THE ADDAMS FAMILY (2019)
Rasyidharry
Oktober 28, 2019
Allison Janney
,
Animated
,
Charlize Theron
,
Chloë Grace Moretz
,
Conrad Vernon
,
Cukup
,
Finn Wolfhand
,
Greg Tiernan
,
Matt Lieberman
,
Oscar Isaac
,
REVIEW
8 komentar
The Addams Family menampilkan keluarga aristokrat aneh yang tinggal di
rumah tua berhantu bekas rumah sakit jiwa di mana suara si arwah penunggu rutin
terdengar, makhluk berbentuk tangan manusia pemilik foot fetish, gadis cilik yang selalu berusaha membunuh adiknya, dan
hal-hal aneh nan mengerikan lain. Berbekal materi tersebut, adaptasi karakter
kartun ciptaan Charles Addams ini melahirkan animasi menyenangkan, meski belum
sekuat dua live action-nya, The Addams Family (1991) dan Addams Family Values (1993).
Pernikahan Gomez (Oscar Isaac) dan
Morticia (Charlize Theron) berujung kerusuhan akibat amukan massa yang menolak
menerima The Addams beserta keanehan mereka. Tiga belas tahun berselang, Gomez
dan Morticia tinggal di bekas rumah sakit jwa terpencil di puncak bukit bersama
kedua anak mereka, Wednesday (Chloë
Grace Moretz) dan Pugsley (Finn Wolfhard), juga Lurch (Conrad Vernon) si
pelayan yang berwujud bak monster ciptaan Victor Frankenstein.
Serupa di versi live action, animasi ini pun sedikit
terengah-engah di awal, ketika naskah buatan Matt Lieberman belum menemukan
pijakan, khususnya perihal humor yang terkesan asal lempar sehingga kerap gagal
menemui sasaran. Setidaknya, penonton yang sudah mengenal materinya, baik
melalui kartun cetak, serial televisi, serial kartun, maupun film layar lebar, akan
terhibur oleh kehadiran elemen-elemen familiar, dari lagu tema ikonik gubahan
Vic Mizzy hingga kekhasan tiap anggota keluarga The Addams.
Sampai akhirnya konflik utama
masuk, The Addams Family baru
menemukan cengkeramannya. Terdapat dua cabang cerita yang nantinya saling
berkaitan, yaitu usaha Margaux Needler (Allison Janney) si pembaca acara reality show (pikirkan konsep macam Bedah Rumah) menyingirkan The Addams
yang dianggap berpotensi merusak rencana bisnisnya, dan keinginan Wednesday
mencicipi dunia luar setelah selama ini selalu mendekam di rumah atas perintah
orang tuanya.
Ketika menonton live action-nya dulu, saya terganggu
oleh kesan bahwa tanggapan orang luar terhadap The Addams terlalu normal.
Mereka kaget, kebingungan, sedikit ketakutan, tapi melihat hal-hal seperti pergelangan
tangan yang bergerak sendiri semestinya menimbulkan respon lebih dari itu.
Animasi ini mengatasi gangguan tersebut, memaparkan dinamika sosial The Addams
dengan masyarakat sekitar, bahkan menjadikannya plot utama yang mengusung pesan
soal “perbedaan”.
Kritikan tentang konformitas pada
sosial masyarakat dalam era post-truth ikut
dilayangkan, yang muncul dalam wujud aplikasi Neighborhood Peeps, di mana para penghuni kota terencana gagasan
Margaux saling bergunjing, melontarkan pernyataan seperti “Aku percaya semua
yang aku baca” dan “Jika orang lain takut, aku juga takut”.
Tapi bak pisau bermata dua, dampak
negatif turut hadir. Pesona absurditas khas serinya memudar, saat alur The Addams Family tak ubahnya animasi
kebanyakan. Bandingkan dengan live action
pertamanya yang bercerita mengenai akal bulus seorang lintah darat mengutus
puteranya untuk menyamar sebagai Fester, adik Gomez yang telah bertahun-tahun
hilang. Pun dengan membangun kesadaran The Addams jika publik menganggap mereka
aneh, satir yang jadi pondasi kisah Charles Addams kehilangan kekuatan. The
Addams tidak tahu kalau mereka dipandang aneh. Di situ daya pikatnya.
Beruntung, sewaktu kisahnya kurang
stabil, humornya “pecah”, khususnya humor seputar Wednesday dengan segala
anomalinya. Disuarakan layaknya mayat hidup secara sempurna oleh Chloë Grace
Moretz, dibungkus kreativitas visualisasi sutradara Conrad Vernon dan Greg
Tiernan yang sebelumnya berduet melahirkan kegilaan bernama Sausage Party (2016) dalam
menyeimbangkan elemen horor dan komedi, The
Addams Family efektif sebagai hiburan. Apalagi bagi penonton yang menangkap
deretan referensi terhadap beragam judul horor, sebutlah Frankenstein (1931), Invasion of the Body Snatchers (1978), The Amityville Horror (1979), The Evil Dead (1981), sampai It (2017).
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
8 komentar :
Comment Page:Ada rencana nonton kamen rider zio : overquarzer bang? Premiernya tanggal 30 besok
Nggak demen film begituan 😁
Numpang diskusi mas rasyid karena blog soal film paling rame pengunjung ya disini sih. Ada yg kena racun nya vagabond??? Atau malah nganggeupnya overrated??? Atau malah banyak yg ngga tau vagabond itu apa *eh*
Signal ma secret forest mas rasyid juga belom nonton ya??? Sayang sekali...
Ga demen sinetron
Jantan banget anda. Salute dah...
Vagabond itu lucu, karakter bokap kocak yang berbanding terbalik dengan bayinya yang jenius itu 🤣
@unknown lucu mana ama jamesbon???
Posting Komentar