MAHASISWI BARU (2019)
Rasyidharry
Agustus 09, 2019
Comedy
,
Indonesian Film
,
Iszur Muchtar
,
Jujur Prananto
,
Karina Suwandi
,
Lumayan
,
Mikha Tambayong
,
Monty Tiwa
,
Morgan Oey
,
REVIEW
,
Sarahero
,
Slamet Rahardjo
,
Sonia Alyssa
,
Umay Shahab
,
Widyawati Sophiaan
10 komentar
Pada satu titik, Sarah (Mikha
Tambayong) menawarkan bantuan ada Lastri (Widyawati) yang tak mempunyai laptop
agar mengerjakan tugas di kamarnya. Mereka turut mengajak Reva (Sonia Alyssa)
yang duduk sendirian dengan wajah muram. Adegan ini bukan momen paling dramatis
dalam Mahasiswi Baru, tapi merangkum
inti filmnya tentang “menemukan orang yang mencintai kita saat kita jatuh,
tersesat, dan kesepian”, secara sederhana namun efektif.
Begitulah kondisi Lastri kala
pertama kita menemuinya karena ia baru saja kehilangan sosok terkasih. Merasa
perlu menjalani hidup semaksimal mungkin (dan satu alasan lain yang filmnya
simpan), Lastri memutuskan berkuliah meski usia sudah menginjak kepala tujuh.
Sang puteri, Anna (Karina Suwandi) dibuat pusing ketika Lastri mulai kerap
pulang larut, bahkan terluka akibat terjebak tawuran.
Universitas Cyber Indonesia jadi
kampus pilihannya. Setelah menyulut kehebohan di hari ospek—yang menampilkan
penampilan berkesan meski singkat dari Della Dartyan dan Ananta Rispo—Lastri menjalin
pertemanan dengan empat orang: Sarah yang bermimpi menjadi desainer, Reva yang
sering bermalam di kampus dan selalu mengantuk, Erfan (Umay Shahab) si aktivis,
dan Danny (Morgan Oey) si selebriti-wannabe
yang senantiasa membuat live di
Instagram.
Bersama, mereka kerap terlibat
masalah, membuat Chaerul (Slamet Rahardjo) selaku dekan kelimpungan. Begitu
bermasalah, Lastri sempat dua hari beruntun dibawa ke kantor dekan, “memaksa”
Chaerul mengucapkan kalimat sama persis dalam dua kesempatan tersebut (Lastri
akan dikeluarkan bila di akhir semester nilainya di bawah rata-rata). Entah
trio Sarahero, Monty Tiwa (Critical
Eleven, Lagi-Lagi Ateng), dan Jujur Prananto (Petualangan Sherina, AADC?, Doremi & You) selaku penulis naskah
lalai, atau bentuk kesengajaan sebagai penekanan yang justru terkesan
repetitif.
Hal yang walau diulang tak pernah
melelahkan adalah interaksi antara Lastri dan “gengnya”, masing-masing dengan
ciri komedik kuat yang tak pernah gagal memancing tawa berkat kemampuan jajaran
pemain memanfaatkan ciri tersebut. Umay kembali membuktikan ketenangan dan
kenaturalan aktingnya, sementara Morgan menghibur lewat kepiawaian bertingkah alay
serta melontarkan catchphrase “asolole”
dan “guys”. Celetukan hasil improvisasi Morgan bahkan memaksa Umay dan Mikha
susah payah menahan tawa di adegan “teras”, yang justru menambah kelucuan.
Bagaimana dengan Widyawati?
Rupanya, selain kelucuan di trailer masih
banyak yang sang aktris legendaris tawarkan. Beliau jelas melucu, tapi bukan
lewat usaha tampak sekonyol mungkin, melainkan dengan memahami bahwa kondisi di
mana orang tua bertingkah bak anak muda sudah merupakan pemandangan
menggelitik. Cukup berlaku sewajarnya (tentu tetap menabur sedikit bumbu).
