HOTEL MUMBAI (2018)
Rasyidharry
April 10, 2019
Anthony Maras
,
Armie Hammer
,
Cukup
,
Dev Patel
,
John Collee
,
Nazanin Boniadi
,
REVIEW
,
Thriller
,
Tilda Cobham-Hervey
1 komentar
Memaparkan tragedi penembakan dan
pemboman terkoordinir di Mumbai pada 26-29 November 2008, Htel Mumbai dengan gampang membuat saya mengutuk para pelaku yang
merenggut nyawa 166 manusia, hanya karena satu kata: Kafir. Tapi itu bukan
pencapaian besar. Selama sisi kemanusiaan kita terjaga, tak peduli seburuk apa
filmnya, kebencian terhadap aksi terorisme tentu mudah tersulut.
Tugas yang lebih sulit adalah
membuat penonton peduli terhadap karakernya serta merasa terikat dengan mereka,
sesuatu yang kurang berhasil dilakukan Hotel
Mumbai. Dampaknya, intensitas pun kerap terkikis. Ditulis naskahnya oleh
John Collee (Happy Feet, Master and
Commander: The Far Side of the World) dan sutradara Anthony Maras berdasarkan
dokumenter Surviving Mumbai (2009),
film ini berusaha menyatukan terlalu banyak hal: Thriller, studi karakter termasuk para teroris, hingga kisah
kepahlawanan karyawan Hotel Taj Mahal Palace yang menolak kabur demi melindungi
tamu. “Tamu adalah dewa”. Demikian semboyan mereka.
Ada dua sisi protagonis di sini.
Pertama Arjun (Dev Patel), karyawan hotel yang tengah menanti kelahiran buah
hati keduanya, kedua adalah pasangan suami-istri, David (Armie Hammer) dan
Zahra (Nazanin Boniadi), yang berkunjung bersama bayi mereka, serta sang
pengasuh, Sally (Tilda Cobham-Hervey). Deskripsi singkat tersebut cocok sebagai
langkah awal membangun penokohan mumpuni, namun sebelum tumbuh kedekatan di
antara penonton dan tokoh-tokoh itu, serangan terlanjur terjadi.
Nilai emosional dan ketegangannya
pun menurun, meski sepanjang serangan di Hotel Taj Mahal, film ini telah melakukan segalanya dengan tepat,
termasuk kejelian Anthony Maras mengatur timing
juga mise-en-scène (tiap kali ia
memanfaatkan latar luas seperti lobi, menempatkan korban di satu sisi sementara
teroris diam-diam mengintai di sisi lain, hasilnya selalu mengagumkan), Hotel Mumbai tak pernah jadi presentasi
menggugah. Tapi ini jelas merupakan sajian disturbing dan memarahkan, khususnya
sewaktu Maras tak ragu menggambarkan kebrutalan serangannya. Kita melihat
deretan teroris sampah itu bahkan tidak bergeming menembaki wanita tua yang
terluka dan memohon agar diampuni, atau korban-korban tak berdaya lain.
Menariknya, Hotel Mumbai lebih sukses memotret pelaku ketimbang korbannya. Penyerangan
di 12 titik ini didorong oleh ambisi berjihad. Alasannya adalah, sebagaimana kerap
dinyatakan sang pemimpin (berasal dari Pakistan), kafir-kafir sudah menginvasi
negeri mereka guna memancapkan kekuasaan kapitalisme, hidup makmur sementara
para muslim lokal terjerat kemiskinan. Pada bagian ini, naskahnya solid
menuturkan betapa kacau alasan teroris-teroris tersebut.
Hotel Mumbai menunjukkan bagaimana kemiskinan dan kelaparan dapat
memancing amarah, iri dengki, dan tentunya kebodohan. Para teroris berusaha
melenyapkan “kafir” yang dianggap tanpa rasa kemanusiaan dengan cara melakukan
aksi keji tanpa rasa kemanusiaan. Sungguh tolol. Pertanyaan lain pun timbul, “Benarkah
itu motif sesungguhnya?”. Atau sekadar rasa iri akibat ketidakmampuan menikmati
kemewahan? Mereka terpana mendapati kemegahan hotel, menikmati makanan sisa
selaki menghabisi ratusan nyawa, bahkan terungkap bahwa sang pemimpin
menjanjikan sejumlah uang sebagai kompensasi keterlibatan mereka.
Elemen di atas jauh lebih kuat
ketimbang aspek thriller-nya, yang
meski solid, pelan-pelan kehilangan momentum akibat durasi yang terlampau lama,
juga beberapa penyuntingan buruk. Cerita keluarga David-Zahra kurang bekerja
maksimal, namun kisah tentang pengorbanan karyawan hotel jadi yang saya paling sayangkan.
Karena narasi penutup mengenai aksi heroik mereka begitu menyentuh, membuat
saya berharap unsur itu lebih disorot, sementara Dev Patel menyajikan performa apik,
menghembuskan hati yang sayangnya urung filmnya maksimalkan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:Baru banget nonton , menurut saya sih ini bagus yah , bagus banget, kita berasa ada di dalam atmosfer hotel dan berasa ingin keluar cepat cepat . Its thrilling and intense tapi ada beberapa moment yg memang benar benar menyentuh loh mas.yang main juga udah total semua ( dev patel is awesome) . Dan paling penting the message is delivered. Puas saya .
Posting Komentar