TERMINATOR: DARK FATE (2019)
Rasyidharry
Oktober 31, 2019
Action
,
Arnold Schwarzenegger
,
Billy Ray
,
Cukup
,
David S. Goyer
,
Gabriel Luna
,
James Cameron
,
Justin Rhodes
,
Linda Hamilton
,
Mackenzie Davis
,
Natalia Reyes
,
REVIEW
,
Science-Fiction
,
Tim Miller
13 komentar
Apakah anda penggemar John Connor?
Jika ya, besar kemungkinan Terminator:
Dark Fate bakal mengecewakan. Sebaliknya, jika—seperti saya—anda tak merasa
punya ikatan terhadapnya, installment keenam
yang menandai terlibatnya lagi James Cameron ini merupakan film Terminator paling menghibur sejak Terminator 2: Judgment Day 28 tahun
lalu.
John Connor gagal memenuhi takdir
untuk mengemban beban sebagai protagonis. Di Terminator 3: Rise of the Machines (2003) ia hanya remaja galau
menyebalkan, sedangkan sosoknya di Terminator
Salvation (2009) begitu membosankan sampai membuat Christian Bale menampilkan
salah satu performa terburuk sepanjang karir. Emosi saya pun tak tersulut kala
di menit-menit awal, dalam sekuen yang memamerkan mulusnya kombinasi CGI dan body double mengkreasi ulang wajah muda
beberapa karakter, kisahnya mengambil langkah radikal terkait status John
selaku “the chosen one”.
Tapi harus diakui itu bukan langkah
bijak, sebab trio penulis naskahnya, David S. Goyer (trilogi The Dark Knight), Billy Ray (The Hunger Games, Captain Phillips, Gemini
Man), dan Justin Rhodes (Contract
Killer, Grassroots), punya deretan opsi lain guna mencapai tujuan membawa
Sarah Connor (Linda Hamilton) kembali beraksi sekaligus membawa franchise-nya ke arah baru.
Tidak menganggap eksistensi tiga
film terakhir, Dark Fate mengisahkan
bahwa setelah Judgment Day, masa
depan kelam sebagaimana “ramalan” berhasil dilenyapkan. Tidak ada Skynet, tidak
ada hari kiamat. Tapi dasar manusia enggan belajar, masa depan yang tidak kalah
mengerikan telah menanti akibat keberadaan Legion, yang sejatinya cuma Skynet
dengan nama berbeda. Masih berupa AI pembuat
pasukan Terminator, masih mengusung modus operandi mengirim terminator ke masa
lalu untuk menghabisi calon pemimpin umat manusia. Di luar perubahan radikal
tadi, Terminator: Dark Fate menerapkan
pola serupa judul-judul sebelumnya, termasuk terkait pesan “Kita menentukan
sendiri takdir kita”.
Legion mengirim Rev-9 (Gabriel
Luna), terminator canggih dengan kemampuan memisahkan endoskeleton dan mimmetic polyalloy yang menyusun tubuhnya
untuk menciptakan dua unit terminator terpisah. Bayangkan T-X, hanya saja lebih
canggih pun makin sulit dibunuh. Rev-9 mengemban misi membunuh Daniella “Dani”
Ramos (Natalia Reyes), sementara sesuai tradisi, pihak manusia mengirim
pelindung, kali ini dalam bentuk prajurit cyborg
bernama Grace (Mackenzie Davis). Sarah pun ikut mengulurkan bantuan,
membawa Linda Hamilton mengikuti jejak Jamie Lee Curtis di Halloween (2018), memberi bukti jika para jagoan wanita uzur masih
tangguh serta layak turun gunung.
Sayangnya niat baik mengembalikan
Sarah Connor tak dibarengi keberhasilan menyediakan peran substansial. Walau kuantitasnya
banyak, naskahnya bagai menyelipkan paksa Sarah ke dalam cerita yang tak membutuhkan
kehadirannya. Tanpa Sarah, Dani tetap dapat diselamatkan, pun ada jalan lain
guna melibatkan T-800 (Arnold Schwarzenegger) tanpa memerlukan Sarah.
Setidaknya Sarah melapangkan jalan
sutradara Tim Miller (Deadpool)
melahirkan deretan aksi keren beroktan tinggi. Linda Hamilton menghembuskan
kharisma, suatu hal yang telah lama hilang dari seri Terminator, di tengah gempuran aksi beraneka lokasi, dari darat,
udara, hingga laut, meski lagi-lagi, klimaksnya mengambil latar pabrik. Tapi
momen laga terbaik film ini selalu berupa konforntasi fisik langsung, tatkala
pihak protagonis dan antagonis saling bertatap muka.
