METAMORPHOSIS (2019)
Rasyidharry
Maret 26, 2020
Bae Sung-woo
,
Cukup
,
horror
,
Kim Hong-sun
,
Korean Movie
,
REVIEW
,
Sung Dong-il
1 komentar
Setan dapat menyerupai manusia,
memecah belah, lalu membawa kegelapan yang membuat manusia bertindak layaknya setan.
Metamorphosis menyampaikan gagasan
tersebut lewat cara kelam nan kejam, yang seringkali mencengangkan walau pada
mayoritas kesempatan, film arahan sutradara Kim Hong-sun (Traffickers, Broker) ini berkutat dalam keklisean elemen-elemen horor
bertema eksorsisme.
Pengusiran setan, gerakan akrobatik
saat dirasuki setan, pendeta dengan krisis iman. Metamorphosis punya semua ciri formulaik tersebut, yang bahkan
sudah dimunculkan sedari adegan pembuka, kala ritual eksorsisme yang dilakukan Joong-soo
(Bae Sung-woo) berujung kegagalan dan memakan korban. Seorang gadis remaja
tewas mengenaskan. Sejak itu reputasi Joong-soo tercoreng, dan trauma
membuatnya berhenti melakukan eksorsisme.
Keluarga sang pendeta turut kena
batunya. Kakak Joong-soo, Gang-goo (Sung Dong-il), beserta istri dan tiga
anaknya, terpaksa pindah rumah. Anak-anak Gang-goo menerima ejekan di sekolah
akibat kegagalan sang paman. Tapi baru sehari, keanehan mulai terjadi. Mayat
kucing yang dikuliti, hingga suara-suara aneh dari rumah tetangga misterius di
malam hari. Puncaknya ketika setan mulai meniru sosok satu demi satu anggota
keluarga untuk melakukan hal-hal mengerikan.
Ketimbang pemandangan yang jamak
ditemui di horor rumah berhantu dan/atau eksorisme seperti penampakan atau korban
kesurupan berjalan sambil kayang, premis shapeshifter
yang diusung Metamorphosis menciptakan
bentuk teror lebih segar. Belum lagi, gangguan si setan peniru terhadap
keluarga korban cukup mengerikan. Filmnya bermain-main dengan simbol kasih
sayang orang tua pada anak. Kecupan hangat ayah pada anak perempuan sebelum
tidur diubah jadi perversi, sementara alih-alih cinta, sang ibu memasak
dibarengi kegilaan. Orang tua selaku figur pelindung dijadikan sumber teror.
Zona nyaman dan rasa aman anak-anak mereka pun lenyap.
Metamorphosis juga bukan horor yang ragu-ragu mengumbar kekerasan.
Dibantu tata efek spesial praktikal yang mumpuni, Kim Hong-sun mampu
memvisualkan pemandangan menyeramkan nan menjijikkan bak neraka. Salah satunya
saat Gang-goo menyambangi rumah si tetangga misterius, kemudian mendapati
setumpuk bangkai hewan dalam kondisi mengenaskan. Organ tubuh berserakan, darah
bukan cuma mengalir, bahkan sempat menghujani ruangan.
Menjembatani momen-momen gruesome tersebut adalah jalinan alur
termasuk misteri dan paparan mengenai krisis iman yang terlampau familiar,
tanpa dibarengi modifikasi atau penelusuran mendalam. Rasanya seperti
menyaksikan pertunjukan sulap yang trik, hasil, maupun presentasinya sudah kita
hafal betul, sehingga ketertarikan untuk menaruh perhatian pun tak begitu
tinggi.
Tapi kembali lagi, walau secara
kesatuan utuh kurang mengikat, Metamorphosis
punya beberapa momen-momen terpisah yang solid urusan meneror. Hong-sun
cukup cerdik membungkus jump scare
melalui perpaduan timing serta gerak
kamera tak terduga, yang efektif memberi daya kejut. Pun sebuah sekuen
menegangkan mampu ia lahirkan, sewaktu modus operandi shapeshifting sang hantu mulai mengancam nyawa karakternya. Sayang,
pencapaian itu gagal diulangi saat mengeksekusi klimaks draggy yang berlarut-larut, walau telah diawali kejutan dan shock value.
Ya, shock value. Itulah senjata lain Metamorphosis guna mengatasi alur formulaiknya. Suatu keputusan
mencengangkan diambil naskahnya untuk menekankan tragedi yang menimpa para
protagonis, sekaligus menunjukkan bahwa sang setan tidak main-main. Ketidakberdayaan
Gang-goo sekeluarga diperkuat, sampai mencapai titik di mana penonton mungkin
juga akan merasakan ketiadaan harapan, karena di film ini, tidak ada satu figur
pun yang sepenuhnya bisa dijadikan sumber harapan.
Available on KLIK FILM
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:Ada rencana review Spencer Confidential?
Posting Komentar