REVIEW - SARA
Pasca dua karya komersil yang tak maksimal di Arini (2018) dan Keluarga Cemara 2 (2022), lalu eksperimen melelahkan lewat Potret Mimpi Buruk (2022), melalui Sara, Ismail Basbeth bukan saja kembali ke titik terbaik, pula menghantarkan keseimbangan yang hanya bisa dicapai oleh sedikit sineas kita. Sebuah tuturan sederhana sekaligus kompleks, mengenai persoalan spesifik yang terasa universal.
Judulnya diambil dari nama si protagonis, Sara (Asha Smara Darra), seorang transgender yang pulang ke kampungnya setelah sekian lama untuk menghadiri pemakaman ayahnya. Sang ibu, Muryem (Christine Hakim), begitu terpukul atas kematian suaminya sampai mengalami amnesia, dan mengira Sara hanya wanita asing yang ditugaskan untuk merawatnya.
Permasalahan yang Sara hadapi adalah hal-hal kompleks yang khusus mendera para transgender (terpaksa menyembunyikan identitas dari sang ibu, diminta memberi waktu sampai para warga bisa menerima kehadirannya di musala), tapi naskah buatan Basbeth mengatur supaya kisahnya berjalan di ruang yang universal.
Sara bukan membicarakan persekusi yang dialami transgender. Bukannya Basbeth menutup mata, karena Sara pun tetap mendapat beberapa penolakan. Hanya saja penolakan itu tak pernah kita lihat secara langsung. Seperti si tokoh utama, kita sebatas mendengarnya dari cerita orang-orang di sekitarnya, entah Ustaz Said (Landung Simatupang), maupun Ayu (Mian Tiara) yang dahulu pernah menyukai Sara saat ia masih seorang laki-laki bernama Panca.
Akhirnya film ini dapat dipandang sebagai kisah sederhana tentang bakti anak kepada orang tua. Berangkat dari situ, secara halus Basbeth menampik stigma negatif yang kerap dialamatkan pada transgender. Mengikuti kata hati dengan mengubah gender tidak menjadikan Sara individu egois yang tak memedulikan orang tua. Dia ingin merawat sang ibu, bahkan di satu titik bersedia mengesampingkan jati dirinya supaya Muryem bahagia. Religiusitas juga tidak serta merta Sara tampik. Dia bersedia ikut salat berjamaah di musala, walau tujuan utamanya adalah menjaga Muryem.
Penceritaannya agak terbata-bata di awal, tatkala tempo lambat khas Basbeth melahirkan stagnasi kala dipertemukan dengan naskah yang terlalu lama berlarut-larut di satu fase. Tapi begitu konflik demi konflik mulai muncul, dan penelusurannya semakin mendalam, laju Sara pun makin tak terbendung.
Babak akhirnya tampil emosional, terutama saat kombinasi Asha Smara Darra yang meledak-ledak dan Christine Hakim yang lebih lembut membangun dinamika unik di sebuah adegan berlatar rumah sakit. Jajaran pendukungnya tidak kalah memikat. Landung Simatupang mencuri perhatian sebagai ustaz berpikiran terbuka, sedangkan Mian Tiara mencabik-cabik perasaan melalui luapan emosinya, ketika Ayu mengutarakan kerinduan kepada Panca yang selama ini harus ia tahan.
Sewaktu Basbeth menutup film memakai shot yang sederhana secara teknis namun indah secara makna, saya pun menyadari kepingan apa yang selama ini Sara cari. Dia berharap bisa menyebut kedatangannya ke kampung itu sebagai "kepulangan". Sara hanya ingin menemukan rumahnya lagi.
(JAFF 2023)
25 komentar :
Comment Page:jelas ini film perhomoan terbaik dari yang terbaik, suka atau tidak suka, Sara (Asha Smara Darra) adalah transgender real berhasil perankan dalam layar bioskop
jika tidak suka, skip aja, jika suka lanjut...
film paling anjritttt & buruk dalam realita
saya beri skor : 9/10
film pelangi film festival selalu di terima dengan baik
film terbaik di tahun 2024 nanti, drama menyentuh kisah sekitar kita
nggak kuat gue nonton, bawang banget, bagus
only for adult, jangan nonton jika ada jiwa sara rasis sarkasme
segmen terbatas, bagi pecinta penikmat film
OMG WTF
semoga nggak di boikot ini film
film bagus jarang ada yang mau tampilkan film seperti ini
Belum nonton, mau nonton, tapi kayaknya ngak bakal bisa di tonton di bioskop reguler, moga2 bisa tayang di Netflix
film festival kebanyakan tayang terbatas dan di bioskop tertentu aja
nggak sabar mau nonton di streaming aja
tokoh utama ayu ne manis cantik...hmmmm...
manuk ne di potong tah Asha Smara Darra, keren
keluwesan Asha S.D dalam bercerita, manis & rebel
view point dari mata seorang homo transgenders di ulas tuntas setajam silet
film festival terbaik 2023
mendadak kebelet ketika menonton film ini
too bad too good
film horror serealita kehidupan nyata yang sorotan LGBT+ film yang berani kamikaze
❤️❤️❤️
kisah manusiawi yang tragis dan komedi
thanks mas rasyid selalu review
luar biasa film realita masyarakat
Posting Komentar