AKHIR KISAH CINTA SI DOEL (2020)
Rasyidharry
Januari 24, 2020
Aminah Cendrakasih
,
Cornelia Agatha
,
Drama
,
Indonesian Film
,
Kurang
,
Mandra
,
Maudy Koesnaedi
,
Rano Karno
,
REVIEW
,
Rey Bong
,
Romance
10 komentar
Berkaca pada protagonisnya yang
selalu bimbang dan sulit mengambil keputusan, sebenarnya agak mengejutkan saat
kisah cinta segitiga Doel-Sarah-Zaenab akhirnya tiba di titik akhir. Begitu
sulit dipercaya, sampai berhembus kabar bahwa Rano Karno telah menyiapkan dua
versi ending. Saya pastikan rumor itu
keliru. Akhir Kisah Cinta Si Doel memiliki
konklusi definitif, hanya saja filmnya bergerak seperti Doel yang
menyeret-nyeret permasalahan terlalu lama hingga terasa melelahkan. Sayang
sekali, perjalanan 27 tahun ini ditutup tidak dalam performa terbaik. Apalagi
selepas Si Doel the Movie 2 yang
begitu emosional.
Kepulangan Sarah (Cornelia Agatha) dan
Dul (Rey Bong) ke Indonesia sepertinya sudah menuntaskan segala persoalan.
Perceraian tinggal menunggu finalisasi, sementara Sarah telah merelakan Doel
(Rano Karno) menjadi milik Zaenab (Maudy Koesnaedi). Sayangnya tidak segampang
itu. Zaenab yang tengah hamil muda justru makin dihantui rasa bersalah akibat
kelapangan hati pesaing cintanya. Demi lepas dari perasaan tersebut, Zaenab
mulai mempertimbangkan untuk meninggalkan Doel. Sedangkan dilema Doel bertambah
kala sang putera begitu berharap ia dan Sarah bisa bersatu lagi.
Menarik disimak saat kali ini Sarah
dan Zaenab bukannya berlomba mendapatkan Doel, namun berlomba meninggalkannya—walau
jelas mereka sama-sama masih mencintainya. Naskahnya memaparkan dengan baik
kompleksitas di benak Zaenab melalui sebuah monolog yang turut jadi panggung
Maudy Koesnaedi menunjukkan lagi kapasitas olah rasanya. Hanya melalui satu monolog
tersebut, Zaenab makin simpatik, Sarah terhindar dari antagonisasi, sekaligus
memudahkan penonton memahami kebimbangan Doel. Apakah Doel mesti menuruti
keinginan hatinya? Atau tiba waktunya dia berkorban untuk hal yang benar?
Sejatinya pertanyaan-pertanyaan
seperti itu berpeluang dieksplorasi. Tapi selama 93 menit tak sedikit pun kita
mengerti isi hati Doel. Bahkan sewaktu akhirnya ia mengambil keputusan, alasan
di baliknya tak dijabarkan, biarpun saya yakin pendekatan ini takkan dipermasalahkan
para penggemar lama. Dan walau diganggu kesan tiba-tiba dalam sebuah
pengadeganan cheesy, paling tidak konklusinya
memuaskan. Rano Karno bukan semata memberikan fan service, tapi membayar lunas apa yang dibangun sejak film
pertamanya dua tahun lalu.
Kembali lagi, kelemahan filmnya terletak
pada proses. Akhir Kisah Cinta Si Doel bagai
cerita yang hanya mementingkan destinasi, namun kesulitan menemukan jalur pasti
guna mencapai itu. Nihilnya eksplorasi karakter khususnya Doel masih (sedikit)
bisa dimaafkan, mengingat seri Si Doel sejak
dulu memang bukan dikenal karena itu. Doel si tukang bingung, Zaenab yang
selalu berkorban, dan Sarah si kaya. Itu sudah cukup bagi para penggemar. Menjadi
melelahkan sewaktu—seperti Doel—alurnya berputar-putar di satu titik, minim
dinamika, apalagi progress. Satu-satunya progress signifikan terjadi di ending ketika Doel menentukan pilihan.
Pengulangan baris-baris kalimat ditambah
tempo draggy dari penyutradaraan Rano
Karno terutama di adegan yang mengedepankan nuansa melankolis, menghadirkan
kesan berlarut-larut. Seolah filmnya sengaja memanjangkan presentasi
adegan-adegannya demi mengisi waktu akibat kekurangan materi. Apalagi
selipan-selipan filler di luar plot
utama, khususnya yang bersifat komedik tak sekuat biasanya, meskipun Mandra
tampil total seperti biasa. Hasilnya adalah grand
finale melelahkan yang sama sekali tidak “grand”. Terlebih Akhir Kisah
Cinta Si Doel punya sisi teknis terlemah di antara triloginya, di mana
rasio gambar aneh yang sudah muncul di film kedua malah bertambah parah.
Padahal Akhir Kisah Cinta Si Doel seharusnya jadi perayaan penting.
Perayaan terhadap kisah legendaris yang berlangsung hampir tiga dekade.
Perayaan terhadap salah satu karakter fiktif paling ikonik di Indonesia.
Perayaan terhadap seorang sosok hebat nan inspiratif bernama Aminah
Tjendrakasih yang tetap bersemangat berseni peran meski fisiknya sudah tak lagi
bersahabat. Sayang sekali.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
10 komentar :
Comment Page:Mungkin klimaks film ini sudah ada di doel movie 2, jdi kurang greget lgi, terasa hambar, tpi masih layak ditonton.
Bener sih.. pilihan akhir si doel memang bukan jadi daya tarik utama film ini apalg yg mengikuti si doel dari jaman old
Tapi seperti kata rasyid.. harusnya jd perayaan sekaligus penutup memorable utk sinetron terbaik yg pernah ada..
Utk teknis sih kyknya rano karno sbagai sutradara yah mentok di si doel 2 sj
Pertanyaan saya cuma satu, bang rasyid tim sarah apa tim Jenab? 😁
Si doel..ank betawi jujur brpndidikan insinyur pkerja keras pintar brcita2 tinggi lucky guy..pngen merubah pandangan org umum trhdp org betawi..akhir nya jd montir keliling dgn spd motor tua pemberian engkong..numpang d rmh org tua..punya istri dua yg sama2 berlomba2 utk mninggalkan si doel..mungkin babe sabeni menangis d kuburan..harta ny habis utk sekolah si doel..gk ada guna nya..
Mandra..playboy..tkg gombalin cewek..warisan bnyk..akhirnya jd perjaka tua..
Mungkin Rano karno bikin Film ini utk mengajarkan kpd kita sepinter2 nya elu..segigih2 nya elu brusaha..sbruntung2 nya elu dlm brcinta..tp klo muke lu cemberut aja berabad2..jauh rejeki..hidup lu bakalan nyungsep
Nylekit tapi betul juga.
Tim Zaenab tentu saja 👍
Wkwk
Trilogi maksa njir, seharusnya film ini hilang dari eksistensi.
Nyesal gue nonton njir (T_T)
Benar banget nih. Babe Sabeni yang paling sedih pasti. Tanah habis buat nguliahin. Gegara si Doel yang galau Mulu hidup jadi gitu2 aja.
Pas nonton ini, ngebayangin andai ceritanya, setelah Jenap bersedia mendampingi Doel, Doelnya jd insinyur yg punya usaha sukses. Demikian ia jd laki2 yg wajar diharapkan cintanya oleh 2 perempuan pun jd laki2 yg punya bargain position untuk bisa memilih wanita yg dia cintai. Masih ga paham kenapa Jenap mesti diceritakan hamil, pdhal kalo ngga, bisa jd tambahan konflik (apakah doel memilih Sarah yg telah berjuang sendiri 14 tahun membesarkan anak mereka? Atau memilih Jenap yg memiliki kekurangan tetapi setia mendampingi dari melarat sampai sukses?).
Pas Jenap bilang, 'abang balik aja sama Sarah' ku mewakili si Doel yang cuman manyun aja mukanya menjawab:Tapi sarahnya udah ga mao Jenaap..
Posting Komentar