REVIEW - THE DAY I DIED: UNCLOSED CASE

1 komentar

Di sebuah desa terpencil kala badai menerjang, seorang gadis bernama Se-jin (Roh Jeong-eui) menghilang. Sepucuk surat ditemukan di kediamannya, sementara sepatu sang gadis tergeletak di tepi tebing. Seluruh temuan mengarah pada satu kesimpulan: Se-jin bunuh diri akibat tekanan mental. Semua pihak mewajarkan, sebab nasib remaja ini memang malang. Dia dibawa ke desa tersebut oleh polisi, karena Se-jin merupakan saksi kunci kasus penyelundupan besar yang dilakukan ayahnya. Tinggal sendirian di tempat asing sembari menanggung kesedihan tentu bukan hal gampang, apalagi untuk anak seusianya. 

Benarkah sesederhana itu? Kalau jawabannya "ya", tentu debut Park Ji-wan selaku sutradara sekaligus penulis naskah ini takkan dibuat. Tapi jangan terkecoh oleh sampulnya. The Day I Died: Unclosed Case memang menawarkan investigasi ala kisah misteri, namun ketimbang kasus itu sendiri, penekanan lebih diberikan pada korban. Korban yang bakal terlupakan begitu kasus ditutup. Korban yang hanya dianggap sebagai salah satu bagian kasus, bak benda tak bernyawa, alih-alih manusia yang dengan segala kerumitannya.

Lalu diperkenalkanlah kita pada tokoh utama. Kim Hyeon-soo (Kim Hye-soo), seorang polisi yang baru kembali dari masa rehat. Kondisi psikis Hyeon-soo tidak sedang baik-baik saja. Perceraian yang dipicu perselingkuhan suami, hingga tudingan tindak indisipliner terus menghantui. Sebelum resmi bertugas lagi, ia diminta menyelidiki kematian Se-jin. Bukan untuk menggali kebenaran maupun menemukan keberadaannya (baik masih hidup atau tidak), melainkan bentuk formalitas, agar kasus itu bisa segera ditutup.

Sebagai sajian misteri, The Day I Died: Unclosed Case masih menyimpan masalah mendasar, yakni membuat hal simpel jadi terkesan berbelit-belit. Misalnya nama-nama yang terus dilempar, tanpa memberi penonton kesempatan untuk mencerna, nama siapa yang dimaksud. Praktik itu biasa dipakai di film bertema investigasi, karena pada dasarnya, investigasi memang soal mengaitkan benang merah (yang acap kali kusut) di antara banyak individu. Cukup bisa dimaklumi. Kita dituntut memberi perhatian ekstra.

Lain halnya soal usaha Park Ji-wan menerapkan penceritaan bertempo cepat, dengan menolak berlama-lama di satu titik. Positifnya, alur tidak terasa draggy. Tetapi tanpa kerapian bertutur, kerumitan-kerumitan tidak perlu pun ikut hadir, termasuk dari buruknya penyuntingan. Beberapa kali muncul flashback, dan sering timbul kebingungan, apakah alur tengah berada di masa sekarang, atau sudah memasuki flashback. 

Tapi seperti telah disampaikan, The Day I Died: Unclosed Case menekankan pada studi karakter ketimbang kasus. Penyelidikan Hyeon-soo membawanya menemui saksi, detektif yang dahulu membantu Se-jin, hingga Sooncheon Daek (jika sebelumnya Lee Jung-eun meneror kita di Parasite, kali ini sebaliknya, ia mampu mencuri hati), perempuan bisu yang meminjamkan rumahnya untuk dihuni oleh Se-jin. Seiring proses, sang detektif mulai menyadari bahwa kondisinya dan Se-jin memiliki kemiripan. 

Dari situlah aspek drama film ini berasal, dan naskah Park Ji-wan menemukan kekuatannya. Paralel heartbreaking dihadirkan antara detektif dan si korban, membuat sang protagonis (serta penonton) mempertanyakan esensi penyelidikan polisi. Apakah arti sesungguhnya dari istilah "case closed"? Apakah saat secara resmi kasus dinyatakan usai? Apakah itu saja cukup? Jika belum, harus sejauh mana kebenaran dicari? 

Daripada "cuma" memecahkan kasus, Hyeon-soo lebih berusaha mengenal sosok Se-jin, yang justru makin mendekatkannya pada kebenaran. Kebenaran mengenai individu yang menderita, terluka, bahkan diasingkan, akibat kesalahan orang lain. Park Ji-wan menghadirkan perspektif berbeda (yang terasa hopeful walau nuansa filmnya kelam dan sesekali depresif) tentang penderitaan. Ketika seseorang menderita sampai di titik destruktif, belum tentu ia ingin mati. Mungkin justru itulah caranya bertahan hidup. Itulah caranya untuk mempertahankan "rasa", sebab kehilangan rasa sama saja dengan kematian.


Available on VIU

1 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Waw keren