REVIEW - PERJANJIAN GAIB

12 komentar

Walau baru berjalan dua bulan, tahun 2023 sudah melahirkan 11 judul horor lokal (bakal mencapai 17 selepas Maret berakhir). Beberapa punya kualitas jauh di bawah Perjanjian Gaib, tapi bagi saya, karya terbaru Hadrah Daeng Ratu ini paling mengecewakan. Filmnya menyimpan potensi tinggi lewat sentuhan komedi sebagai penyegar di tengah ke-monoton-an genrenya. Sederet materi promosi pun menjanjikan kesegaran serupa, hanya untuk jatuh sebagai suguhan mentah.

Simak sinopsis berikut: Andri (Dennis Adhiswara) dan Wati (Della Dartyan) merupakan pasutri yang lelah terjerat kemiskinan. Peluang mengeruk uang datang setelah mereka diterima bekerja sebagai perawat seorang nenek kaya raya yang menderita strok (Ayu Laksmi kembali tampil misterius dan menyeramkan). Belum sempat hartanya dicuri, si nenek terlanjur meninggal duluan. Supaya terhindar dari kecurigaan warga, Andri dan Wati mengawetkan tubuh si nenek dengan formalin agar ia dikira masih hidup. 

Brilian, kreatif, liar, dan terpenting, lucu. Begitu kesan yang dibangun oleh sinopsis di atas. Sayangnya, Perjanjian Gaib berakhir sebagai gagasan cerdas semata. Naskah buatan Lele Laila (Danur, KKN di Desa Penari) dipenuhi lelucon canggung yang tak mampu menghadirkan kelucuan berbasis situasi absurd dalam ceritanya. Padahal banyak peristiwa gila nan menggelitik dapat dihasilkan dari premis "pasutri mengawetkan mayat seorang nenek memakai formalin". 

Dua pemeran utamanya telah berusaha keras. Dennis bahkan unjuk gigi memamerkan akting dramatik. Tapi apa daya, amunisi yang naskahnya berikan terlalu lemah. Pun meski kuat secara individu, chemistry Dennis dan Della cenderung kaku. Kurang meyakinkan sebagai partner in crime yang juga berstatus suami-istri. 

Walaupun kali ini menyelipkan bumbu komedi, kelemahan naskah Lele masih sama seperti saat menggarap horor serius. Berbagai poin cerita yang seharusnya digali (Mistisisme di sekitar nenek termasuk alasan kematiannya) dibiarkan teronggok begitu saja, sehingga biarpun punya durasi hampir dua jam, Perjanjian Gaib berjalan penuh kekosongan. 

Penonton bakal lebih banyak melihat dua karakternya melakukan penelusuran di tengah kegelapan yang seolah dipanjang-panjangkan, atau dialog membosankan yang juga dipanjang-panjangkan. Semuanya draggy. Film ini malah lebih menghibur saat latarnya berpindah ke siang hari, tatkala horor generiknya dikesampingkan, dan kita berkesempatan melihat lebih banyak polah aneh karakternya. Tapi di saat bersamaan, itu membuktikan kegagalan naskahnya meleburkan horor dan komedi. Bukannya bersatu untuk saling melengkapi, kedua genre itu bak berdiri sendiri-sendiri.

Selain naskah, penyutradaraan pun turut bertanggung jawab. Cara Hadrah mengolah teror begitu medioker, cuma bergentung pada barisan jump scare berisik yang terasa menyebalkan ketimbang mengejutkan apalagi menyeramkan. Satu-satunya penolong adalah musik buatan Andi Rianto, yang bakal sempurna mengiringi film keluarga bergenre horor atau dark fantasy

Di salah satu adegan, Andri yang menguap karena "tertular" sang istri berkata, "Jadi ngantuk". Persis! Itulah yang saya rasakan selama film ini berlangsung. 

12 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

persis waktu maghrib yang dianggap film yang sleeping alarm ternyata bisa menembus 2 juta penonton, nasib film ini sama dengan film kolor horor komedi lainnya hanya bisa tembus 200an ribu penonton kecuali daya juang promosi via sosmed kencang di jamin diatas 500an penonton

Anonim mengatakan...

Horror meRATUlela

vian mengatakan...

Dulu film horor jelek hampir selalu bisa ditebak hanya dg melihat castnya. Sekarang agak susah karena aktor2 papan atas pun ikut main di film2 horor sejenis ini (zaman keemasan Jenny Cortez, Cynthiara Alona, Zaky Zimah udh bener2 lewat). Bahkan Marthino Lio yg baru menang FFI aktor utama terbaik pun ikut main film Ubay Fox

Anonim mengatakan...

kalau gue perhatiin, penulis naskah film kayaknya itu-itu aja. sebagian ada yg bagus tapi banyak yang karyanya biasa aja bahkan jelek tapi tetap dipake produser. apa produsernya yang males nyari atau jaringan penulis naskah film yang terlalu eksklusif buat ditembus? jadi pilihannya sedikit gitu. gimana pendapat lo bang?

Zhee TheInnocentBoy mengatakan...

Mohon maaf tapi kenapa kok saya sama temen suka2 aja yah kocak + serem apa standar kita nya aja yg rendah 🤣😭

Suka dialog "aku lebih takut miskin" "lebih baik kaya ketakutan daripada miskin ketakutan"

Anonim mengatakan...

Lele Laila lagi...Lele Laila lagi....apa ga ada penulis lain yg bisa dihire oleh produser ya? Bikin lowongan terbuka kek, biar materi penulisan film tu ga gitu2 aja.

Anonim mengatakan...

mas, aku lelah berlari...slow motion...berlari...saya juga lelah....pondasi cerita bagus namun ekskusi nya lemah selemah iman melihat brankas

busyet dah ternyata ini film se universe sama KKN DESA PENARI : OJO MELU MELU NDUK...🤭

Anonim mengatakan...

film lucu, nikmati aja...

Anonim mengatakan...

film paling menggemaskan imut bikin nepsong geli

agoesinema mengatakan...

Banyak bener anonim yg komen

Anonim mengatakan...

nonton dong film indonesia, baru bisa komentar...

Anonim mengatakan...

jangan protes kalau belum menonton film, yang komen artinya sudah nonton, bukankah begitu...