AKHIR KISAH CINTA SI DOEL (2020)

10 komentar
Berkaca pada protagonisnya yang selalu bimbang dan sulit mengambil keputusan, sebenarnya agak mengejutkan saat kisah cinta segitiga Doel-Sarah-Zaenab akhirnya tiba di titik akhir. Begitu sulit dipercaya, sampai berhembus kabar bahwa Rano Karno telah menyiapkan dua versi ending. Saya pastikan rumor itu keliru. Akhir Kisah Cinta Si Doel memiliki konklusi definitif, hanya saja filmnya bergerak seperti Doel yang menyeret-nyeret permasalahan terlalu lama hingga terasa melelahkan. Sayang sekali, perjalanan 27 tahun ini ditutup tidak dalam performa terbaik. Apalagi selepas Si Doel the Movie 2 yang begitu emosional.

Kepulangan Sarah (Cornelia Agatha) dan Dul (Rey Bong) ke Indonesia sepertinya sudah menuntaskan segala persoalan. Perceraian tinggal menunggu finalisasi, sementara Sarah telah merelakan Doel (Rano Karno) menjadi milik Zaenab (Maudy Koesnaedi). Sayangnya tidak segampang itu. Zaenab yang tengah hamil muda justru makin dihantui rasa bersalah akibat kelapangan hati pesaing cintanya. Demi lepas dari perasaan tersebut, Zaenab mulai mempertimbangkan untuk meninggalkan Doel. Sedangkan dilema Doel bertambah kala sang putera begitu berharap ia dan Sarah bisa bersatu lagi.

Menarik disimak saat kali ini Sarah dan Zaenab bukannya berlomba mendapatkan Doel, namun berlomba meninggalkannya—walau jelas mereka sama-sama masih mencintainya. Naskahnya memaparkan dengan baik kompleksitas di benak Zaenab melalui sebuah monolog yang turut jadi panggung Maudy Koesnaedi menunjukkan lagi kapasitas olah rasanya. Hanya melalui satu monolog tersebut, Zaenab makin simpatik, Sarah terhindar dari antagonisasi, sekaligus memudahkan penonton memahami kebimbangan Doel. Apakah Doel mesti menuruti keinginan hatinya? Atau tiba waktunya dia berkorban untuk hal yang benar?

Sejatinya pertanyaan-pertanyaan seperti itu berpeluang dieksplorasi. Tapi selama 93 menit tak sedikit pun kita mengerti isi hati Doel. Bahkan sewaktu akhirnya ia mengambil keputusan, alasan di baliknya tak dijabarkan, biarpun saya yakin pendekatan ini takkan dipermasalahkan para penggemar lama. Dan walau diganggu kesan tiba-tiba dalam sebuah pengadeganan cheesy, paling tidak konklusinya memuaskan. Rano Karno bukan semata memberikan fan service, tapi membayar lunas apa yang dibangun sejak film pertamanya dua tahun lalu.  

Kembali lagi, kelemahan filmnya terletak pada proses. Akhir Kisah Cinta Si Doel bagai cerita yang hanya mementingkan destinasi, namun kesulitan menemukan jalur pasti guna mencapai itu. Nihilnya eksplorasi karakter khususnya Doel masih (sedikit) bisa dimaafkan, mengingat seri Si Doel sejak dulu memang bukan dikenal karena itu. Doel si tukang bingung, Zaenab yang selalu berkorban, dan Sarah si kaya. Itu sudah cukup bagi para penggemar. Menjadi melelahkan sewaktu—seperti Doel—alurnya berputar-putar di satu titik, minim dinamika, apalagi progress. Satu-satunya progress signifikan terjadi di ending ketika Doel menentukan pilihan.

