REVIEW - DI AMBANG KEMATIAN

37 komentar

Di Ambang Kematian bakal banyak dibicarakan karena kebrutalannya, tapi ia lebih dari itu. Tidak sebatas mengumbar sadisme, bukan pula satu lagi adaptasi malas untuk cerita viral di media sosial. Berbekal modifikasi sederhana, ia membuktikan bahwa masih ada sudut pandang segar bagi formula "horor pesugihan" yang dirasa telah usang. 

Sumbernya adalah utas dari akun Twitter JeroPoint, yang mengisahkan upaya Nadia (Taskya Namya) melawan kutukan akibat pesugihan yang dilakukan sang ayah, Suyatno (Teuku Rifnu). Pada tahun 2002, ibu Nadia (Kinaryosih) tewas mengenaskan setelah mencelupkan wajahnya ke air mendidih. Satu dekade berselang giliran sang kakak, Yoga (Wafda Saifan Lubis), yang dikejar-kejar maut. 

Lompatan tiap 10 tahun itu menjauhkan Di Ambang Kematian dari pola penceritaan klise khas horor, terutama produksi Indonesia: teror di sekuen pembuka disusul oleh drama selaku prolog tak bernyawa, yang lebih seperti cara mengulur waktu ketimbang alat untuk membangun latar belakang. 

Di film ini pakem di atas dienyahkan. Karena setiap 10 tahun kematian mendatangi keluarga Nadia, teror pun hadir secara konsisten. Banyak penulis horor kita menyalahartikan "menjaga konsistensi teror" dengan "penampakan tanpa henti", tapi naskah buatan Erwanto Alphadullah tetap ingat pentingnya bercerita. 

Ceritanya pun membawa keunikan. Saya tidak bisa membahas detail lebih jauh, tapi alih-alih berpusat pada keserakahan, alurnya menyoroti penyesalan si pelaku pesugihan. Gelimang harta tak lagi membutakan. Matanya telah terbuka, dengan jelas melihat realita, hanya saja kegelapan terlanjur menyelimuti jalannya.  

Di bawah penanganan Azhar Kinoi Lubis selaku sutradara, Di Ambang Kematian tampil brutal, seolah menolak memberi ampun dalam menghukum para pelaku pesugihan, yang digawangi solidnya penampilan Teuku Rifnu menghidupkan ambiguitas moral, juga Taskya Namya yang memantapkan status sebagai scream queen modern Indonesia (dalam dua tahun terakhir, lima horornya menembus 800 ribu penonton, dan Di Ambang Kematian berpeluang memperpanjang catatan tersebut). 

Jump scare turut jadi amunisi, meski dengan inkonsistensi kualitas. Beberapa di antaranya efektif menggedor jantung berkat ketepatan timing serta kreativitas ide ("kepala jatuh" jadi contoh terbaik), walau ada pula yang cenderung medioker dan sudah tiap minggu kita temui di horor lokal lain. Pencahayaan temaram yang diharapkan membangun kesan mencekam pun tidak jarang menghadirkan dampak sebaliknya. Di beberapa titik, sulit mencerna teror apa yang tengah karakternya hadapi akibat pilihan visual tersebut. 

Di Ambang Kematian memang film yang gelap. Tidak hanya perihal visual, juga kandungan cerita. Babak ketiganya menegaskan itu, saat naskahnya berani mengambil pendekatan yang menjauhi aksi bertempo tinggi, lalu tampil lebih kontemplatif dibanding kebanyakan horor arus utama kita. Kekerasan tak asal dieksploitasi, tapi jadi cara menampilkan tragedi. Di ambang kematiannya, sang protagonis mesti berdamai dengan ketidakeberdayaan. 

37 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

yaqin ini naskah buatan Erwanto Alphadullah, bukannya buatan Lele Laila...wkwkwkk

Anonim mengatakan...

Lompatan tiap 10 tahun terus, apa nggak bosen, semua film pasti 10 tahun, ada apa dan kenapa

Anonim mengatakan...

Azhar Kinoi Lubis biasanya jelek, tumben bagus nih

Anonim mengatakan...

Nadia (Taskya Namya) kasihan banget, mati mengenaskan dengan damai dan mimpi ternyata...

Anonim mengatakan...

skip, terlalu horny dan brutal nggak cocok untuk bocil kena trigger

Kamu anonim goblok ya mengatakan...

Memang kamu harus skip film ini karena anonim goblok seperti kamu nanti bisa gangguan jiwa sehabis nonton ini

Gak capek2 ya caper Mulu di tiap postingan begitu effortnya sampe komen dari subuh

vian mengatakan...

Petualangan Sherina 2 mas rasyid

Anonim mengatakan...

Suyatno (Teuku Rifnu) dan ibu Nadia (Kinaryosih) akting terbaik

Anonim mengatakan...

Lele Laila emang keren

Anonim mengatakan...

film horror dikalahkan film drama musikal

Anonim mengatakan...

minggu ini adalah kejayaan film indonesia di layar bioskop

Anonim mengatakan...

terlalu keren untuk di lewatkan

Anonim mengatakan...

tembus 1 juta penonton di bioskop

Anonim mengatakan...

gue sudah nonton, komentarnya OK Bagus

Anonim mengatakan...

bagus skor : 9/10

Anonim mengatakan...

CGI burik

Anonim mengatakan...

biasa aja ini film

Anonim mengatakan...

Badan Suyatno (Teuku Rifnu) macho banget, fitness di mana itu

Anonim mengatakan...

it's all about mental Illness

Anonim mengatakan...

kisah seorang anak yang mengalami gangguan jiwa delusion, mengorbankan ibu dan kakaknya serta dirinya sendiri membuat ayahnya juga bunuh diri

mantap ini film, keren

Anonim mengatakan...

kena prank nonton ini film, ngabisin uang aja

Anonim mengatakan...

Tapi mangkujiwo gak terlalu jelek bahkan bisa dibilang lumayan

Anonim mengatakan...

very bad movie

Anonim mengatakan...

film drama psikologi

Anonim mengatakan...

dikira bagus beneran, beneran iya jelek

Anonim mengatakan...

Yakin bang saya orang ph nya

Anonim mengatakan...

buzzer berbayar

Anonim mengatakan...

Azhar Kinoi Lubis sekali lagi membuktikan kualitasnya...rendahan

Anonim mengatakan...

nonton harus pakai lensa mikroskop, gelap nggak jelas

Anonim mengatakan...

nggak jadi nonton, mendingan nonton gundul 3x

Anonim mengatakan...

Aku nonton karena ada bisik-bisik katanya kenak banget dibagian drama keluarganya. Dan ternyata benar, nyawa keluarganya ada.

Anonim mengatakan...

bagus jelek

Anonim mengatakan...

bad movie

Anonim mengatakan...

serem kocak

Anonim mengatakan...

prank

Anonim mengatakan...

Hi bang kalau mau ajukan deck sinopsis ke mvp kirim kemana ya?

Sweet Photograph mengatakan...

aku ga terlalu suka film horor, mending film anime atau animation lebih bikin happy!
mampir ya
https://sweet-photograph.blogspot.com/