Berbekal kekuatan uniknya, Rev-9
merupakan antagonis berbahaya yang memfasilitasi terciptanya baku hantam brutal
sarat kreativitas, yang terakhir kali kita saksikan kala Kristanna Loken
membuat Arnold tidak berdaya di film ketiga. Grace menjadi lawannya,
bersenjatakan ketangguhan meyakinkan Mackenzie Davis memerankan prajurit kelas
wahid. Siapa tidak terpukau menyaksikan kebrutalannya mencabik-cabik tubuh
Rev-9 menggunakan sebuah rantai dibalut pemakaian gerak lambat tepat guna oleh
Tim Miller.
Klimaksnya memang memukau, namun di
sisi lain, menegaskan kalau Terminator belum
sembuh dari penyakit lamanya. Dikelilingi oleh Sarah, Grace, T-800, dan Rev-9,
yang semuanya termasuk jajaran karakter paling keren di sepanjang sejarah serinya,
Dani terlihat kerdil. Apakah selain memimpin perlawanan umat manusia, tokoh
utama Terminator juga selalu
ditakdirkan menjadi figur paling tidak menarik di filmnya?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
13 komentar :
Comment Page:Jadi kesimpulannya, lebih bagus dari 3 seri terakhir (rise of the machines, salvation, & genysis) ya Bang Rasyid?
Terminator dan Jurassic Park/World, adalah seri-seri franchise yang sudah seharusnya dihentikan, karena ceritanya memang sudah tamat, tidak perlu dipanjang-panjangin lagi. Lebih baik bikin seri baru yang fresh, entah original atau adaptasi, contohnya seperti Alita kemarin.
sempet bingung pas liat trailer,si T-800 bisa hidup kembali dan jadi tua?how come? Kalau ini lanjutannya dari judgement day,harusnya T-800 kan ceburin diri ke api panas. Smoga terjawab pas besok nonton deh
Wah berarti plotnya sesuai yg bocor di reddit kemarin dong..
Is it worth to watch bruh?
Yes. Nggak jauh beda sama T3 sih
Jurassic Park masih ada jalan eksplorasi sebenernya. Film pendek "Battle at Big Rock" kemaren contohnya. Kalau Terminator emang amsyong
Dari T1-T3 kan si T-800 selalu balik. Soal jadi tua, nggal dijelasin, tapi prinsipnya sama kayak Genisys
Jurassic Franchise terlalu profitable untuk dihentikan bro haha... Installment terjeleknya aja lebih laku daripada semua film DC dan 80% film MCU, apalagi kalo Jurassic bikin installment yang bagus, Avatar dan Endgame bisa kegeser. Soalnya Jurassic itu lebih universal sebagai tontonan keluarga, beda dengan superhero yg kurang dipahami orang tua dan kadang juga terlalu dewasa utk anak kecil, sementara Jurassic masuk utk semua kalangan, nonton Jurassic berasa masuk wahana di taman bermain. Kalo orang tua bawa anak-anak dan keluarga besar ke mall, bingung mau nonton apa, pasti pilih nonton dinosaurus wkwk
Mungkin sekuel film ini harus di 'selesaikan' di masa depannya...semua robot harus dikalahkan...bisa mengalamin titik jenuh semua film isinya 'pengiriman' terminator ke masa lalu terus...paling tidak sekuel nanti menceritakan Dani memimpin pasukan melawan Legion habis2an...
Pas T3, dimana mayoritas manusia musnah. Aku berharap filmnya berlanjut ke perjuangan John Connor memenuhi takdirnya. Di Salvation, tiba-tiba udah ada resistance, melompatnya terlalu jauh. Di Genesys, malah balik lagi pake formula lama. Trus Dark Fate malah mereset semuanya, John Connor berhasil dibunuh, trus berpindah ke Dani.
Ini film kok bingung sendiri mau kemana arahnya.
Trus rasa di film ini juga hambar. Gak terasa ada ancaman gitu.
True. Beda sama Terminator yang makin turun revenue, Jurassic masih kenceng. Dari sisi finansial & potensi cerita masih sayang kalau berhenti
Yang aku gk ngerti, kenapa Dani justru jadi lebih mudah di masa depan
Dan Linda Hamilton ternyata artis yg alami ya, terbukti wajahnya tanpa botox dan oplas... Bandingkan dengan muka demi moore, wkwkwk
Posting Komentar