Pengulangan baris-baris kalimat ditambah tempo draggy dari penyutradaraan Rano Karno terutama di adegan yang mengedepankan nuansa melankolis, menghadirkan kesan berlarut-larut. Seolah filmnya sengaja memanjangkan presentasi adegan-adegannya demi mengisi waktu akibat kekurangan materi. Apalagi selipan-selipan filler di luar plot utama, khususnya yang bersifat komedik tak sekuat biasanya, meskipun Mandra tampil total seperti biasa. Hasilnya adalah grand finale melelahkan yang sama sekali tidak “grand”. Terlebih Akhir Kisah Cinta Si Doel punya sisi teknis terlemah di antara triloginya, di mana rasio gambar aneh yang sudah muncul di film kedua malah bertambah parah.

Padahal Akhir Kisah Cinta Si Doel seharusnya jadi perayaan penting. Perayaan terhadap kisah legendaris yang berlangsung hampir tiga dekade. Perayaan terhadap salah satu karakter fiktif paling ikonik di Indonesia. Perayaan terhadap seorang sosok hebat nan inspiratif bernama Aminah Tjendrakasih yang tetap bersemangat berseni peran meski fisiknya sudah tak lagi bersahabat. Sayang sekali.

10 komentar :

Comment Page:
Adit mengatakan...

Mungkin klimaks film ini sudah ada di doel movie 2, jdi kurang greget lgi, terasa hambar, tpi masih layak ditonton.

Chan hadinata mengatakan...

Bener sih.. pilihan akhir si doel memang bukan jadi daya tarik utama film ini apalg yg mengikuti si doel dari jaman old
Tapi seperti kata rasyid.. harusnya jd perayaan sekaligus penutup memorable utk sinetron terbaik yg pernah ada..
Utk teknis sih kyknya rano karno sbagai sutradara yah mentok di si doel 2 sj

Yolana mengatakan...

Pertanyaan saya cuma satu, bang rasyid tim sarah apa tim Jenab? 😁

Anonim mengatakan...

Si doel..ank betawi jujur brpndidikan insinyur pkerja keras pintar brcita2 tinggi lucky guy..pngen merubah pandangan org umum trhdp org betawi..akhir nya jd montir keliling dgn spd motor tua pemberian engkong..numpang d rmh org tua..punya istri dua yg sama2 berlomba2 utk mninggalkan si doel..mungkin babe sabeni menangis d kuburan..harta ny habis utk sekolah si doel..gk ada guna nya..
Mandra..playboy..tkg gombalin cewek..warisan bnyk..akhirnya jd perjaka tua..
Mungkin Rano karno bikin Film ini utk mengajarkan kpd kita sepinter2 nya elu..segigih2 nya elu brusaha..sbruntung2 nya elu dlm brcinta..tp klo muke lu cemberut aja berabad2..jauh rejeki..hidup lu bakalan nyungsep

Fajar mengatakan...

Nylekit tapi betul juga.

Rasyidharry mengatakan...

Tim Zaenab tentu saja 👍

aryo mengatakan...

Wkwk

Anonim mengatakan...

Trilogi maksa njir, seharusnya film ini hilang dari eksistensi.
Nyesal gue nonton njir (T_T)

Unknown mengatakan...

Benar banget nih. Babe Sabeni yang paling sedih pasti. Tanah habis buat nguliahin. Gegara si Doel yang galau Mulu hidup jadi gitu2 aja.

eP mengatakan...

Pas nonton ini, ngebayangin andai ceritanya, setelah Jenap bersedia mendampingi Doel, Doelnya jd insinyur yg punya usaha sukses. Demikian ia jd laki2 yg wajar diharapkan cintanya oleh 2 perempuan pun jd laki2 yg punya bargain position untuk bisa memilih wanita yg dia cintai. Masih ga paham kenapa Jenap mesti diceritakan hamil, pdhal kalo ngga, bisa jd tambahan konflik (apakah doel memilih Sarah yg telah berjuang sendiri 14 tahun membesarkan anak mereka? Atau memilih Jenap yg memiliki kekurangan tetapi setia mendampingi dari melarat sampai sukses?).
Pas Jenap bilang, 'abang balik aja sama Sarah' ku mewakili si Doel yang cuman manyun aja mukanya menjawab:Tapi sarahnya udah ga mao Jenaap..