ENTER THE FAT DRAGON (2020)
Rasyidharry
Januari 26, 2020
Action
,
Chinese Movie
,
Comedy
,
Donnie Yen
,
Kenji Tanigaki
,
Kurang
,
Niki Chow
,
REVIEW
,
Sandra Ng
,
Wong Jing
4 komentar
Setelah kesuksesan Ip Man 4: The Finale baik secara
komersial maupun critical, Donnie Yen kembali dengan Enter the Fat Dragon, selaku remake
film Sammo Hung rilisan tahun 1978, walau sebenarnya kedua film ini sekadar
berbagi judul tanpa memiliki kesamaan plot. Kalau Sammo Hung memerankan
peternak babi pengagum Bruce Lee, maka Donnie Yen adalah Fallon Zhu, polisi
Hong Kong jago bela diri yang badannya menggemuk selepas ditinggalkan
tunangannya dan dimutasi akibat kerap merusak fasilitas umum tiap mengejar
penjahat.
“Jackass of the century”. Demikian julukan yang disematkan kepada
Fallon. Kontrol dirinya kala beraksi memang buruk, dan karena itu, dalam satu
hari ia kehilangan segalanya. Setelah menggagalkan aksi perampokan yang
berujung kehancuran di mana-mana, Fallon dipindahkan ke departemen penyimpanan
barang bukti. Bukan itu saja, dia pun ditinggalkan oleh tunangannya, Chloe
(Niki Chow), akibat telat menghadiri sesi pemotretan pre-wedding. Chloe merasa selalu dinomorduakan, pun menganggap
Fallon kurang mendukung karirnya sebagai aktris yang kerap menuai kritikan
karena akting buruknya.
Kini hanya duduk seharian di balik
meja, Fallon pun menenggelamkan diri dalam makanan sehingga berat badannya
melonjak dua kali lipat hingga melebihi 100 kg. Kesempatan untuk mengembalikan
hidupnya seperti sedia kala datang sewaktu Fallon ditugaskan ke Jepang guna
mengawal seorang tahanan. Misi sederhana itu berubah runyam karena keterlibatan
geng Yakuza, yang secara kebetulan sedang menyewa jasa Chloe di sebuah acara.
Ditulis naskahnya oleh Wong Jing—sutradara
produktif yang telah menggarap sekitar 115 judul—yang turut mengarahkan filmnya
bersama Kenji Tanigaki, Enter the Fat
Dragon sedikit menaburkan gaya mo lei
tau (bentuk komedi yang dipopulerkan Stephen Chow pada 90-an) dalam
humornya yang mengandalkan slapstick,
terutama di paruh awal, misalnya saat dua reporter televisi mendadak menyiarkan
secara langsung perkelahian Fallon melawan para perampok bank. Kadarnya tidak
begitu kental, tapi jejaknya jelas kentara, apalagi melihat keterlibatan Sandra
Ng, salah satu aktris yang identik dengan mo
lei tau.
Teknik melucu itu bukan
diperuntukkan bagi semua orang khususnya penonton modern (salah satu alasan
mengapa Chow sendiri mulai meninggalkannya). Wong Jing kentara berusaha
membatasi kadarnya, yang justru mengakibatkan kesan setengah-setengah, sebelum akhirnya
total beralih ke slapstick monoton
yang penghantarannya enggan memedulikan timing,
seolah asal terjang dengan deretan punchline
lemah. Hasilnya hit-and-miss, dengan
persentase meleset lebih tinggi. Lain cerita saat Wong Jing lebih memeras
absurditas kreatifnya. Di situ, humornya efektif, semisal kala ia memparodikan
beberapa adegan ikonik dalam film-film aksi Donnie Yen.
Tapi kelemahan terbesar Enter the Fat Dragon adalah kegagalan menangkap
poin utama film aslinya. Menampilkan Donnie Yen dalam balutan fat suit, ketanggulan, kelincahan, dan
kelenturan Fallon saat berkelahi tidak ada bedanya dibanding ketika masih
prima. Pada versi 1978, menarik melihat Sammo Hung mengejutkan orang-orang yang
meremehkannya sewaktu menghajar lawan-lawannya meski tubuhnya gemuk. Sedangkan
di sini, sejak awal kita sudah mengetahui kehebatan Fallon, yang tak terkikis
sama sekali begitu ia menjadi gemuk. Hal ini menghilangkan elemen kejutan dan
humor yang semestinya timbul, padahal sang aktor sudah berusaha semaksimal
mungkin bertingkah konyol.
Paling tidak, seperti biasa
menyaksikan Donnie Yen beraksi merupakan hiburan tersendiri. Asumsi saya, Wong
Jing bertugas menangani aspek komedi, sedangkan aksi diserahkan kepada Kenji
Tanigaki yang pernah terlibat sebagai stunt
di film-film Hollywood seperti Mortal
Kombat: Annihilation (1997) dan Blade
II (2002). Kenji menggabungkan teknik bertarung raw milik Donnie Yen dengan spectacle
berbumbu slapstick ala Jackie Chan,
dibungkus koreografi serta gerak kamera yang cukup dinamis.
Puncaknya adalah klimaks seru di
Menara Tokyo, yang makin memuaskan berkat ikut sertanya Chloe, sebab pada film
aksi, tidak ada cara yang lebih baik untuk menyatukan sepasang kekasih
dibandingkan membuat mereka menyatukan kekuatan dalam baku hantam. Apalagi
sepanjang durasi, Niki Chow sudah berhasil menjadi salah satu penampil paling
mencuri perhatian lewat kelucuannya. Selalu menyenangkan melihat seorang aktris
cantik yang berani melakoni adegan-adegan memalukan demi memunculkan efek
komedik. Sayang, di samping menit-menit awal dan akhir, Enter the Fat Dragon tak lebih dari tontonan monoton yang
menyia-nyiakan potensinya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
4 komentar :
Comment Page:Hmm menarik ni,gw baru tau sebutan gaya jokesnya mo lei tau. Tapi menurut gw..orang yg bisa mendirect gaya mo lei tau memang Chow doank bang. Cukup dengan mimik atau gaya hiperbolis jadinya lucu banget.
Tapi kalo kmrn kesannya setengah2,mau melucu tp ga lucu. Menurutku film ni akan menolong kalau dibikin versi serius. Aku jg bingung potongan scene yang terkesan tiba2 dan kurang smooth.
Jujur pas liat film ini,gw liat jam sampe 3x pengen cepet keluar dari bioskop. Donnie Yen,you're born to be an action star,not a comedy movie
Justru diera 90an rajanya mo lei tau ini adalah Wong Jing, dia orang dibalik kesuksesan film2 komedi absurd seperti God of Gambler dgn sederet sekuelnya, City Hunter, The Future Cops, film2 stephen chow Royal Tramp, Tricky Master dll dia yg sutradarai
Entah kenapa film2 Donnie Yen yg bukan disutradarai oleh Wilson Yip ampas semua.
Donnie seperti sdh mulai kehilangan ide segar, sampai meremake film lawas 2 bintang era golden age hong kong, pertama meremake film Yuen Biao, Iceman Cometh (1989) dan kedua film Sammo Hung Enter The Fat Dragon (1979) yg dua2nya tdk lebih baik dari orisinilnya. Jangan2 ke depan Donnie bakal meremake film Jackie Chan pula
Oot nih bang rasyid, udah nonton tunnel versi indonesia belom nih bang??? Klo belom, liat dunk bang. di tunggu Pendapatnya nih bang...
Posting Komentar