REVIEW - THE KID DETECTIVE

5 komentar

Seperti judulnya, The Kid Detective memang sebuah kisah detektif. Melibatkan kasus pembunuhan, diisi berbagai elemen neo-noir, baik dalam penceritaan maupun gaya artistik, termasuk alunan musik jazzy gubahan Jay McCarrol. Tapi di balik penyelidikan-penyelidikannya, ada jalinan cerita yang jauh lebih relatable. Mengenai anak yang (dipandang dan merasa) gagal memenuhi potensinya.

Banyak orang pernah mengalami hal serupa. Tumbuh dewasa sebagai orang biasa, atau malah dianggap pecundang, akibat dibebankan ekspektasi terlampau tinggi. Misal karena semasa kecil ia berstatus juara kelas, atlet berbakat, atau bergelimang prestasi di berbagai lomba. The Kid Detective bicara tentang bagaimana si bocah berusaha membuktikan kemampuannya tatkala menginjak kepala tiga.

Bocah itu bernama Abraham "Abe" Applebaum (Jesse Noah Gruman), yang saat baru berumur 12 tahun menjadi selebritis lokal di kotanya, karena dicap "detektif jenius". Dia mampu memecahkan kasus-kasus minor, seperti uang penggalangan dana yang dicuri, atau peliharaan hilang. Bahkan dia mempunyai kantor sendiri, di mana sang sahabat sekaligus puteri walikota, Gracie (Kaitlyn Chalmers-Rizzato), menjabat sekretaris. 

Sampai terjadilah peristiwa menghebohkan. Gracie lenyap tanpa jejak. Jangankan Abe, kepolisian pun gagal menemukannya. Selang 20 tahun, Abe (kini diperankan Adam Brody) masih merasa gagal. Demikian pula cara masyarakat memandangnya. Bukan lagi bocah jenius, melainkan pecundang berumur 32 tahun, yang menolak tumbuh dewasa, sebab alih-alih mencari "pekerjaan sungguhan", Abe masih menjalankan praktek sebagai detektif. Kasus yang diusut masih tidak jauh beda. Kucing hilang, uang hilang, dan semacamnya.

Naskah buatan sang sutradara, Evan Morgan, menekankan pada bagaimana anak sekecil Abe tidak seharusnya mengemban beban sebesar itu. Abe tak (sepenuhnya) salah. Masyarakat berperan membentuk pribadinya. Ekspektasi dan tuntutan-tuntutan berlebih jadi pemicu. Sewaktu akhirnya Abe menerima kasus penting, sang ayah melarangnya, karena menganggap puteranya itu kurang pengalaman. Tapi sang ayah juga mengeluhkan keputusan Abe mengusut kasus itu tanpa dibayar demi pembuktian diri. Apa pun tindakan Abe, selama tidak sesuai norma sosial, pasti dianggap salah.

Kasus penting tersebut adalah pembunuhan terhadap seorang siswa SMA. Caroline (Sophie Nélisse), kekasih korban, menjadi klien Abe. Kalimat yang Abe ucapkan kepada Caroline, rasanya sempurna merangkum investigasi mereka. "No matter how simple a case may seem, it's always shocking what you find". Alias, sederet kejutan sudah menanti di depan. Siapa pelaku sesungguhnya? Apakah benar korban merupakan remaja kutu buku biasa yang tak bermasalah sedikitpun? Apa kaitannya dengan geng kriminal setempat?

Meski kompleksitas yang seringkali terkesan ruwet jadi salah satu sifat noir, Morgan memilih pendekatan lebih bersahabat demi memperluas jangkauan pasarnya. Keping-keping misteri tersusun rapi, gampang diikuti, sementara pengungkapan petunjuk serta fakta yang dilakukan bertahap, mampu mempertahankan daya tarik alur hingga mencapai babak akhir tatkala mayoritas kejutan ditumpahkan.

Morgan turut membuktikan kepiawaian merangkai komedi. Kebanyakan berupa komedi hitam yang tidak cuma menggelitik, pula tajam, berani, bahkan terkadang ada di garis batas moralitas. Ada kalanya Morgan seperti membuat naskah selepas menghadiri kelas penulisan Shane Black. Karena selain komedi hitam, interaksi dua protagonis (Abe dan Caroline) pun menghadirkan dinamika menarik antara pria dewasa yang ingin menunjukkan dirinya bukanlah seorang pecundang, dan gadis remaja naif, yang tetap meyakini kehebatan sang detektif meski berulang kali ia berbuat hal-hal yang pantas dipertanyakan.

Adam Brody tampil kacau, tentu dalam artian positif. Kadang saya dibuat ikut meragukan kapasitas Abe, tetapi tidak sekalipun menganggapnya pecundang. Abe adalah pria yang jatuh terlalu dalam, dan penampilan Brody membuat saya ingin melihatnya bangkit. Abe mungkin kerap berkelakuan tidak bertanggung jawab, terlebih untuk ukurang orang seusianya, tapi Brody mampu menunjukkan, bahwa sejatinya Abe tetap orang baik, yang terjebak rasa sakit berkepanjangan. 


Available on NETFLIX

5 komentar :

Comment Page:
Saftira Fajarini mengatakan...

Belom nonton, bahkan gak tau kalau film ini eksis, tapi gara2 ulasan ini jadi gak sabar pengen nonton. Thankyou Rasyid Harry👍

Anon mengatakan...

Ini yang gua suka dari blog ini, selalu ada film underrated yang emang rekomended, dan kebetulan udah rilis bluray nya hehehe jadi ga melulu film film hype..Good Job!!

bidejæc mengatakan...

Tertarik untuk menontonnya setelah membaca reviewnya. Ada aspek2 positif yang bisa diambil untuk direnungkan dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

bidejæc mengatakan...

Tertarik untuk menontonnya setelah membaca reviewnya. Ada aspek2 positif yang bisa diambil untuk direnungkan dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mula mengatakan...

Saya baru saja selesai menonton film ini... dan saya ulang 3-4 kali, karena penasaran apakah clue atau petunjuk siapa pelaku kejahatan sebenarnya sudah ditunjukan di bagian2 awal atau pertengahan fil ini..
Memang keren filmnya.. wajib ditonton..