START-UP (2019)

Tidak ada komentar
Ma Dong-seok alias Don Lee—si pria kekar maskulin pemilik tinju sapu jagat, tinju pemusnah massal, tinju pencabut nyawa—memakai rambut palsu panjang serta kaos berwarna merah muda lalu bernyanyi dan menarikan koreografi lagu Knock Knock dan TT milik Twice.  Apabila anda merupakan penggemar sang aktor, tidak perlu alasan lain untuk menonton adaptasi webtoon Shidong karya Jo Geum-san ini. Jika bukan, jangan khawatir, sebab Stat-Up masih menyimpan bentuk hiburan lain.

Taek-il (Park Jung-min) adalah remaja pemberontak yang gemar menyulut kekacauan sehingga merepotkan ibunya (Yum Jung-ah), mantan atlet bola voli yang terpaksa mengubur impiannya demi menghidupi sang putera. tapi Taek-il malah menolak bersekolah, hanya mengisi hari dengan ketidakjelasan bersama sahabatnya, Sang-pil (Jung Hae-in). Hingga suatu ketika, Taek-il memutuskan ingin membuktikan dirinya bisa hidup tanpa bergantung pada sang ibu, kabur dari rumah, dan berakhir mendapat pekerjaan sebagai tukang antar di restoran Cina milik Kong (Kim Jong-soo).

Di sanalah Taek-il bertemu orang-orang berkepribadian menarik, seperti Kyung-joo (Choi Sung-eun) si gadis jago tinju berambut merah, juga Geo-seok (Ma Dong-seok) si koki galak yang kerap memukuli Taek-il, tapi bisa mendadak jadi pengecut tiap dihadapkan dengan keributan di luar restoran. Sesekali kita juga melihat perjuangan ibu Taek-il yang menghabiskan simpanannya demi membangun sebuah kedai makanan sederhana, serta Sang-pil yang akibat kebutuhan finansial, terpaksa bekerja sebagai tukang pukul lintah darat.

Naskahnya, yang ditulis sendiri oleh sang sutradara, Choi Jeong-yeol (One Way Trip), berusaha memadatkan sebanyak mungkin kisah materi adaptasinya dalam durasi 102 menit, ketimbang mengolahnya berdasarkan satu atau dua cerita utama. Tapi dibanding film-film adaptasi lain yang menerapkan pendekatan serupa, Start-Up jauh lebih rapi. Memang kesan fast-forward yang mengurangi kedalaman tiap story arc cukup terasa, namun Jeong-yeol mampu merangkainya jadi satu kesatuan utuh yang tidak episodik. Alhasil, ketimbang berantakan, filmnya jadi bergerak dinamis berkat setumpuk konflik menarik dalam beragam wujud.

Efek negatifnya adalah, akibat kurangnya pendalaman bagi tiap permasalahan, berbagai dramanya kehilangan dampak emosi, biarpun terdapat banyak amunisi, dari hubungan Taek-il dan ibunya, Sang-pil dan neneknya, hingga masa lalu kelam yang sama-sama disimpan Kong dan Geo-seok. Bukan itu saja, secara keseluruhan Start-Up memang tersendat perihal presentasi dramatik. Soal penghantaran pesan misalnya. Kalimat “Do what suits you” beberapa kali terucap dari mulut karakternya. Tapi begitu film berakhir, apa yang hendak diutarakan tak pernah pasti. Apakah pernyataan bahwa seseorang sebaiknya melakukan sesuatu yang cocok dengannya? Atau sesuatu yang dia mau? Atau malah sesuatu yang benar tergantung kondisi?

Tidak ada cukup waktu eksplorasi akibat terlalu banyak cabang alur coba disatukan. Tapi paling tidak, Start-Up berhasil menjalankan perannya sebagai hiburan. Beberapa humor masih meleset, namun pengarahan bertenaga Choi Jeong-yeol yang bersedia menerapkan gaya komikal (meski belum secara total) ditambah performa jajaran pemainnya menjaga agar banyolan-banyolannya minimal sanggup memancing senyum.

Ma Dong-seok unjuk gigi memamerkan sisi komedik tanpa takut merusak maskulinitas yang begitu lekat pada sosoknya walau tinju sekali-pukul-mampus andalannya tetap diperlihatkan, Park Jung-min adalah protagonis yang likeable walau sering berulah, sementara Choi Sung-eun memancarkan kesan misterius yang menarik perhatian. Biarpun harus berbagi screentime, Choi Jeong-yeol berhasil memberi tiap-tiap karakter penuh warna dalam filmnya kesempatan bersinar.

Tidak ada komentar :

Comment Page: