JAFF 2019 - AURORA
Rasyidharry
November 25, 2019
Bekzat Pirmatov
,
Comedy
,
Drama
,
Lumayan
,
REVIEW
Tidak ada komentar
Perwakilan Kirgiztan di ajang Oscar
tahun 2020 ini dibuka oleh adegan ketika seorang wanita paruh baya duduk,
mendengarkan siaran radio mengenai perdebatan soal poligami. “Perlukah suami
meminta persetujuan istri pertama?”, demikian ucap sang penyiar radio. Pembukaan ini
langsung mencengkeram sekaligus memancing ekspektasi bahwa Aurora adalah tuturan tentang wanita. Saya keliru. Bahkan semua
ekspektasi yang dibangun selama 98 menit durasinya, selalu terbantahkan.
Selepas pembukaan itu, filmnya
menampilkan rangkaian rekaman acara televisi, salah satunya tentang Aurora,
sebuah sanatorium yang sudah berdiri sejak masa pendudukan Uni Soviet. Segera,
kisahnya berpindah ke sana, menampilkan peristiwa-peristiwa terpisah yang
dipaparkan secara episodik. Perdebatan konyol wanita dengan bartender perihal
nama panggilan, pria yang meminta pembawa acara televisi veteran agar merekam
video bagi ibunya, dan lain-lain, yang bakal jadi spoiler kalau diungkap.
Jangan percaya kepada apa yang
nampak di permukaan. Sutradara sekaligus penulis naskah debutan, Bekzat
Pirmatov, selalu menyiapkan kejutan-kejutan, yang tetap sulit diduga bahkan
setelah anda memahami pola penceritaan twisty-nya,
berkat visi absurd Pirmatov. Bahkan kita digiring mempertanyakan bagaimana
sebenarnya hubungan para tokoh yang sekilas tak saling kenal itu.
Ragam bentuk komedi menemani
perjalanan liar filmnya, dari komedi verbal berbasis obrolan konyol yang
dibungkus bak interaksi serius, komedi hitam, slapstick, atau malah gabungan semuanya. Penyutradaraan Bekzat Pirmatov
memastikan kisahnya bergerak penuh energi, sedangkan kejutan absurdnya
menghentak bak hantaman keras ke wajah penonton.
Awalnya, tuturan episodik Aurora mudah dan nyaman dinikmati berkat
penulisan rapi Pirmatov, tapi memasuki paruh kedua, tatkala satu demi satu
kejutan terungkap, tiap kisah mulai menampakkan kebenarannya, dan keliaran
makin menjadi-jadi, filmnya menjadi kusut. Terlalu banyak fakta baru, karakter
baru, atau karakter lama yang melakoni “peran baru”, tersaji dalam waktu
singkat tanpa memberi penonton waktu memprosesnya. Menurut Bekzat Pirmatov, tiap
permasalahan di sanatorium mencerminkan kondisi Kirgiztan, namun paparan
terkait subteks itu terlampau samar, tenggelam dalam kejutan-kejutan gilanya, sehingga
bakal sulit disadari penonton, khususnya yang berasal dari luar Kirgiztan.
Apa yang sesungguhnya terjadi?
Sekadar kebetulan-kebetulan? Parallel
universe? Perjalanan waktu sebagaimana diungkapkan oleh trio pemakai ganja
di pertengahan film? Atau lainnya? Tapi pertanyaan berikutnya, “Perlukah
mengetahui kebenaran sesungguhnya?”. Apakah Aurora
harus dimengerti untuk dapat dinikmati? Jawabannya “Tidak”. Sebab deretan tanda
tanya miliknya, yang mungkin takkan sepenuhnya terjawab, menyimpan daya tarik
tinggi bagai magnet.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar