REVIEW - DI AMBANG KEMATIAN
Di Ambang Kematian bakal banyak dibicarakan karena kebrutalannya, tapi ia lebih dari itu. Tidak sebatas mengumbar sadisme, bukan pula satu lagi adaptasi malas untuk cerita viral di media sosial. Berbekal modifikasi sederhana, ia membuktikan bahwa masih ada sudut pandang segar bagi formula "horor pesugihan" yang dirasa telah usang.
Sumbernya adalah utas dari akun Twitter JeroPoint, yang mengisahkan upaya Nadia (Taskya Namya) melawan kutukan akibat pesugihan yang dilakukan sang ayah, Suyatno (Teuku Rifnu). Pada tahun 2002, ibu Nadia (Kinaryosih) tewas mengenaskan setelah mencelupkan wajahnya ke air mendidih. Satu dekade berselang giliran sang kakak, Yoga (Wafda Saifan Lubis), yang dikejar-kejar maut.
Lompatan tiap 10 tahun itu menjauhkan Di Ambang Kematian dari pola penceritaan klise khas horor, terutama produksi Indonesia: teror di sekuen pembuka disusul oleh drama selaku prolog tak bernyawa, yang lebih seperti cara mengulur waktu ketimbang alat untuk membangun latar belakang.
Di film ini pakem di atas dienyahkan. Karena setiap 10 tahun kematian mendatangi keluarga Nadia, teror pun hadir secara konsisten. Banyak penulis horor kita menyalahartikan "menjaga konsistensi teror" dengan "penampakan tanpa henti", tapi naskah buatan Erwanto Alphadullah tetap ingat pentingnya bercerita.
Ceritanya pun membawa keunikan. Saya tidak bisa membahas detail lebih jauh, tapi alih-alih berpusat pada keserakahan, alurnya menyoroti penyesalan si pelaku pesugihan. Gelimang harta tak lagi membutakan. Matanya telah terbuka, dengan jelas melihat realita, hanya saja kegelapan terlanjur menyelimuti jalannya.
Di bawah penanganan Azhar Kinoi Lubis selaku sutradara, Di Ambang Kematian tampil brutal, seolah menolak memberi ampun dalam menghukum para pelaku pesugihan, yang digawangi solidnya penampilan Teuku Rifnu menghidupkan ambiguitas moral, juga Taskya Namya yang memantapkan status sebagai scream queen modern Indonesia (dalam dua tahun terakhir, lima horornya menembus 800 ribu penonton, dan Di Ambang Kematian berpeluang memperpanjang catatan tersebut).
Jump scare turut jadi amunisi, meski dengan inkonsistensi kualitas. Beberapa di antaranya efektif menggedor jantung berkat ketepatan timing serta kreativitas ide ("kepala jatuh" jadi contoh terbaik), walau ada pula yang cenderung medioker dan sudah tiap minggu kita temui di horor lokal lain. Pencahayaan temaram yang diharapkan membangun kesan mencekam pun tidak jarang menghadirkan dampak sebaliknya. Di beberapa titik, sulit mencerna teror apa yang tengah karakternya hadapi akibat pilihan visual tersebut.
Di Ambang Kematian memang film yang gelap. Tidak hanya perihal visual, juga kandungan cerita. Babak ketiganya menegaskan itu, saat naskahnya berani mengambil pendekatan yang menjauhi aksi bertempo tinggi, lalu tampil lebih kontemplatif dibanding kebanyakan horor arus utama kita. Kekerasan tak asal dieksploitasi, tapi jadi cara menampilkan tragedi. Di ambang kematiannya, sang protagonis mesti berdamai dengan ketidakeberdayaan.
37 komentar :
Comment Page:yaqin ini naskah buatan Erwanto Alphadullah, bukannya buatan Lele Laila...wkwkwkk
Lompatan tiap 10 tahun terus, apa nggak bosen, semua film pasti 10 tahun, ada apa dan kenapa
Azhar Kinoi Lubis biasanya jelek, tumben bagus nih
Nadia (Taskya Namya) kasihan banget, mati mengenaskan dengan damai dan mimpi ternyata...
skip, terlalu horny dan brutal nggak cocok untuk bocil kena trigger
Memang kamu harus skip film ini karena anonim goblok seperti kamu nanti bisa gangguan jiwa sehabis nonton ini
Gak capek2 ya caper Mulu di tiap postingan begitu effortnya sampe komen dari subuh
Petualangan Sherina 2 mas rasyid
Suyatno (Teuku Rifnu) dan ibu Nadia (Kinaryosih) akting terbaik
Lele Laila emang keren
film horror dikalahkan film drama musikal
minggu ini adalah kejayaan film indonesia di layar bioskop
terlalu keren untuk di lewatkan
tembus 1 juta penonton di bioskop
gue sudah nonton, komentarnya OK Bagus
bagus skor : 9/10
CGI burik
biasa aja ini film
Badan Suyatno (Teuku Rifnu) macho banget, fitness di mana itu
it's all about mental Illness
kisah seorang anak yang mengalami gangguan jiwa delusion, mengorbankan ibu dan kakaknya serta dirinya sendiri membuat ayahnya juga bunuh diri
mantap ini film, keren
kena prank nonton ini film, ngabisin uang aja
Tapi mangkujiwo gak terlalu jelek bahkan bisa dibilang lumayan
very bad movie
film drama psikologi
dikira bagus beneran, beneran iya jelek
Yakin bang saya orang ph nya
buzzer berbayar
Azhar Kinoi Lubis sekali lagi membuktikan kualitasnya...rendahan
nonton harus pakai lensa mikroskop, gelap nggak jelas
nggak jadi nonton, mendingan nonton gundul 3x
Aku nonton karena ada bisik-bisik katanya kenak banget dibagian drama keluarganya. Dan ternyata benar, nyawa keluarganya ada.
bagus jelek
bad movie
serem kocak
prank
Hi bang kalau mau ajukan deck sinopsis ke mvp kirim kemana ya?
aku ga terlalu suka film horor, mending film anime atau animation lebih bikin happy!
mampir ya
https://sweet-photograph.blogspot.com/
Posting Komentar