REVIEW - KING RICHARD

Tidak ada komentar

Biopic inspiratif bertema from-zero-to-hero, kalimat bernada harapan yang kita tahu bakal terwujud ("They're gonna be great", "You're gonna be the greatest ever", dll.) karena alurnya diangkat dari kisah nyata, performa Oscar bait dari bintang ternama. King Richard adalah suguhan formulaik. 

Apakah itu kekurangan? Tentu bukan. Pertama, jika dieksekusi dengan baik, film formulaik punya kekuatannya sendiri (disebut "formula" karena racikan itu terbukti paten). Kedua, karya sutradara Reinaldo Marcus Green ini sejatinya tak seklise itu. Ada hal tricky yang berhasil diatasi tuturannya, terutama berkat kejelian Zach Baylin selaku penulis naskah.

Sesuai judulnya, King Richard menyoroti kehidupan Richard Williams (Will Smith), ayah sekaligus pelatih dua petenis tersohor, Venus Williams dan Serena Williams (masing-masing diperankan Saniyya Sidney dan Demi Singleton). Di sinilah bagian tricky-nya. Film ini mesti menyoroti peran Richard dalam kesuksesan karir Venus dan Serena, tanpa mengglorifikasi, sehingga terkesan mengerdilkan kehebatan dua puterinya tersebut. Dan King Richard berhasil.

Apa sebenarnya peran Richard? Dia menggembleng lewat latihan-latihan berat, mengajari dasar-dasar tenis, sembari aktif mempromosikan bakat Venus dan Serena kepada para pelatih. "Rencana". Itu yang selalu Richard tekankan. Dia punya rencana jangka panjang mendetail, dengan tujuan menjadikan kedua puterinya petenis nomor satu dunia di masa depan. 

Richard mengontrol segala jalur yang ditempuh, mulai dari teknik bermain sampai turnamen yang mesti diikuti. Dia tak gentar, bahkan di hadapan Rick Macci (Jon Bernthal), sosok kawakan yang selain melatih Venus dan Serena, juga berjasa memoles nama-nama besar seperti Jennifer Capriati dan Maria Sharapova. 

Terdengar seperti diktator? Ya, dan biarpun menekankan bahwa Richard adalah pemandu, bukan pemaksa layaknya banyak orang tua lain yang berambisi menjadikan anak mereka jawara tanpa memperhatikan kondisi mentalnya, King Richard tidak sepenuhnya menjusitifikasi perilaku sang protagonis. 

Fokus filmnya justru soal bagaimana Richard menemukan keseimbangan antara "pelatih hebat" dengan "ayah yang baik", kemudian menyadari kesalahan-kesalahannya. Dia dikenal kontroversial, seorang pemecah persepsi publik, dan demikianlah figurnya dipresentasikan. King Richard mengakui betapa protagonisnya dikuasai oleh male ego, lalu membawanya menuju proses mengatasi itu. 

Oracene Price (Aunjanue Ellis) selaku istri Richard, juga tak berlaku pasif. Pengaruhnya besar bagi keluarga. Ditegaskan pula bahwa alasan Oracene bertahan, meski harus menghadapi ketidaksempurnaan serta dosa-dosa Richard, bukanlah karena si suami, melainkan anak-anaknya. King Richard memang cerita seorang raja dunia tenis, namun sang raja bukan siapa-siapa, pula tak berdaya bila tanpa keluarga. 

Smith mereplikasi sosok Richard Williams dengan apik lewat performa yang kemungkinan besar bakal mengunci nominasi Oscar ketiganya. Tapi di antara penampilan showy Smith dan akting solid jajaran cast lain, sebagaimana peran Oracene di keluarga, Ellis ibarat tiang penyangga. Figur yang menopang serta menyatukan semuanya.

Narasi King Richard memang sempat berlubang kala melakukan lompatan waktu dari tahun 1991 ke 1994, di mana timbul transformasi ekstrim, saat Richard berubah dari "nobody", jadi figur yang ramai dibicarakan publik akibat perangainya. Transformasi ini terasa mendadak, sebab sebelumnya tak sedikitpun penonton dibawa mengamati "dunia luar", agar mendapat gambaran atas situasinya. 

Di luar kelemahan tersebut, King Richard bergulir solid. Durasi 145 menit miliknya bisa dimaklumi, karena memang ada cerita berisi proses panjang untuk disampaikan. Naskahnya mengandung kelokan-kelokan dengan beberapa kejutan, sedangkan pengarahan Green konsisten menjaga tempo penceritaan. Sekuen-sekuen pertandingan tenis pun dieksekusi secara memadai. Tidak menggunakan gaya atau estetika yang spesial, tidak sampai benar-benar membuat penonton menahan napas, namun tampak meyakinkan, tanpa penyuntingan berlebih guna memalsukan aksi bertukar pukulan. Solid, sama seperti keseluruhan filmnya, yakni film biografi yang (cenderung) formulaik, tetapi tepat sasaran.

(HBO Max)

Tidak ada komentar :

Comment Page: