REVIEW - ALI TOPAN

21 komentar

Kisah Ali Topan punya sejarah panjang. Diawali novel Ali Topan Anak Jalanan karya Teguh Esha, berlanjut ke adaptasi layar lebar berjudul sama di tahun 1977 dan Ali Topan Detektif Partikelir Turun ke Jalan dua tahun berselang, sebelum dihidupkan lagi dalam bentuk sinetron pada tahun 90-an.

Di bawah arahan Sidharta Tata (Waktu Maghrib), inkarnasi terbarunya yang punya judul jauh lebih sederhana, Ali Topan, mencoba tetap setia pada materi asli sambil berusaha membangun relevansi, dengan menjadikan sang protagonis figur sentral dalam perjuangan kaum akar rumput melawan kemapanan. 

Ali Topan (Jefri Nichol) bukan sebatas anak jalanan. Bersama komunitas Warung Seni di Blok M, ia vokal membela mereka yang ditindas dan dipandang sebelah mata, entah para rakyat jelata yang tak berdaya, atau mereka yang memilih jalan hidup di luar sistem. 

Diiringi gempuran lagu-lagu indi (termasuk kemunculan singkat grup Morfem), ditambah sosok karakter utamanya yang memenuhi stigma "anak skena", muncul kesan kalau Ali Topan berambisi mendapat citra edgy. Bukan masalah, sebab dengan penggarapan tepat, bisa saja ia tampil menggugah selaku perwakilan suara individu yang dibungkam.

Potensi tersebut sempat mencuat ketika Ali Topan bertemu dengan Anna Karenina (Lutesha), puteri seorang pengusaha kaya. Keduanya jatuh cinta, dan tentunya hubungan terlarang itu membuat banyak orang kebakaran jenggot. Sebutlah orang tua Anna, putera seorang menteri, hingga sekelompok ormas. Intinya, pihak-pihak pemegang kuasa yang memaksakan kontrol mereka. 

Romansa yang menggugat kemapanan. Demikianlah cara Ali Topan memotret percintaan dua karakternya. Ditunjang jalinan chemistry Jefri Nichol yang kembali mumpuni memerankan bad boy, dan Lutesha yang mampu memberi daya tarik pada situasi sekecil apa pun, hubungan mereka, yang bak kombinasi Romeo-Juliet dengan Bonnie-Clyde, memang selalu menyenangkan untuk disimak. 

Sewaktu Ali Topan memutuskan membantu Anna mencari kakaknya (Widika Sidmore) yang dahulu kabur dari rumah akibat jengah menghadapi kekangan orang tua, babak baru film ini dimulai. Formatnya bergeser ke arah road trip, mengajak kita singgah di tempat para kaum pinggiran, dari sanggar seni di sekitar area reklamasi hingga pemukiman kumuh di Kebumen. Anna yang untuk pertama kalinya turun ke jalan pun tersadar perihal ketidakadilan yang diderita masyarakat akibat keserakahan keluarganya dalam mengeruk pundi-pundi rupiah. 

Ali Topan punya segalanya untuk melahirkan road trip yang lebih dari sekadar jalan-jalan manis. Sayang, naskah buatan Sidharta Tata dan Ifan Ismail (The Gift, Tumbal Kanjeng Iblis) membebani diri dengan subplot yang terlalu menumpuk, sehingga tak punya cukup ruang untuk berkembang. Misal konflik Ali Topan dan Bobby (Omara Esteghlal), yang tak memberi dampak emosi akibat minimnya eksplorasi hubungan persahabatan keduanya. 

Sebelum perjalanan dimulai, Anna belum benar-benar yakin soal lokasi kediaman sang kakak, apakah di Jawa Tengah atau Yogyakarta. Tapi tanpa proses pencarian informasi memadai, tiba-tiba ia dan Ali Topan tiba tepat di depan rumah kakaknya. Ali Topan bukan tontonan buruk, tapi perjalanannya tak cukup lancar untuk bisa meninggalkan kesan, apalagi menggugah semangat perlawanan seperti yang diharapkan.

(JAFF 2023)

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

kisah ali topan di semesta universe alternatif

Anonim mengatakan...

adaptasi dari novel Ali Topan Anak Jalanan karya Teguh Esha membawa ali topan ke arah berbeda, bagus

Anonim mengatakan...

sekali lagi, Sidharta Tata membuktikan bahwa dirinya piawai dalam perfilman Indonesia

Anonim mengatakan...

rambutnya Jefri Nichol terlalu ngehe banget dan itu nilai plus

Anonim mengatakan...

Lutesha, aktris mumpuni berbagai peran emosional

Anonim mengatakan...

naskah buatan Sidharta Tata dan Ifan Ismail cukup baik dalam mengimplementasikan dari novel ke layar lebar

Anonim mengatakan...

Informasi Parenting
Cara Buat Website

Anonim mengatakan...

lutesha selalu memberikan terbaik dalam perform

Anonim mengatakan...

ali topan anak ngehe banget jaman milineal

Anonim mengatakan...

nggak bagus, lumayan aja

Anonim mengatakan...

road trip amburadul

Anonim mengatakan...

kurang literasi dan riset

Anonim mengatakan...

jefri nicol badass, ciamik

Anonim mengatakan...

penggambaran yang mantap

Anonim mengatakan...

di iringi lagu pas di telinga

Anonim mengatakan...

film keren terepic ali topan

Anonim mengatakan...

novel abadi, novel ali topan,,,bisa di ulang di remake di reborn, terus menerus...

Anonim mengatakan...

nuansa kuliner ala topan ali yang membagongkan

Anonim mengatakan...

the best of the best movie remark ever

Anonim mengatakan...

2 acungkan jempol untuk ali topan remake movie

Anonim mengatakan...

thanks mas rasyid, the best