REVIEW - HOLY NIGHT: DEMON HUNTERS

Tidak ada komentar

"Karena tidak ada lagi penjahat yang mampu menahan tinju mautnya, kini giliran para iblis yang jadi target bogem mentah Ma Dong-seok". Lelucon ini banyak orang-orang lontarkan pasca mengetahui proyek baru dari salah satu leading man terbesar sinema Korea Selatan tersebut. Holy Night: Demon Hunters pun seolah dibangun berdasarkan lelucon di atas, yang sejatinya merupakan premis menarik. Sayang, para pembuatnya bak kebingungan mesti mengembangkannya ke arah mana. 

Ma Dong-seok memerankan Bau, yang menjalankan perusahaan penyedia jasa pengusiran setan bersama dua karyawannya, Sharon (Seohyun) dan Kim Gun (Lee David). Modus operandi mereka sebagai berikut: Sharon si pemilik kekuatan sakti bertugas melakukan eksorsis, Bau memukuli para pemuja setan yang menurut mitologi film ini selalu berada di sekitar korban kesurupan, sedangkan Kim merekam jalannya ritual. 

Bahkan di ranah paling mendasar (penokohan) naskah buatan sang sutradara, Lim Dae-hee, sudah hilang arah. Entah apa fungsi rekaman yang Kim tangkap, sebab para protagonisnya sendiri tak pernah meninjau ulang maupun menjadikannya media untuk memasarkan bisnis mereka. Interaksi menggelitik coba dipakai guna membangun hubungan ketiga karakter utama, tapi eksekusi humornya begitu lemah. Timing-nya kerap meleset, pun presentasinya penuh keragu-raguan, seolah sang sineas khawatir filmnya tampil terlampau konyol. 

Misi teranyar mereka datang dari permintaan dokter neuropsikiatri bernama Jung-won (Kyung Soo-jin), yang curiga bahwa kondisi sang adik, Eun-seo (Jung Ji-so), bukan disebabkan penyakit klinis namun gangguan klenik. Naskahnya berusaha memancing simpati penonton terhadap Jung-won, tapi masalahnya, penokohannya luar biasa menyebalkan. Si dokter cerdas lebih banyak berteriak, menangis, pula gampang dimanipulasi oleh iblis sehingga acap kali melakukan tindakan luar biasa bodoh. 

Menonton Holy Night: Demon Hunters ibarat sedang menyaksikan kompilasi dari seluruh trik klise dalam katalog horor eksorsisme, yang terkesan asal disatukan akibat Lim Dae-hee masih kurang percaya diri dalam debut penyutradaraannya ini. Kemampuannya mengolah pacing kala mengarahkan adegan eksorsisme pun layak dipertanyakan. Proses pengusiran setan yang mestinya sarat intensitas justru berujung minim energi, biarpun sudah didukung totalitas Seohyun yang mengerahkan segala daya upayanya.  

Menyebut film yang dibintangi Ma Dong-seok "minim energi" memang terasa janggal, namun demikianlah adanya Holy Night: Demon Hunters. Seperti biasa, tiap tinju si jagoan dibarengi efek suara eksplosif layaknya lesatan peluru shotgun, tapi sang sutradara nampak masih belum menguasai cara memaksimalkan daya bunuh dari bogem mentah sang aktor yang turut merangkap produser tersebut. 

Jika ada yang patut diapresiasi, itu adalah kesediaan naskahnya memberi sisi rapuh pada karakter Bau. Berbeda dengan figur tanpa tanding yang Ma Dong-seok perankan di judul-judul populernya belakangan ini, Bau menyimpan segudang rasa takut akibat trauma yang berasal dari tragedi masa lalunya. 

Memasuki babak final, Holy Night: Demon Hunters mendadak memberi kekuatan tambahan bagi Bau, yang meski memunculkan kesan "semau sendiri" dari naskahnya, berujung menghadiahkan momen epik di momen puncaknya, kala Ma Dong-seok, setelah menghabiskan 90 menit menghajar gerombolan penjahat kelas teri, akhirnya secara literal memukul iblis sampai terlempar ke neraka. Andai momen itu datang jauh lebih awal. 

Tidak ada komentar :

Comment Page: