ENTER THE FAT DRAGON (2020)

4 komentar
Setelah kesuksesan Ip Man 4: The Finale baik secara komersial maupun critical, Donnie Yen kembali dengan Enter the Fat Dragon, selaku remake film Sammo Hung rilisan tahun 1978, walau sebenarnya kedua film ini sekadar berbagi judul tanpa memiliki kesamaan plot. Kalau Sammo Hung memerankan peternak babi pengagum Bruce Lee, maka Donnie Yen adalah Fallon Zhu, polisi Hong Kong jago bela diri yang badannya menggemuk selepas ditinggalkan tunangannya dan dimutasi akibat kerap merusak fasilitas umum tiap mengejar penjahat.

Jackass of the century”. Demikian julukan yang disematkan kepada Fallon. Kontrol dirinya kala beraksi memang buruk, dan karena itu, dalam satu hari ia kehilangan segalanya. Setelah menggagalkan aksi perampokan yang berujung kehancuran di mana-mana, Fallon dipindahkan ke departemen penyimpanan barang bukti. Bukan itu saja, dia pun ditinggalkan oleh tunangannya, Chloe (Niki Chow), akibat telat menghadiri sesi pemotretan pre-wedding. Chloe merasa selalu dinomorduakan, pun menganggap Fallon kurang mendukung karirnya sebagai aktris yang kerap menuai kritikan karena akting buruknya.

Kini hanya duduk seharian di balik meja, Fallon pun menenggelamkan diri dalam makanan sehingga berat badannya melonjak dua kali lipat hingga melebihi 100 kg. Kesempatan untuk mengembalikan hidupnya seperti sedia kala datang sewaktu Fallon ditugaskan ke Jepang guna mengawal seorang tahanan. Misi sederhana itu berubah runyam karena keterlibatan geng Yakuza, yang secara kebetulan sedang menyewa jasa Chloe di sebuah acara.

Ditulis naskahnya oleh Wong Jing—sutradara produktif yang telah menggarap sekitar 115 judul—yang turut mengarahkan filmnya bersama Kenji Tanigaki, Enter the Fat Dragon sedikit menaburkan gaya mo lei tau (bentuk komedi yang dipopulerkan Stephen Chow pada 90-an) dalam humornya yang mengandalkan slapstick, terutama di paruh awal, misalnya saat dua reporter televisi mendadak menyiarkan secara langsung perkelahian Fallon melawan para perampok bank. Kadarnya tidak begitu kental, tapi jejaknya jelas kentara, apalagi melihat keterlibatan Sandra Ng, salah satu aktris yang identik dengan mo lei tau.

Teknik melucu itu bukan diperuntukkan bagi semua orang khususnya penonton modern (salah satu alasan mengapa Chow sendiri mulai meninggalkannya). Wong Jing kentara berusaha membatasi kadarnya, yang justru mengakibatkan kesan setengah-setengah, sebelum akhirnya total beralih ke slapstick monoton yang penghantarannya enggan memedulikan timing, seolah asal terjang dengan deretan punchline lemah. Hasilnya hit-and-miss, dengan persentase meleset lebih tinggi. Lain cerita saat Wong Jing lebih memeras absurditas kreatifnya. Di situ, humornya efektif, semisal kala ia memparodikan beberapa adegan ikonik dalam film-film aksi Donnie Yen.

Tapi kelemahan terbesar Enter the Fat Dragon adalah kegagalan menangkap poin utama film aslinya. Menampilkan Donnie Yen dalam balutan fat suit, ketanggulan, kelincahan, dan kelenturan Fallon saat berkelahi tidak ada bedanya dibanding ketika masih prima. Pada versi 1978, menarik melihat Sammo Hung mengejutkan orang-orang yang meremehkannya sewaktu menghajar lawan-lawannya meski tubuhnya gemuk. Sedangkan di sini, sejak awal kita sudah mengetahui kehebatan Fallon, yang tak terkikis sama sekali begitu ia menjadi gemuk. Hal ini menghilangkan elemen kejutan dan humor yang semestinya timbul, padahal sang aktor sudah berusaha semaksimal mungkin bertingkah konyol.

Paling tidak, seperti biasa menyaksikan Donnie Yen beraksi merupakan hiburan tersendiri. Asumsi saya, Wong Jing bertugas menangani aspek komedi, sedangkan aksi diserahkan kepada Kenji Tanigaki yang pernah terlibat sebagai stunt di film-film Hollywood seperti Mortal Kombat: Annihilation (1997) dan Blade II (2002). Kenji menggabungkan teknik bertarung raw milik Donnie Yen dengan spectacle berbumbu slapstick ala Jackie Chan, dibungkus koreografi serta gerak kamera yang cukup dinamis.

Puncaknya adalah klimaks seru di Menara Tokyo, yang makin memuaskan berkat ikut sertanya Chloe, sebab pada film aksi, tidak ada cara yang lebih baik untuk menyatukan sepasang kekasih dibandingkan membuat mereka menyatukan kekuatan dalam baku hantam. Apalagi sepanjang durasi, Niki Chow sudah berhasil menjadi salah satu penampil paling mencuri perhatian lewat kelucuannya. Selalu menyenangkan melihat seorang aktris cantik yang berani melakoni adegan-adegan memalukan demi memunculkan efek komedik. Sayang, di samping menit-menit awal dan akhir, Enter the Fat Dragon tak lebih dari tontonan monoton yang menyia-nyiakan potensinya.

4 komentar :

Comment Page:
Badminton Battlezone mengatakan...

Hmm menarik ni,gw baru tau sebutan gaya jokesnya mo lei tau. Tapi menurut gw..orang yg bisa mendirect gaya mo lei tau memang Chow doank bang. Cukup dengan mimik atau gaya hiperbolis jadinya lucu banget.

Tapi kalo kmrn kesannya setengah2,mau melucu tp ga lucu. Menurutku film ni akan menolong kalau dibikin versi serius. Aku jg bingung potongan scene yang terkesan tiba2 dan kurang smooth.

Jujur pas liat film ini,gw liat jam sampe 3x pengen cepet keluar dari bioskop. Donnie Yen,you're born to be an action star,not a comedy movie

agoesinema mengatakan...

Justru diera 90an rajanya mo lei tau ini adalah Wong Jing, dia orang dibalik kesuksesan film2 komedi absurd seperti God of Gambler dgn sederet sekuelnya, City Hunter, The Future Cops, film2 stephen chow Royal Tramp, Tricky Master dll dia yg sutradarai

agoesinema mengatakan...

Entah kenapa film2 Donnie Yen yg bukan disutradarai oleh Wilson Yip ampas semua.
Donnie seperti sdh mulai kehilangan ide segar, sampai meremake film lawas 2 bintang era golden age hong kong, pertama meremake film Yuen Biao, Iceman Cometh (1989) dan kedua film Sammo Hung Enter The Fat Dragon (1979) yg dua2nya tdk lebih baik dari orisinilnya. Jangan2 ke depan Donnie bakal meremake film Jackie Chan pula

Madhunrijalun mengatakan...

Oot nih bang rasyid, udah nonton tunnel versi indonesia belom nih bang??? Klo belom, liat dunk bang. di tunggu Pendapatnya nih bang...