Sudah bisa ditebak, akting dramatiknya
pun tidak kalah apik, berkat kebolehan “berganti wajah” secara berulang, dari seorang
nenek konyol menjadi sosok penyayang, dan sebaliknya. Transformasi yang lebih
mulus dibandingkan penyutradaraannya. Monty kuat perihal menangani adegan yang
hanya melibatkan drama. Tengok saat Anugerah
Terindah yang Pernah Kumiliki mengiringi momen intim banjir air mata Lastri
dan Anna. Tapi jika drama itu bersandingan dengan komedi, tercipta kekacauan
rasa yang membingungkan.
Contohnya pertengkaran Lastri-Anna
di meja makan. Amarah keduanya tersulut akibat topik pembicaraan sensitif,
namun Amri (Iszur Muchtar), suami Anna, selalu melemparkan celotehan-celotehan konyol,
bahkan sewaktu tensi berada di puncak dengan musik melodramatis masih mengalun
di belakang.
Naskahnya juga menyimpan masalah.
Chaerul mengancam akan mengeluarkan Lastri apabila nilainya jeblok, tapi tak
sekalipun kita menyaksikan prosesnya mengejar ketinggalan. Kita hanya tahu
IPK-nya berhasil melonjak jauh di akhir. Persoalan ancaman Chaerul pun diselesaikan
bukan oleh perjuangan Lastri, melainkan berkat bantuan subplot tentang Reva, yang
signifikansinya layak dipertanyakan karena tidak lebih dari sekadar tambalan
ketimbang elemen yang mempengaruhi alur utama.
Biarpun Mahasiswi Baru kekurangan proses pembelajaran akademis Lastri,
percintaannya dengan Chaerul adalah hubungan yang manis. Karena merupakan
romantika dua individu berusia tua, tiap rayuan atau gombalan jelas bukan asmara
omong kosong, namun ekspresi kebahagiaan ketika menemukan individu yang dapat
diajak “berdansa” menikmati “lagu” sebelum “lagu” tersebut usai.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
10 komentar :
Comment Page:Betul banged mas Rasyid, naskah kurang komplit, pdhal akting pemain udah asyik, jarang jarang menyaksikan oma dan opa kasmaran. Kalau saja pasca adegan Reva di tower, dilanjutkan dengan perjuangan gigih akademis oma Lastri n genk buat dapat nilai bagus, tetep dibungkus secara komedik, tentu bakal punya nilai lebih,bahwa belajar itu tidak mengenal usia asal mau dan usaha.
Wedding agreement kapan review bang?
Wah sepemikiran juga bang. Awalnya udah seru ngikutin cerita oma lastri dan kawan kawan. Pas mulai masuk ke cerita tentang sarah sama reva jadi kayak ngikut kelas pengantar ilmu komunikasi tapi dapet juga materi jurnalistik. Adegan favorit saya waktu di ruang tamu pake lagu SID sambil si oma berikrar: mereka2 ini kawan2 saya. Ya kan genggg" 🤣🤣
Niniek L Karim, Widyawati... Smg lebih banyak artis senior yg dapet peran2 gokil lagi. Bosen juga kalau film qta dr sudut pandang pemeran remaja/dewasa muda terus.
Ya itu dia. Daripada subplot Reva, lebih impactful kalau lihatin perjuangan akademis
Asyik itu pas Jika Kami Bersama. Tapi nangis di lagu Sheila On 7 😁
Nah tinggal tunggu Bu Christine mau ngelawak setelah menggila di Perempuan Tanah Jahanam
Bang Rasyid udah liat film Impetigore 🤩🤩🤩 gasabar nungguin tayang
Once upon a time in hollywood kapan ya tayang di Indonesia? Saya cari beritanya udah mulai tanggal 7 agustus kemarin tapi sampai skrg masih belum muncul tuh di bioskop
Tanggal 28
Posting Komentar