REVIEW - BLACKPINK: THE MOVIE

2 komentar

Apakah Blackpink: The Movie murni ditujukan bagi Blink (sebutan untuk penggemar Blackpink)? Antara iya dan tidak. Penonton awam yang ingin mengenal kuartet ini bakal lebih terfasilitasi oleh Light Up the Sky yang dirilis Netflix tahun lalu. Tapi ini ibarat popcorn movie, yang tetap tampil menghibur meski tanpa penceritaan atau penokohan mumpuni. Bedanya, aksi baku hantam digantikan oleh aksi panggung yang tidak kalah eye-catching dan eksplosif.

Dokumenter ini menggabungkan rekaman The Show, konser online yang diselenggarakan awal 2021, tur dunia In Your Area (2018-2020), juga beberapa wawancara dengan keempat anggota. Sederhana. Secara konsep tidak jauh beda dibanding kebanyakan film konser, baik K-pop atau bukan. Bahkan mungkin terlalu sederhana, sampai muncul berbagai komplain dari penggemar, yang menuding YG Entertainment (agensi tempat Blackpink bernaung) hanya mendaur ulang konten-konten lama.

Tudingan tersebut tidak sepenuhnya salah. Anda bisa membuka Youtube dan menemukan konten sama, yang sebelumnya juga sudah dirilis dalam format DVD. Apa artinya film ini kurang layak disaksikan? Tunggu dulu.

Soal daur ulang mestinya tak jadi alasan (tunggal) mengkritisi Blackpink: The Movie. Sebab jika dibandingkan, presentasi dokumenter ini malah unggul. Alasannya satu: pengalaman menonton konser tereplikasi dengan baik di layar lebar ketimbang layar laptop atau televisi. Sudah sewajarnya.

Nomor pembuka DDU-DU DDU-DU dengan panggung tergenang air dan berlatar kobaran api, Pretty Savage yang estetis berkat pencahayaan bak red room, hingga saat Jennie, membawakan Solo versi remix sambil mengenakan outfit berwujud mawar, takkan mencapai potensi maksimal tanpa ditunjang tata suara serta layar besar bioskop. Begitu pula kharisma Lisa kala melempar bait-bait rap, suara menyayat hati Rosé di lagu Gone, dan visual Jisoo yang porsi kemunculannya meningkat dari apa yang ia dapat di tiap video klip.

Pun sebagai konser daring, The Show punya tata kamera lebih sinematik, alias bukan sekadar "merekam", sehingga Blackpink: The Movie tampak lebih dinamis daripada mayoritas film konser K-pop. Contohnya di lagu Don't Know What to Do bernyanyi dari dalam (semacam) gua buatan. Kamera menyorot dari dekat, mengikuti tiap detail gerakan mereka, yang mana takkan kita dapatkan di film konser "biasa". 

Kekurangan konser daring macam ini adalah ketiadaan penonton. Tidak ada interaksi manusia, riuh rendah teriakan, serta nyanyian bersama, yang acap kali memberi momen menyentuh di dokumenter konser. Mungkin itulah mengapa footage tur dunia In Your Area turut disertakan, selain sebagai wujud perayaan lima tahun karir Blackpink.

Agak disayangkan, deretan wawancaranya terasa seperti formalitas ala kadarnya, alih-alih memberi kesempatan bagi Blackpink untuk melakukan refleksi jujur nan mendalam atas karir mereka (perihal ini, Light Up the Sky melakukannya dengan lebih baik). Tapi sekali lagi, jika dipandang layaknya popcorn movie, dokumenter garapan sutradara Oh Yoon-dong dan Su Yee Jung ini sukses menunaikan tugasnya. Sebuah selebrasi yang membuktikan kapasitas girl group terbesar di dunia saat ini dalam menguasai panggung. 

2 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Bingung nih, mau nonton dune atau ini dulu��

Anonim mengatakan...

DUNE bang rasyid, pleasee pingin tau pendapat bang rasyid