REVIEW - LIFE IS BEAUTIFUL

2 komentar

Di salah satu nomor musikalnya (Sorrow), tampak seorang pria mabuk membungkuk di bawah pohon, hendak muntah, sebelum mendadak breakdance seiring tempo lagu yang meningkat. Begitulah Life is Beautiful. Sebuah kisah yang mengubah kepahitan jadi keindahan. 

Protagonisnya adalah Oh Se-yeon (Yum Jung-ah), ibu rumah tangga yang semangat menjalani hidup, meski terkesan kurang dihargai oleh seluruh anggota keluarganya. Sang suami, Kang Jin-bong (Ryoo Seung-ryong), sering marah-marah. Puteranya, Kang Seo-jin (Ha Hyeon-sang), rajin belajar namun jarang menghiraukannya. Begitu pun puterinya, Kang Ye-jin (Kim Da-in). 

Keceriaan itu bertahan, bahkan setelah Se-yeon divonis mengidap kanker, dan umurnya cuma tersisa sekitar dua bulan. Alih-alih bersedih, ia justru mengutarakan permintaan aneh untuk melakukan road trip bersama Jin-bong guna mencari cinta pertamanya semasa SMA. 

Se-yeon bukannya tidak takut atau bersedih. Itulah cara coping-nya. Ketika realita masa kini terasa pahit, Se-yeon ingin mengulang masa lalu. Masa indah yang hanya mengenal cinta monyet, tanpa diganggu hal-hal seperti mengurus anak, membayar tagihan, hingga penyakit kronis. Masa di mana ia merasakan kebahagiaan. 

Sebaliknya, karakter Jin-bong mungkin terkesan menyebalkan. Selalu marah, egois, terkesan tak memedulikan kondisi istrinya. Tapi itu pun bentuk coping, meski tidak secara tepat dan sehat. Seperti Se-yeon, Jin-bong menolak dikuasai duka. 

Masalahnya, Jin-bong sudah berperilaku demikian sejak sebelum Se-yeon sakit. Coping-nya dapat dijustifikasi, namun bagaimana dengan "dosa-dosa lama" yang ia lakukan? Naskah buatan Bae Se-young (Intimate Strangers, Extreme Job) luput menyelipkan perenungan soal "Where did it all go wrong?", yang bisa membantu penonton lebih bersimpati pada Jin-bong, sebagai suami penuh cela, kerap khilaf, dan baru sadar betapa berharganya sang istri saat akan kehilangan. 

Kekurangan Life is Beautiful memang terletak pada penceritaan. Misal subplot tentang Seo-jin yang tampil mentah, muncul tiba-tiba, dan seolah diselipkan hanya sebagai trivia terkait profesi asli pemerannya. Twist di ujung pencarian Se-yeon pun lebih seperti upaya mengejutkan penonton, ketimbang menghadirkan sudut pandang dewasa mengenai kehidupan. 

Tapi Life is Beautiful adalah musikal. Segala kelemahan layak dimaafkan selama filmnya memiliki nomor musikal mumpuni. Itulah yang terjadi. Cara Choi Kook-hee selaku sutradara mendesain musikal sesungguhnya tidak groundbreaking. Serupa naskahnya yang memakai elemen penyakit kronis dan bucket list untuk menyusun alur, pengadeganannya cenderung formulaik. Tapi ketepatan pemilihan lagu, ditambah sensitivitas sang sutradara dalam mengolah pemaknaan di balik tiap nomor musikal, melahirkan suguhan yang menyentuh.

Sekuen di rest area (Solo) membawa kemeriahan yang wajib dipunyai jukebox musical, sembari menyiratkan bahwa masih ada benih asmara di hati dua tokoh utama. Kencan di tengah kota Seoul berhiaskan tarian menggemaskan (Ice Cream Love) yang dibawakan Se-yeon muda (Park Se-wan) dan si cinta pertama, Park Jeong-woo (Ong Seung-wu), jadi penegasan kalau momen flashback filmnya tidak kalah kuat. Kemudian ada Farewell yang mewakili isi hati Se-yeon dan Jin-bong. Keduanya berjalan sambil berandai-andai, kalau saja hidup seperti pantai yang tengah mereka lewati. Bukan akhir, melainkan batasan sebelum laut lepas yang bisa diseberangi, untuk kemudian berlabuh di pulau-pulau lain. 

Passionate Goodbye memberikan puncak pemancing air mata, yang seperti judulnya, mengubah perpisahan jadi semarak pesta. Di situ pula Yum Jung-ah menyempurnakan akting mumpuninya. Penampilan komplet yang melibatkan kemampuan menangani komedi, akting dramatik, dan tentu saja bernyanyi serta menari. 

Life is Beautiful berpusat pada sebuah keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, juga sepasang anak laki-laki dan perempuan. Kebetulan di sebelah saya duduk satu keluarga Korea dengan komposisi sama persis. Belum sampai 15 menit film bergulir, sang ibu sudah berurai air mata. Sesekali ia belai kepala puteranya. Apakah ia merasakan kemiripan dengan kisah hidup Se-yeon? Entahlah. Saya cuma bisa berharap si ibu melangkah keluar dari studio sambil mengucap dalam hati, "Hidup itu indah". 

(Tayang di bioskop 26 Oktober)

2 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

"saranghae" 사랑해 dan "saranghaeyo" 사랑해요."....

Anonim mengatakan...

cinta pertama bagai bertepuk sebelah tangan...