maudy Ayunda.
Liat Rachel Amanda jadi inget film 'I Love You, Om!' yang dia jatuh cinta sama Om-Om. :D
Saya malah keinget sinetron Candy :D
Menurut bang movfreak film Indo bergenre road movie mancanegara mana nih yg terbaik sejauh ini? Bagi saya masih filmnya mbak Dina Jasanti, Laura dan Marsha, yg bahkan dirilis sebelum booming film jalan-jalan ke luar negeri.
Posting Komentar