REVIEW - DEAR JO: ALMOST IS NEVER ENOUGH
Dear Jo: Almost is Never Enough mengangkat topik ibu pengganti. Bukan sebuah pokok bahasan umum di perfilman tanah air. Selain unik, diskusi dari beragam cabang keilmuan dan sudut pandang pun dapat dicuatkan. Sayang, biarpun solid sebagai drama romansa berurai air mata, diskusi tersebut tak pernah muncul akibat penelusuran dangkal yang cenderung main aman.
Mengadaptasi novel Almost is Never Enough karya Sefryana Khairil, kisahnya membawa kita terbang jauh ke Azerbaijan. Di sanalah Ella (Anggika Bolsterli), Maura (Salshabilla Adriani), dan Joshua (Jourdy Pranata) menjalin persahabatan. Ketiganya orang Indonesia. Maura dan Joshua menikah melalui perjodohan, sedangkan Ella memiliki seorang puteri hasil pernikahannya dengan pria lokal yang kini telah meninggal dunia.
Pemandangan Azerbaijan, terutama lanskap Xinaliq selaku kampung halaman mendiang suami Ella, ditangkap dengan apik oleh sang sinematografer, Jimmy Fajar. Cantik, namun sesuai proporsi. Tidak berlebihan dieksploitasi sampai memunculkan kesan bahwa Dear Jo adalah "film jalan-jalan" semata.
Kemudian timbul dilema. Maura dan Joshua yang tak bisa memiliki anak meminta bantuan Ella untuk menjadi ibu pengganti. Meski sempat ragu, kecintaan terhadap sang sahabat ditambah kebutuhan finansial membuat Ella menyanggupi permintaan tersebut. Hingga kecelakaan merenggut nyawa Maura, dan orang-orang yang ia tinggalkan pun kehilangan arah untuk melangkah.
Banyak perspektif bisa dijamah guna membangun cerita yang tak cuma efektif menumpahkan air mata penonton, pula memancing banyak perenungan kritis mengenai topiknya. Sebutlah terkait dinamika sosial, psikis, gender (Apakah ketidakmampuan memberi keturunan lantas membuat seorang istri "tidak sempurna"?), parenthood, dan religi.
Naskah buatan Monty Tiwa (juga menyutradarai bersama Lakonde) dan Nataya Bagya hanya menjadikan berbagai perspektif di atas sebagai pernak-pernik yang penelusurannya berhenti di permukaan. Bahkan pembahasan dari sisi agama terkesan canggung akibat diselipkan secara paksa, bak obrolan numpang lewat yang tak menyatu dengan gambaran besar kisahnya.
Film ini pun mengambil jalan mudah untuk menutup tema kompleksnya. Jalan yang sejatinya logis, berpotensi memuaskan penonton luas (baca: main aman), namun mengaburkan pesan yang hendak disampaikan. Dear Jo bermodalkan potensi besar berkat tema uniknya berakhir tidak lebih dari kisah percintaan belaka.
Menariknya, keunggulan Dear Jo justru terletak pada di poin yang lebih mendasar. Di luar suatu montase yang terlalu instan untuk menandai titik balik kehidupan para karakternya, serupa drama-drama hasil tulisan Monty lainnya, Dear Jo tampil dengan penceritaan rapi. Tidak penuh gaya, tanpa modifikasi formula, namun sangat nyaman diikuti.
Penampilan Anggika Bolsterli turut berjasa menjaga kestabilan film. Nama Anggika kerap dilupakan dalam pembicaraan mengenai aktris kelas satu Indonesia, dan di sini ia membuktikan kepantasannya. Mayoritas kemunculan Anggika menuntutnya menumpahkan tangis, tapi ia mampu menghindari kesan monoton. Anggika tahu bahwa walau sekilas nampak sama, air mata bisa menetes karena alasan yang berbeda-beda, dengan situasi batin yang berlainan pula. Dialah alasan utama mengapa Dear Jo: Almost is Never Enough patut dikunjungi meski filmnya sendiri urung memenuhi potensi.
22 komentar :
Comment Page:Film drama rasa FTV indosiar
banjir darah dan air mata
dinamika dunia pelangi
Ga sreg sama aktor/aktris yg namanya dibolak-balik gtu, tadinya udh cukup dikenal dg nama anu, eh tiba2 dibolak balik, yg tadinya nama depan jadi ditaro di belakang. Kyk ga konsisten sama identitasnya.
Mentang2 sutradaranya ,Lakonde, sutradara FTV lgsg dibilang rasa FTV. Mending Baca Review nya dulu baru komen.
film horror terbaik
duh ada yang lebih bagus nggak
bagus banget
gazebo
turun tayang
Tunggu di Netflix aja
bakar duit bikin film ini
lets go to streaming
buang waktu aja nonton
😍😍😍😍😍
Ibu Ibu Banyak Nonton ini film
Film apa sih ini
Film bawa bawa agama cuy
Bagus ini film
Great Job
Anggika Bolsterli, cantik bingits
Harus ada season dua si dear jo ini
Posting Komentar