REVIEW - C U SOON
Pasti bakal muncul banyak perbandingan antara film Malayalam ini dengan Searching (2018), mengingat keduanya sama-sama mengusung sub-genre desktop film, pula berkisah tentang kasus orang hilang. Saya selalu bersemangat menyambut tontonan semacam ini. Tontonan yang menuntut penulis naskahnya berpikir kreatif menciptakan kisah solid di tengah keterbatasan. C U Soon sendiri sepenuhnya melakukan pengambilan gambar dengan iPhone, dan diproduksi dari bulan Mei sampai Juli semasa pandemi.
Berlatar Dubai, selama sekitar 98 menit, alur disampaikan melalui aplikasi-aplikasi di layar laptop maupun smartphone (WhatsApp, Team Viewer, Google Hangouts, dan lain-lain), yang diawali pertemuan Jimmy (Roshan Mathew) dan Anu (Darshana Rajendran) di aplikasi kencan. Setiap hari mereka berbicara lewat chat dan video call. Jimmy yang belum lama ini mengakhiri hubungannya, tampak lebih agresif. Sedangkan Anu, walau memberi respon positif, tampak menyembunyikan sesuatu.
Mahesh Narayan selaku sutradara sekaligus penulis naskah, mampu menyiratkan bahwa Anu memendam rahasia. Penonton digiring memunculkan dugaan-dugaan, yang membuat paruh pertamanya begitu menarik, bahkan sebelum benar-benar ada konflik signifikan, berkat pacing bercerita yang mumpuni. Padahal, sekitar 45 menit pertama, kita cuma disuguhi proses PDKT dua sejoli, hingga akhirnya, Jimmy melamar Anu meski baru mengenalnya beberapa minggu lalu dan belum pernah bertatap muka.
Misteri sebenarnya tiba tatkala Anu menghilang. Ada beberapa peristiwa di antara lamaran dan hilangnya Anu, tapi demi menjaga kenikmatan menonton, saya takkan menjabarkannya. Demi mencari tunangannya, Jimmy meminta bantuan sepupunya, Kevin (Fahadh Faasil), yang kebetulan merupakan ahli perangkat lunak. Bersama penyelidikan Kevin, C U Soon menjalin misteri yang berhasil mengajak penonton ikut menerka-nerka, pun jago perihal mengecoh kita agar memikirkan konklusi keliru.
Keterbatasan media nyaris tak terasa ketika Mahesh secara cekatan menggerakkan investigasi dari satu aplikasi ke aplikasi lain, dari satu web ke web berikutnya, melahirkan perjalanan mengasyikkan mengikuti "remah-remah roti". Musik buatan Gopi Sundar senantiasa mengiringi, dengan dampak yang tak selalu positif. Investigasi jadi lebih menegangkan, namun sesampainya di momen dramatik, musik tersebut terlampau menonjol, melucuti kesan "raw" yang semestinya jadi kekhasan desktop film selaku evolusi subgenre found footage.
Kembali bicara soal keterbatasan, bukan cuma naskah yang diuji, pula akting. Darshana Rajendran tidak terkekang oleh ruang sempit yang kebanyakan hanya mampu memperlihatkan wajah para pemeran. Melalui ekspresi saja, kita bisa melihat rasa sakit Anu, yang juga menyiratkan ambiguitas serta kemungkinan-kemungkinan tak terbatas. Sementara, Roshan Mathew kentara mencurahkan usaha terbaik, tapi sayangnya, penokohan Jimmy menyulitkan saya bersimpati padanya.
Jimmy susah untuk disukai. Dia sering memaksa. Sebentar saja Anu tak membalas, ia langsung membombardir dengan chat atau rentetan panggilan. Jimmy terburu-buru dalam menjalani hubungan, pun kerap tidak mengindahkan perkataan pasangannya. Mungkin C U Soon memang ingin menyampaikan perihal ketiadaan proses pikir panjang dalam suatu hubungan di mana sepasang kekasih belum betul-betul saling kenal. Ketika Anu menghilang, Jimmy tidak tahu siapa teman si calon istri, maupun tempat-tempat yang mungkin dia kunjungi. Biarpun itu tujuannya, bukankah naskahnya tetap bisa memberi satu-dua sisi positif kepada si protagonis?
Selepas investigasi intens miliknya, C U Soon justru tersandung saat tiba waktunya menjawab pertanyaan, yang sesungguhnya mengandung isu penting mengenai human trafficking. Presentasinya draggy akibat berusaha terlalu keras membangun melodrama melalui vlog tak berujung. Dan setelah usaha luar biasa keras dari Kevin, rupanya semua itu percuma, sebab di tempat lain, jawaban itu didapat Jimmy dengan mudah. Saya pun bertanya, "Apa gunanya film ini?". Menghibur? Tentu. Sia-sia? Sayangnya ya.
Available on PRIME VIDEO
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar